JK soal kereta cepat: Yang penting teknologi dan financial baik
JK masih mempertimbangkan pilihan antara Jepang atau China.
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) masih malu-malu mengungkap siapa yang akan menggarap proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. JK sapaan akrabnya hanya menegaskan kalau pihaknya akan mempertimbangkan soal teknologi dan memilih yang paling baik.
Selain itu, JK juga akan mempertimbangkan rekomendasi dari tim penilai akhir.
"Ya tentu kan penilaian daripada tim itu jadi pertimbangan setelah itu kan bagaimana di dalam negerinya. Yang penting secara teknologi baik, secara finansial baik," tutur JK di kantornya Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis (3/9).
Diberitakan sebelumnya, tim penilai akhir sudah menyampaikan rekomendasi hasil kajian proyek kereta cepat kepada Presiden Joko Widodo. Namun Presiden Jokowi, sapaan akrabnya, masih malu-malu mengungkapkan pemenang proyek tersebut.
Jepang menawarkan biaya investasi proyek kereta cepat Shinkansen E5 USD 6,223 miliar atau setara Rp 87 triliun. Sedangkan China menawarkan harga lebih murah untuk HST CRH380A sebesar USD 5,585 miliar atau sekitar Rp 78 triliun.
Presiden Jokowi hanya memberikan sinyal keberpihakan pada investor yang bersedia menanggung semua biaya pembangunan proyek ini.
"Kita tidak ingin beri beban pada APBN. Jadi sudah saya putuskan bahwa kereta cepat itu tidak gunakan APBN. Tidak ada jaminan dari pemerintah. Oleh sebab itu, saya serahkan kepada BUMN untuk melakukan yang namanya B2B," ujar Presiden Joko Widodo di Tanah merah, Koja, jakarta Utara, Kamis (3/9).
Presiden juga menegaskan persyaratan penggunaan bahan baku dari dalam negeri. Proposal kereta cepat yang ditawarkan China, memiliki keunggulan dalam hal lokal konten dan dampak sosial ekonomi. Namun Jokowi berkilah saat disinggung lebih condong ke investor China.
"Jadi garis yang saya sampaikan, kalau itu dari APBN lebih baik saya bangun kereta di Sulawesi, Papua, atau Kalimantan. Tapi kalau investasi, saya serahkan urusannya ke menteri BUMN," jelasnya.
(mdk/idr)