JK: Kebijakan BI stabilkan Rupiah hanya efektif jangka pendek
Perbaikan sektor riil Tanah Air mendesak dilakukan guna antisipasi gejolak ekonomi.
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) membawa kerugian sekaligus keuntungan. Kalla melihat beberapa sektor diuntungkan dengan depresiasi Rupiah terhadap USD. Selain itu, depresiasi Rupiah terhadap USD memberi titik keseimbangan baru bagi Rupiah.
"Untuk kita di Jakarta ini yang membeli barang-barang impor mungkin jelek. Tapi orang Sumatera yang menjual karet, sawit itu mendapat penghasilan yang lebih banyak. Untuk orang Sulawesi menjual udang menjual coklat itu menguntungkan. Jadi sebenarnya Rupiah itu terkoreksi untuk memberikan suatu keseimbangan baru untuk masyarakat juga," jelas Kalla di Hotel Shangri-La, Jakarta, Selasa (3/12).
-
Kenapa Jusuf Kalla menilai pembelian alutsista bekas dengan harga Rp1 Triliun tidak layak? "Sebetulnya bukan hanya bekas, berapa harga bekas itu? Itu hal yang berbeda. Kalau ini 'kan harganya rata-rata Rp1 triliun satu pesawat, pesawat yang umurnya 25 tahun," kata JK. Ketika orang ingin membeli pesawat, yang diukur ada dua yaitu umur dan jam terbangnya. Khusus umur sangat berpengaruh pada teknologi yang ada di dalam pesawat tersebut.
-
Kenapa Ridwan Kamil menemui Jusuf Kalla? “Beliau kan orang pintar ya dan penuh dengan pengalaman, arif, bijaksana. Sehingga saya perlu mendapatkan arahan, wejangannya dari beliau,” sambungnya.
-
Bagaimana Jusuf Kalla menilai harga alutsista bekas yang dibeli pemerintah? "Sebetulnya bukan hanya bekas, berapa harga bekas itu? Itu hal yang berbeda. Kalau ini 'kan harganya rata-rata Rp1 triliun satu pesawat, pesawat yang umurnya 25 tahun," kata JK. Ketika orang ingin membeli pesawat, yang diukur ada dua yaitu umur dan jam terbangnya. Khusus umur sangat berpengaruh pada teknologi yang ada di dalam pesawat tersebut.
-
Apa yang diungkapkan Jusuf Kalla mengenai pembelian alutsista bekas? Pemerintah membeli alat utama sistem persenjataan (alutsista) bekas dengan harga murah bukan terjadi saat ini saja. Hal tersebut dinungkapkan langsung Mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla (JK) yang pernah berpasangan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo. Pemerintah Beli Alutsista Bekas Umur 25 Tahun Harganya Rp1 Triliun kata JK dikutip dari Antara, Kamis (11/1) "Saya kira pemerintah 'kan tidak satu kali ini beli bekas (alutsista bekas), tetapi selalu murah. Murah sekali barang bekas itu sebetulnya, apalagi kalau sudah tua,"
Kalla mengakui bahwa depresiasi Rupiah merupakan imbas dari kondisi perekonomian global dan defisit neraca transaksi berjalan akibat tingginya impor, terutama migas. Oleh sebab itu, Kalla menekankan pentingnya mengurangi konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) atau konversi energi agar impor migas tidak terus membengkak.
"Jangan terlalu boros dalam barang-barang impor seperti minyak. Termasuk subsidi BBM, itu salah satu caranya mengurangi pemakaian, cara mengurangi pemakaian adalah menaikkan harganya," ungkap Kalla.
Dalam menjaga nilai tukar Rupiah agar tidak terlalu terdepresiasi terhadap USD, Bank Indonesia telah melakukan pelbagai langkah, salah satunya adalah melalui instrumen moneter yakni menaikkan BI Rate. Menurut Kalla, langkah BI tersebut tidak akan banyak berpengaruh memperkuat Rupiah. Pemerintah harus sangat serius memperbaiki sisi fundamental depresiasi Rupiah, yakni sektor riil.
"BI tidak bisa terus-terusan intervensi menggunakan cadangan devisa, harus dihemat-hemat itu cadangan devisa kita yang sudah tinggal USD 90-an miliar. Kalau tidak, bahaya. Tidak bisa hanya dari sisi moneter saja, itu jangka pendek, sektor riil harus diperbaiki," tutup Kalla.