Januari 2024 Kembali Surplus, Neraca Perdagangan Indonesia Moncer Selama Hampir 4 Tahun
Neraca Perdagangan Indonesia melanjutkan trend surplus selama 45 bulan atau hampir 4 tahun secara berturut-turut.
Neraca Perdagangan Indonesia melanjutkan trend surplus selama 45 bulan atau hampir 4 tahun secara berturut-turut.
Januari 2024 Kembali Surplus, Neraca Perdagangan Indonesia Moncer Selama Hampir 4 Tahun
Neraca Perdagangan Indonesia Surplus Selama Hampir 4 Tahun
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami surplus sebesar USD2,02 miliar.
Dengan ini, neraca perdagangan melanjutkan trend surplus selama 45 bulan atau hampir 4 tahun secara berturut-turut.
"Indonesia telah mencatatkan surplus selama 45 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," kata Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers Ekspor-Impor Januari 2024, di Jakarta, Kamis (15/2).
Amalia mengungkap, surplus perdagangan pada Januari 2024 ini diakibatkan nilai ekspor yang masih lebih tinggi daripada impor.
Tercatat, nilai ekspor Indonesia pada Januari 2024 mencapai USD20,52 miliar. Sedangkan kinerja impor sebesar USD18,51 miliar.
"Namun, secara nilai (surplus Januari 2024) turun USD 1,27 miliar dibandingkan bulan sebelumnya," ungkap Amalia.
Surplus neraca perdagangan Januari 2024 ini ditopang oleh komoditas non migas yaitu sebesar USD3,32 miliar.
Adapun, komoditas penyumbang surplus utama antara lain bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja.
Pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD1,30 miliar. Untuk komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan minyak mentah.
Amalia mencatat, neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2024 Indonesia mengalami surplus terbesar dengan 3 negara mitra.
Di antaranya dengan India sebesar USD1,38 miliar, dengan Amerika Serikat surplus USD1,21 miliar, dan Filipina surplus USD630 juta.
"Surplus terbesar yang dialami oleh India didorong oleh komoditas bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, bijih terak dan abu logam," kata Amalia.
Sementara itu, Indonesia juga mengalami defisit perdagangan terdalam dengan tiga negara mitra dagang.
Antara lain China defisit USD1,38 miliar, Australia defisit USD430 juta, dan Thailand defisit USD420 juta.
"Defisit terdalam yang dialami dengan Tiongkok didorong oleh komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya, mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, serta plastik dan barang dari plastik," kata Amalia.
Kinerja Impor Melemah
Sementara itu, kinerja impor Indonesia pada Januari 2024 mencapai USD18,51 miliar. Capaian tersebut turun 3,13 persen dibandingkan Desember 2023.
"Pada Januari 2024 nilai impor mencapai USD 18,51 miliar atau turun sebesar 3,13 persen dibandingkan Desember 2023," kata Amalia.
Adapun rinciannya, impor migas tercatat USD2,70 miliar. Turun 19,99 persen jika dibandingkan bulan sebelumnya USD3,37 miliar.
Impor nonmigas tercatat USD15,81 miliar. Mengalami kenaikan 0,48 persen secara bulanan dibandingkan Desember 2023 sebesar USD15,74 miliar.
Amalia menjelaskan, penurunan nilai impor total secara bulanan karena nilai impor migas memberikan andil sebesar 3,35 persen.
Utamanya berasal dari penurunan impor hasil minyak dengan andil penurunan sebesar 2,25 persen.
"Secara tahunan, nilai impor Januari 2024 naik sebesar 0,36 persen. Di mana nilai impor migas turun 7,51 persen. Sementara, impor nonmigas mengalami kenaikan sebesar 1,76 persen," kata Amalia.
Amalia menjelaskan, peningkatan impor nonmigas didorong oleh peningkatan komoditas mesin, peralatan mekanis dan bagiannya dengan andil peningkatan 2,55 persen.
Kemudian bijih, logam, terak, dan abu andil peningkatannya sebesar 1,01 persen. Termasuk serealia dengan andil peningkatan 0,87 persen.