Jual Premium, Pertamina rugi Rp 80 miliar per hari
Untuk meringankan beban akibat kerugian menjual Premium, Pertamina meminta pemerintah menyiapkan dana stabilisasi BBM.
PT Pertamina (Persero) terus mengeluh harus menanggung rugi lantaran menjual Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium di bawah harga keekonomian. Dari data Pertamina, kerugian yang harus ditanggung mencapai Rp 80 miliar per hari.
"Kita dalam menjual Premium ada perbedaan selisih Rp 1.000 lebih rendah dari harga keekonomian, kalau satu hari kita jual 80 juta liter, dikalikan saja. Sudah Rp 80 miliar sehari Pertamina rugi," ujar Direktur Pemasaran PT Pertamina (Persero) Ahmad Bambang dalam diskusi publik di Cikini, Jakarta, Rabu (5/8).
-
Apa yang diraih oleh Dirut Pertamina? Nicke menjadi salah satu dari dua wanita Indonesia paling berpengaruh yang masuk ke dalam daftar ini.
-
Kenapa Pertamina memprioritaskan program SEB? Ini langkah Pertamina dalam mengimplementasikan ESG (Environmental, Social, and Governance) dan Sustainable Development Goals (SDGs), sekaligus menanamkan kepedulian lingkungan pada generasi muda agar turut aktif berperan untuk mengurangi emisi karbon,” ujar Fadjar.
-
Bagaimana Dirut Pertamina bisa meraih prestasi ini? Forbes menjelaskan bahwa daftar wanita berpengaruh ditentukan dengan empat metrik utama, yaitu pendapatan, media, dampak, dan lingkup pengaruh.
-
Mengapa Pertamina mengkaji peningkatan kadar oktan BBM Subsidi? “Kalau misalnya dengan harga yang sama, tapi masyarakat mendapatkan yang lebih baik, dengan octan number lebih baik." Nicke menegaskan, Program Langit Biru Tahap 2 ini merupakan kajian internal di Pertamina dan untuk implementasinya nantinya akan diusulkan kepada pemerintah, dan nantinya akan jadi kewenangan pemerintah untuk memutuskan.
-
Apa saja penghargaan yang diterima Pertamina? Dua kategori penghargaan yang berhasil diraih Pertamina adalah Kategori Mitra dengan Inovasi Terbanyak dan Kategori Mitra dengan Komitmen Pendanaan Terbanyak.
-
Apa yang dimonitor Pertamina melalui PIEDCC? Melalui PIEDCC, Pertamina juga mampu memonitor secara real time ketersediaan energi di seluruh wilayah Indonesia dan bisa mengambil tindakan cepat memenuhi kebutuhan energi jika terjadi lonjakan konsumsi BBM dan LPG, atau keadaan darurat seperti bencana alam.
Meski mengeluh rugi, mau tidak mau Pertamina harus menerima kondisi itu. Mengingat kebijakan menjual Premium di bawah harga keekonomian merupakan kebijakan pemerintah untuk menjaga stabilitas perekonomian nasional.
"Kita mau apalagi kalau pemerintah minta begitu, karena pertamina juga milik pemerintah," kata dia.
Untuk meringankan beban akibat kerugian menjual Premium, Pertamina meminta pemerintah menyiapkan dana stabilisasi BBM mulai tahun depan. Dengan dana tersebut, pemerintah ikut menutup kerugian Pertamina.
"Kalau memang kondisi begitu, 2016 tolong dipikirkan untuk dana stabilisasi BBM. Seperti yang ada di pangan, ada dana stabilisasi pangan. Dengan rugi Rp 80 M per hari yah tentu ke keuangan Pertamina susah. Perusahaan itu bisa berkembang kalau ada penumpukan laba," harapnya.
Sebelumnya, Pemerintahan Jokowi - JK mengeluarkan kebijakan baru yaitu menyediakan dana stabilisasi harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Dana ini akan digunakan untuk menekan kerugian Pertamina dalam menjual Premium. Sebab, ada kalanya Pertamina dilarang menaikkan harga Premium saat harga minyak dunia mengalami kenaikan.
"Saya sudah tekankan berkali-kali akan dibentuk dana stabilisasi BBM. Niat suatu ketika harga (minyak dunia) turun, kelebihannya akan dijadikan kompensasi untuk menutup kerugian itu," ujar Menteri ESDM Sudirman Said di Kantor Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jakarta Selatan, Selasa (28/7).
Sudirman menjelaskan, anggaran stabilisasi BBM ini tidak akan dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dana ini akan diambil dari kelebihan uang Pertamina dalam menjual Premium ketika harga minyak dunia turun.
(mdk/noe)