Ini Tantangan Terbesar Dihadapi Asuransi Jiwa di Indonesia, Lengkap dengan Solusinya
Penyebab utamanya adalah harga dasar (base pricing) yang terlalu rendah, penyesuaian tarif yang belum sesuai dengan inflasi medis.
Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh industri asuransi jiwa saat ini adalah performa buruk produk asuransi kesehatan individu (Individual Health Insurance). Hal ini dipicu oleh peningkatan klaim kesehatan yang diiringi oleh tingginya inflasi medis dalam beberapa tahun terakhir.
Penyebab utamanya adalah harga dasar (base pricing) yang terlalu rendah, penyesuaian tarif yang belum sesuai dengan inflasi medis, dan kebijakan underwriting yang kurang tepat. Selain itu, produk penyakit kritis (Critical Illness) juga menjadi sorotan dalam IAS 2024.
- Kini Ada Asuransi Syariah untuk Penyakit Kritis dari Tahap Awal, Bisa Dapat Manfaat Perlindungan Hingga Rp1 Miliar
- Cara Efektif Mengajukan Asuransi TPL untuk Perlindungan Maksimal
- Keuangan Sehat, Laba Bersih Jasindo Tahun 2023 Tembus Rp102,88 Miliar
- Masa Depan Tak Ada yang Tahu, Sudahkah Menyiapkan Perlindungan Finansial yang Tepat Buat Diri Sendiri dan Keluarga?
Indonesia Re, sebagai perusahaan reasuransi plat merah, memiliki peran strategis dalam menghadapi tantangan industri asuransi jiwa di tahun 2024. Seperti peningkatan kualitas underwriting dengan mengembangkan dan menyebarkan praktik underwriting yang lebih ketat
dan akurat, yang dapat memperhitungkan variabel-variabel baru seperti perubahan demografis dan peningkatan risiko kesehatan tertentu.
Lebih dari itu, Indonesia Re berusaha menyesuaikan produk asuransi kesehatan individu untuk mencerminkan kondisi pasar saat ini dan kebutuhan konsumen, termasuk penawaran produk baru yang lebih fleksibel dan tersegmentasi.
"Yang paling penting untuk kita bangun adalah ekosistem asuransinya, siapkan resolusi untuk potensial risiko yang akan terjadi, proses bisnisnya dipermudah dan efektif. Kita cari titik temu untuk menggarap ekosistem ini secara bersama. Saya harap diskusi semacam ini bisa dipersering dan bisa menemukan akar permasalahan industri asuransi jiwa yang selama ini kita hadapi," kata Direktur Teknik Operasi Indonesia Re, Delil Khairat di Jakarta.
Sebagai informasi, PT Reasuransi Indonesia Utama (Indonesia Re) belum lama ini menggelar acara tahunan Indonesia Re Actuarial Seminar (IAS) 2024. Acara IAS tahun ini mengangkat isu-isu penting seputar perkembangan produk kesehatan, pengembangan produk penyakit kritis (critical illness), serta berbagai tantangan dan solusi terkait bisnis Asuransi dan Reasuransi Jiwa.
Seminar ini dihadiri oleh tim aktuaris, valuasi, pricing, pengembangan produk, underwriter dari perusahaan-perusahaan asuransi jiwa, serta karyawan Indonesia Re.
Utiliisasi Data
Dari internal Indonesia Re sendiri saat ini berusaha memaksimalkan utilisasi data.
"Di Indonesia Re ini ada jutaan data yang terkumpul dan dikurasi, tapi karena belum well structured, well stored, ini yang perlu diperbaiki, dan Indonesia Re tengah berusaha mencapai itu. Salah satu upaya yang dilakukan ialah digitalisasi bisnis," ujar Delil.
IAS 2024 diharapkan dapat memberikan wawasan baru serta solusi konkret bagi para pelaku industri dalam mengatasi tantangan yang ada, serta menciptakan portofolio produk yang lebih sehat dan berkelanjutan.
"Kami berharap dengan terselenggaranya Indonesia Re Actuarial Seminar (IAS) 2024 dapat menjalin dan juga meningkatkan hubungan baik dengan ceding sebagai mitra bisnis kami di market asuransi jiwa. Selain itu, kami juga berharap acara IAS 2024 bisa jadi pemicu terciptanya acara-acara serupa yang dapat meningkatkan wawasan tentang industri perasuransian," Direktur Keuangan dan Aktuaria, Maria Elvida Rita Dewi juga menekankan.
Lewat strategi dan implementasi yang tepat, Indonesia Re berupaya memperkuat kapasitasnya dalam menghadapi tantangan di industri asuransi jiwa, sambil tetap memberikan nilai tambah kepada pemangku kepentingan dan meningkatkan keberlanjutan bisnis di masa depan.