Jadi Pembicara di OECD, Mensos Risma Jelaskan soal Distribusi Bansos
Mereka yang keluar dari kemiskinan termasuk lebih dari 3.500 keluarga dari penyandang disabilitas.
Mereka yang keluar dari kemiskinan termasuk lebih dari 3.500 keluarga dari penyandang disabilitas
- Kelompok Penyandang Disabilitas Masih Kesulitan Akses Layanan Keuangan, Bagaimana Solusinya?
- Kemensos Gandeng UNESA Wujudkan Penanganan Disabilitas yang Inklusif dan Holistik
- Pekerjakan Disabilitas, 15 Perusahaan Dapat Penghargaan dari Mensos Risma
- Ini Respons Ganjar Mendapat Gagasan Pembentukan Kementerian Pemberdayaan Disabilitas
Jadi Pembicara di OECD, Mensos Risma Jelaskan soal Distribusi Bansos
Menteri Sosial, Tri Rismaharini menjadi pembicara dalam Forum Infrastruktur Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) di Paris, Perancis. Tema yang diangkat Risma pada kesempatan itu adalah distribusi bantuan sosial (Bansos).
Menurut Risma, kementeriannya terus mengembangkan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Pahlawan Ekonomi Nusantara - PENA) yang suda dimulai di akhir 2022 dan telah menggraduasi 21.333 keluarga.
“Mereka berhasil keluar dari kemiskinan yang artinya tidak lagi menjadi penerima bantuan sosial. Mereka yang keluar dari kemiskinan termasuk lebih dari 3.500 keluarga dari penyandang disabilitas,” tutur Risma dalam forum tersebut, seperti dikutip Minggu (14/4).
Direktur Pusat Pengembangan OECD, Ragnheidur Elin Arnadottir (Ragga) mengatakan, apa yang dilakukan Risma dengan program PENA merupakan cermin dari inklusivitas sosial dengan menciptakan startup yang berdampak pada global vaue chain, sampai dengan infrastrukturnya.
“Konteks mengubah pendekatan pemberian bantuan sosial menjadi pemberdayaan, pasti tidak mudah bagi Indonesia karena harus mentransformasikan pola pikir,“ ucap Rangga.
Dia juga menyampaikan sebagai anggota OECD, Indonesia akan mempunyai banyak sekutu untuk meningkatkan skala penanganan masalah seperti pemberdayaan PENA dan contoh-contoh penanganan terbaik yang dapat diterapkan dalam konteks keindonesiaan.
“Pengalaman Indonesia ini, bisa menjadi contoh bagi anggota-anggota OECD nantinya,” bangga dia.
Direktur Rangga menyampaikan konteks mengubah pendekatan pemberian bantuan sosial menjadi pemberdayaan, pasti tidak mudah bagi Indonesia karena harus mentransformasikan pola pikir, namun juga sangat menarik.
Dia juga menyampaikan sebagai anggota, nantinya Indonesia akan mempunyai banyak sekutu untuk meningkatkan skala penanganan masalah seperti pemberdayaan PENA dan contoh-contoh penanganan terbaik yang dapat diterapkan dalam konteks keindonesiaan. Atau bahkan pengalaman Indonesia ini, bisa menjadi contoh bagi anggota-anggota OECD nantinya.
Senada dengan itu, Direktur Urusan Tenaga Kerja dan Sosial OECD, Stefano Scarpetta menilai, perkembangan proses Indonesia untuk menjadi anggota OECD sangat luar biasa. Dia mencatat, adalah hal pentingnya mencapai standar dan konsistensi penerapannya.
Mengakhiri aktivitasnya di OECD, Mensos Risma memberikan cindera mata untuk Direktur Stefano serta Direktur Ragga dan staf. Direktur Rangga juga menyampaikan akan segera menyelenggarakan aktivitas bersama di Bali, Indonesia.