Kekayaan Elon Musk Terpangkas Rp81,2 Triliun Usai Kecelakaan Mobil Tesla
Dikutip dari Forbes, nilai kekayaan Musk pada Senin kemarin terpangkas USD 5,6 miliar atau sekitar Rp81,2 triliun (kurs USD 1 = Rp14.500). Penyebabnya karena insiden kecelakaan mobil Tesla membuat harga sahamnya turun 3,8 persen di penutupan perdagangan Senin sore.
Bos Tesla, Elon Musk mengalami turun peringkat orang terkaya dunia ke posisi ketiga. Padahal sebelumnya Elon Musk terus mengekor di belakang Jeff Bezos sebagai orang terkaya kedua di dunia. Peringkat Elon Musk turun setelah insiden kecelakaan mobil Tesla yang membuat harga saham perusahaannya jatuh.
Dikutip dari Forbes, nilai kekayaan Musk pada Senin kemarin terpangkas USD 5,6 miliar atau sekitar Rp81,2 triliun (kurs USD 1 = Rp14.500). Penyebabnya karena insiden kecelakaan mobil Tesla membuat harga sahamnya turun 3,8 persen di penutupan perdagangan Senin sore.
-
Bagaimana Elon Musk memperoleh kekayaan? Musk adalah CEO perusahaan mobil listrik Tesla, perusahaan roket SpaceX, dan perusahaan media sosial X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
-
Apa yang dikatakan Elon Musk tentang perubahan? Beberapa orang tidak suka perubahan, tetapi kamu perlu menerima perubahan jika alternatifnya adalah bencana.
-
Apa sumber kekayaan Elon Musk? Musk adalah CEO perusahaan mobil listrik Tesla, perusahaan roket SpaceX, dan perusahaan media sosial X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
-
Apa yang direncanakan Elon Musk untuk dilakukan dengan kekayaannya? Elon MuskBahkan kabarnya Elon Musk menyatakan bahwa ia akan menggunakan kekayaannya untuk proyek-proyek besar dan filantropi.
-
Apa yang membuat Tesla menonjol di dunia otomotif? Tesla, sebuah merek mobil listrik Amerika yang terkenal, telah menarik perhatian dalam dunia otomotif karena desain futuristiknya.
-
Kapan Elon Musk membeli mobil kapal selamnya? Mobil yang diberi nama Wet Nellie ini dibeli Musk pada tahun 2013 silam secara anonim di lelang London dengan harga senilai Rp15 miliar.
Karenanya, Musk kini turun peringkat di posisi ketiga sebagai orang terkaya dunia dengan kekayaan USD 174,1 miliar atau Rp2.524 triliun. Posisinya digantikan bos barang mewah LVMH, Bernard Arnault. Kekayaan pria ini bertambah menyentuh USD 180,3 miliar atau sekitar Rp2.614 triliun.
Kekayaan Musk berkurang pasca mencuatnya kabar kecelakaan yang melibatkan mobil listrik Tesla Model S produksi tahun 2019, terutama menyoroti buruknya sistem mobil otonom yang mereka kembangkan. Kecelakaan yang terjadi di kota Houston, Texas ini terjadi pada Sabtu malam, pekan lalu.
Dua orang yang ada di dalam mobil diketahui meninggal dunia. Satu duduk di kursi penumpang bagian depan, dan satu duduk di belakang, sementara bagian kemudinya kabarnya kosong. Otoritas kepolisian setempat menyebut mobil melaju dengan cepat dan menabrak pohon, sebelum akhirnya terbakar.
Akibat kecelakaan ini, kecurigaan terhadap buruknya kualitas sistem otonom mobil Tesla makin meningkat. Kasus kecelakaan ini juga menambah banyak dari lebih dua puluh kasus kecelakaan yang melibatkan Tesla, dan sedang diawasi Badan Keselamatan Jalan Raya Amerika Serikat (NHTSA).
Tesla yang terkenal tidak memiliki divisi khusus relasi media, perusahaan tidak secara langsung memberikan keterangan resminya.
Elon Musk hanya membagikan cuitannya di hari yang sama saat kejadian, dengan mengklaim mobil buatan Tesla aman, termasuk fitur otonom atau tanpa kemudinya.
Kemudian pada Senin, Musk kembali memposting di Twitter menyangkal bahwa fitur Autopilot Tesla terlibat dalam kecelakaan itu. Log data yang ditemukan dari kecelakaan itu menunjukkan Autopilot tidak diaktifkan dan mobil diketahui tidak memasang fitur otonom.
Fitur Mobil Dipertanyakan
Usai kecelakaan tersebut, CNBC melaporkan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) langsung mengirimkan dua perwakilannya ke Texas, untuk menginvestigasi kecelakaan tersebut. NTSB kabarnya sedang menyelidiki sembilan kasus kecelakaan yang melibatkan Tesla.
Begitupun dengan NHTSA yang langsung memasukkan kejadian itu ke daftar baru investigasi terhadap Tesla yang sudah dimulai sebelumnya. Sampai saat ini, NHTSA sudah menyelidiki sekitar 28 kasus melibatkan perusahaan yang berbasis di Palo Alto, California ini.
Kecelakaan fatal yang melibatkan sistem otonom mobil Tesla telah menewaskan Joshua Brown dan Jeremy Banner di Florida, Walter Huang di California, di samping dua orang terbaru yang meninggal di Texas.
Kecelakaan yang melibatkan Autopilot juga menewaskan pengguna Tesla di China, Gao Yaning, serta kecelakaan di jalan raya Jepang yang menewaskan seorang pejalan kaki.
Terkait dengan sistem otonom di mobil Tesla, belum lama ini juga diketahui sistem yang mereka kembangkan tampaknya tidak sesuai ekspektasi yang sering digembar-gemborkan sang bos, Musk.
Dia sempat mengatakan fitur otonomnya bisa mendekati level 5, atau level tercanggih untuk mobil tanpa pengemudi.
Sayangnya, awal Maret lalu Departemen Kendaraan California (DMV) yang mengurusi soal lisensi kendaraan, menyebut fitur otonom Tesla hanya ada di level 2.
Ini menandakan mobil masih bisa jalan dengan sistem otonom, namun masih harus ada seseorang di kursi kemudi untuk memantau mobil berjalan sesuai kendali.
Sementara Musk sebelumnya sempat sesumbar melalui cuitannya, pengemudi bisa sambil bermain gim saat sedang mengemudi. Ini berkat adanya teknologi kendaraan otonom yang dikembangkannya.
Dia kemudian mendapat kritikan dari kompetitornya, pendiri Luminar, Austin Russell yang juga mengembangkan mobil otonom.
Bedanya Luminar menggunakan teknologi Lidar, inovasi yang sebelumnya sering diremehkan oleh Musk dan dianggap teknologi yang tidak tepat.
"Apa yang telah dibuat Tesla hari ini, yaitu anda tidak membutuhkan Lidar untuk apa yang disebutnya mobil otonom. Masalahnya adalah mobil itu bukan sepenuhnya otonom (tertawa). Di situlah saya pikir mereka menuai banyak kritikan dari industri ini karena apa yang mereka berikan," sebut Russell dalam wawancaranya dengan Market Watch.
Reporter: Abdul Azis Said
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)