Jokowi: Kita Optimistis Menyongsong 2022, tapi Harus Tetap Bertindak Hati-Hati
Presiden Jokowi juga mengakui selama 1,5 tahun pandemi Covid-19 melanda dampaknya sudah menjalar ke berbagai sektor.
Presiden Joko Widodo mengingatkan para pelaku industri maupun regulator di sektor keuangan agar tetap optimistis menyongsong 2022. Meski demikian, semua harus tetap bertindak secara hati-hati.
"Saya sama dengan Pak Gubernur Bank Indonesia bahwa pada 2022 kita semua harus tetap optimis, tapi tetap dalam posisi kehati-hatian," kata Jokowi di Jakarta, Rabu (24/11).
-
Bagaimana Presiden Jokowi saat ini? Presiden Jokowi fokus bekerja untuk menuntaskan agenda pemerintahan dan pembangunan sampai akhir masa jabaotan 20 Oktober 2024," kata Ari kepada wartawan, Senin (25/3).
-
Mengapa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 meningkat dibandingkan dengan kuartal I-2023? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,” terang Edy.
-
Mengapa Jokowi mendorong kerja sama ekonomi biru dengan India? "Potensi kerja sama tersebut bisa kita dorong menuju ekonomi biru, ketahanan pangan, konektivitas maritim dan sumber daya energi laut yang berkelanjutan,"
-
Bagaimana perubahan di industri otomotif Indonesia pada era Jokowi? Terjadi perubahan besar dalam kepemilikan usaha di industri otomotif Indonesia. Variabelnya banyak.Menariknya, merek otomotif China mulai masuk pada 2017 lewat Wuling dan DFSK. Disusul Hyundai (Korea) pada 2021.Yang terbaru, merek China kembali masuk pada 2022-2023: Chery, Neta, Great Wall Motor (GWM), dan lain-lain. Varialebel utama antara lain krisis moneter 1998, krisis industri keuangan 2008, dan sebagainya. Variabel ini cukup mengubah potret raja otomotif Indonesia di era Jokowi:Dari pengusaha ke kelompok usaha (konglomerasi).
-
Apa yang Airlangga Hartarto katakan tentang target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Penerapan ekonomi hijau dalam jangka panjang diproyeksikan dapat menstabilkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,22 persen hingga 2045," kata Airlangga di Jakarta, Kamis (4/7).
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya? Jika dibandingkan dengan kuartal II-2022, ekonomi RI mengalami perlambatan. Sebab tahun lalu di periode yang sama, ekonomi mampu tumbuh 5,46 persen (yoy).
Presiden Jokowi menyampaikan hal tersebut pada pertemuan Tahunan Bank Indonesia tahun 2021 yang juga dihadiri sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju antara lain Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, maupun Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.
"Sektor-sektor yang kita buka juga bertahap, tidak usah tergesa-gesa. Kalau peluang dibuka ya dibuka dengan protokol kesehatan, mau ada event-event besar juga silakan tapi didampingi satgas, penuh kehati-hatian karena kita lihat negara-negara lain yang tidak hati-hati muncul gelombang ke-3, gelombang ke-4," katanya.
Presiden Jokowi juga mengakui selama 1,5 tahun pandemi Covid-19 melanda dampaknya sudah menjalar ke berbagai sektor.
"Kita awalnya hanya berpikir urusan kesehatan yaitu menyelesaikan vaksinasi, tapi ternyata dampak pandemi ke mana-mana. Tadi disampaikan pak Gubernur BI hampir semua negara ada kelangkaan energi, kelangkaan kontainer, inflasi yang naik, kemudian yang terakhir kenaikan harga produsen yang imbasnya nanti akan masuk ke harga-harga di tingkat konsumen, semuanya tidak diprediksi sebelumnya," jelas Presiden.
Berdasarkan data yang dimiliki pemerintah, Presiden Jokowi memaparkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2021 adalah 7,07 persen. Namun pada kuartal III-2021 turun menjadi 3,51 persen. "Kenapa bisa turun dari kuartal II ke kuartal III? Kita ingat bulan Juli kita PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat 1 bulan penuh. Kita rem total karena peristiwa varian delta yang tidak kita sangka-sangka," ungkap Presiden.
Tapi saat ini, menurut Presiden Jokowi, aktivitas ekonomi sudah mulai bergerak kembali. "Di urusan konsumsi, indeks keyakinan konsumen sudah normal kembali seperti sebelum pandemi. Kemudian juga retail and sales index juga mulai merangkak naik. menguat seiring dengan pelonggaran mobilitas, kenaikan mobilitas. Angka-angka seperti ini yang penting kita baca untuk melihat prospek 2022 seperti apa," jelas Presiden.
PMI Manufaktur Harus Lebih Tinggi
Untuk sisi produksi, berdasarkan data yang dimiliki, Presiden Jokowi menyebut Purchasing Managing Index Manufacture (PMI) Indonesia lebih tinggi dari sebelum pandemi yaitu angka 57,2.
"Sementara sebelum pandemi angka kita 51. Artinya apa? Demand sudah ada dan semakin baik, kalau demand ada artinya apa? manufaktur, pabrik, industri pasti berproduksi, 57,2 ini angka sangat tinggi, jadi pabrik, industri melihat ada prospek permintaan," tambah Presiden.
Dalam kesempatan ini, Presiden Jokowi juga mendapat laporan bahwa capaian penerimaan pajak pada 2021 cukup baik. "Tadi pagi saya baru saja dapat laporan dari Bu Menteri Keuangan bahwa capaian dari pajak sangat baik, bea cukai juga sangat baik, PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) juga sudah lebih dari 100 persen, ini baik semua tumbuh 18,2 year on year. Angka sangat besar sekali tapi sekali lagi ketidakpastian selalu mengikuti jadi kita tetap optimis tapi tetap harus hati-hati," kata Presiden.
Presiden Jokowi pun mengucapkan terima kasih kepada jajaran Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Lembaga Penjamin Simpangan (LPS) yang dinilai memiliki komunikasi yang sangat baik.
"Saling mengisi, ada masalah kecil saja langsung ketemu. Hal-hal prudent seperti itu harus kita teruskan dengan kehati-hatian karena mamang ketidakpastian itu ada di mana-mana, sulit diukur, sulit dikalkulasi, tapi kuncinya menurut saya bagaimana mengendalikan pandemi di negara kita karena masalahnya semakin kompleks, ketidakpastian juga semakin tinggi," ungkap Presiden.
(mdk/idr)