Jatuh bangun Pendiri Warung Makan Ayam Goreng Nelongso, dari Loper Koran hingga Sales Komputer
Saat diwawancara dalam akun YouTube Pecah Telur, Nanang menceritakan kilas balik perjalanan hidupnya yang serba nelangsa.
Saat diwawancara dalam akun YouTube Pecah Telur, Nanang menceritakan kilas balik perjalanan hidupnya yang serba nelangsa.
Jatuh bangun Pendiri Warung Makan Ayam Goreng Nelongso, dari Loper Koran hingga Sales Komputer
Jatuh bangun Pendiri Warung Makan Ayam Goreng Nelongso, dari Loper Koran hingga Sales Komputer
Menjalani hidup nelangsa tak membuat Nanang Suherman antipati dengan kehidupan miskin.
Justru, perjalanan hidup miskin hingga terbelit utang menjadi inspirasinya memberikan nama usaha yang dibangun.
Saat diwawancara dalam akun YouTube Pecah Telur, Nanang menceritakan kilas balik perjalanan hidupnya yang serba nelangsa.
Nanang merupakan anak tunggal dari keluarga miskin. Orangtuanya bahkan tidak sanggup membayar utang.
- VIDEO: Polisi Limpahkan Youtuber Emak Gila Promosikan Judi Online ke Kejari Bandung
- Modal Belajar dari YouTube, Yongki Sukses Jual Pisang Keju dengan Omzet Rp60 Juta per Bulan
- Apesnya Pemancing Ini, Tangan Mati Rasa Dililit Penunggu Hutan Kalimantan, Kepikiran Nyaris Pindah Alam
- Nobar Seru Film ‘Pesan Bermakna Jilid III’, Ada Ketua Mahkamah Agung dan Para Pemain yang Turut Hadir
Hanya saja, dia mengaku bingung harus memulai dari mana.
Di tahun 2005, menjajal pekerjaan sebagai loper koran. Saat itu, Nanang tengah menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi.
“Awal bisnis jadi loper koran, di lampu merah di kawasan Dinoyo. Bahkan saudara saya saat itu melihat saya jual koran di lampu merah merasa malu,” ujar Nanang.
Nanang sangat menyadari orangtuanya tidak mampu menyekolahkan Nanang ke perguruan tinggi.
Namun, karena merasa terbiasa 'dimanja' oleh orangtuanya, Nanang berkeras ingin merasakan menjadi mahasiswa.
Meski hidup miskin, Nanang memiliki impian tinggi. Selama menjadi loper koran, Nanang menargetkan dirinya menjadi bos loper koran.
Target itu tercapai, Nanang memiliki beberapa gerobak untuk diedarkan para loper koran di bawah naungannya.
Nanang kemudian bertemu dengan beberapa rekan, hingga kemudian dia menjadi sales komputer.
Tidak hanya komputer, kecakapan Nanang dalam menjual komputer juga merembet dengan tawaran menjadi sales mobil.
Keuangan Nanang terus meningkat. Satu waktu, dia merasa tetangga-tetangganya memberi uang atau hadiah dalam sebuah pesta perkawinan dalam jumlah yang fantastis. Misalnya saja uang tunai Rp1 juta, beras 2 karung dengan berat masing-masing 50 kg.
Nanang penasaran pekerjaan apa yang berani memberi hadiah 'kondangan' sebesar itu. Sang ibu kemudian menjawab kebanyakan dari mereka menjalankan bisnis sebagai pengepul besi tua.
Nanang terpantik untuk ikut bergabung dalam peruntungan bisnis besi tua. Dia kemudian menjajal usaha jual beli besi tua.
Bak semesta mendukung, usaha Nanang dari pengepul besi tua menjadi eksportir biji plastik.
Di masa kejayaannya, Nanang harus menghadapi ujian. Bisnisnya mengalami kebangkrutan.
Namun, Nanang tidak putus asa. Kali ini dia mencoba peruntungannya di bisnis kuliner.
Dia mengatakan bisnis kuliner menjadi pilihan terakhir karena sudah tidak ada modal. Saat itu, modal yang tersisa untuk bisa membangun bisnis kuliner hanya Rp500.000.
"Saat bisnis bangkrut hanya menyisakan uang Rp500.000 saya pilih kuliner. Sebab, sudah tidak ada pilihan bisnis lagi dengan uang terbatas,” ucapnya.
Akhirnya, Nanang memutuskan membuka usaha warung makan ayam goreng.
Alasannya, karena bisnis tersebut cenderung tidak terlalu kompleks.
Target pasar Nanang yaitu mahasiswa-mahasiswa yang suka makanan murah namun tidak murahan.
Kini, usaha ayam goreng Nanang berkembang pesat dan banyak pelanggan. Bahkan sudah memiliki 70 cabang yang tersebar hampir sebagian besar di Pulau Jawa.
Warung makan ayam goreng itu kemudian diberi nama 'Ayam Goreng Nelongso'. Dalam bahasa Jawa, Nelongso, berarti menyedihkan atau prihatin.