Jokowi Sebut Banyak Investor Malas Tanam Modal ke RI karena Ruwetnya Perizinan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan banyak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) luar negeri dan perusahaan swasta yang ingin berinvestasi di Indonesia. Namun, setelah mengetahui proses perizinan untuk investasi di Indonesia berbelit, mereka balik badan.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan banyak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) luar negeri dan perusahaan swasta yang ingin berinvestasi di Indonesia. Namun, setelah mengetahui proses perizinan untuk investasi di Indonesia berbelit, mereka balik badan.
"Sebelum masuk mereka sangat antusias, tapi begitu masuk kita tahu semuanya betapa masih ruwetnya mengurus perizinan di negara kita," jelas Jokowi dalam Peresmian Pembukaan Kongres Ikatan Notaris Indonesia di Kompleks Istana Kepresidenan Bogor Jawa Barat, Selasa (23/4).
-
Mengapa Presiden Jokowi mengajak investor Tiongkok untuk berinvestasi di Indonesia? Mengingat sejumlah indikator ekonomi di Indonesia menunjukkan capaian positif, antara lain pertumbuhan ekonomi yang konsisten di atas 5 persen, neraca dagang yang surplus 41 bulan berturut-turut, Purchasing Manager Index (PMI) berada di level ekspansi selama 25 bulan berturut-turut, dan bonus demografi.
-
Mengapa Jokowi berharap JAPINDA dapat terus mendukung peningkatan investasi? Jokowi berharap JAPINDA dapat terus mendukung peningkatan investasi dan alih teknologi di sektor ekonomi masa depan seperti transisi energi dan juga ekonomi digital.
-
Mengapa Jokowi menekankan pentingnya investasi sekarang untuk IKN? Jadi kalau mau investasi, sekali lagi, sekarang," tegasnya.
-
Bagaimana Presiden Jokowi saat ini? Presiden Jokowi fokus bekerja untuk menuntaskan agenda pemerintahan dan pembangunan sampai akhir masa jabaotan 20 Oktober 2024," kata Ari kepada wartawan, Senin (25/3).
-
Apa yang dimaksud Jokowi dengan 'Membeli Masa Depan' ketika berbicara tentang investasi di IKN? "Investasi di IKN Nusantara ini adalah membeli masa depan," ujar Jokowi di IKN, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Selasa (4/6).
-
Kenapa Presiden Jokowi ingin menerapkan skema investasi 'family office' di Indonesia? Pemerintah memproyeksikan investasi dari pengelolaan dana berbasis keluarga atau family office yang bisa ditarik ke Indonesia mencapai USD500 miliar dalam beberapa tahun ke depan.
"Ruwet artinya lama. Ruwet artinya biaya yang harus dibayar lebih mahal. Ini problem yang selalu saya dengar dari investor-investor yang ingin masuk ke Indonesia. Artinya eksekusi kita ini lamban," sambungnya.
Jokowi menjelaskan bahwa berdasarkan data Index Ease of Doing Business (indeks kemudahan berbisnis), Indonesia berada di posisi 72 per 2017. Menurut dia, hal ini memberikan kemudahan untuk berbisnis di Indonesia
Namun, banyaknya peraturan-peraturan dan perizinan yang harus dipenuhi menjadi masalah utama yang membuat para investor kabur. Padahal, kata Jokowi, kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia ada dua, yakni investasi dan ekspor.
"Kunci pertumbuhan ekonomi di negara kita ini ada dua kuncinya. Kalau investasi masuk sebanyak-banyaknya, kalau ekspor meningkat setinggi-tingginya. Engga ada yang lain. Kuncinya hanya dua itu," ucap dia.
"Tapi sekali lagi, inilah kondisi negara kita. Negara yang penuh dengan peraturan. Saya pernah menyampaikan ada 43 ribu aturan yang harus kita jalankan," tandasnya.
Reporter: Lisza Egeham
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Susun RAPBN 2020, Jokowi Mau Anggaran Beri Stimulus Naikkan Investasi dan Ekspor
Pasca Pemilu, Investasi Dipercaya Bakal Mengalir Deras ke Indonesia
Deretan Tugas Utama Presiden Pemenang Pilpres 2019 di 100 Hari Kerja
Investasi Petrokimia Arab Saudi Genjot Penggunaan Gas Bumi RI
Menkeu Siapkan Tax Holiday Untuk Investasi Arab Saudi di Kilang Cilacap
Pemilu 2019 Usai, Menkeu Sri Mulyani Sebut Tak Ada Lagi Penghambat Investasi Masuk RI