Jokowi Sebut Pabrik Amonium Nitrat di Kalimantan Bisa Kurangi 8% Bahan Baku Pupuk
Pabrik ini berkapasitas produksi 75 ribu ton per tahun.
Pabrik ini berkapasitas produksi 75 ribu ton per tahun.
Jokowi Sebut Pabrik Amonium Nitrat di Kalimantan Bisa Kurangi 8% Bahan Baku Pupuk
Jokowi Sebut Pabrik Amonium Nitrat di Kalimantan Bisa Kurangi 8% Bahan Baku Pupuk
- Jokowi Ingin Negara Lain Bergantung ke Indonesia untuk Kebutuhan Produk Tembaga
- Jokowi Resmikan Pabrik Bahan Anoda Baterai Litium di Jateng: Kita Sudah Jadi Negara yang Cepat
- Resmikan Pabrik Amonium Nitrat, Jokowi: Tambah Bahan Baku Pembuatan Pupuk
- Lusa, Presiden Jokowi Resmikan Pabrik Bahan Peledak di Kalimantan Timur
Presiden Joko Widodo meresmikan pabrik amonium nitrat di Kawasan Industrial Estate (KIE) Bontang, Kalimantan Timur, Kamis (29/2).
Pabrik yang dikelola secara joint venture oleh PT Pupuk Kaltim, PT Dahana dan PT Kaltim Amonium Nitrat (KAN) ini memiliki nilai investasi Rp 1,2 triliun. Pabrik ini berkapasitas produksi 75 ribu ton per tahun.
Jokowi mengaku bahagia karena bisa mengurangi impor amonium nitrat sebagai komponen bahan baku pupuk.
"Saya senang pabrik ini selesai nanti akan menambah bahan baku pembuatan pupuk Tanah Air, utamanya NPK. Diharapkan dengan selesainya pembangunan industri ini kemandirian dan produktivitas kita lebih mandiri, berdikari, dan investasi Rp 1,2 triliun tidak sia-sia," kata Jokowi di Bontang, Kalimantan Timur, Kamis (29/2).
Jokowi buka-bukaan beberapa komponen dan bahan baku pupuk Indonesia masih impor 21 persen.
Sehingga, Indonesia dinilainya belum bisa memiliki kemandirian terkait itu.
"Dengan dibangunnya pabrik amonium nitrat ini akan kurangi 21 persen impor kita, dikurangi 8 persen. Artinya masih 13 persen kita impor,"
kata Jokowi.
merdeka.com
RI 1 lantas meminta ekspansi ini diteruskan, sehingga substitusi barang impor bisa dilakukan.
Dia pun meminta bantuan kepada Kementerian BUMN, khususnya dalam melanjutkan peluasan untuk produksi barang-barang lainnya.
"Bukan hanya urusan amonium nitrat, namun produk lainnya yang impor. Harus semuanya diproduksi dalam negeri karena kita memiliki kekuatan untuk itu," pinta Jokowi.