Kepercayaan Masyarakat Terhadap Layanan Digital Kerek Saham Emiten Teknologi
Menurut Ferdiana, saat ini masyarakat lebih memilih mengurangi interaksi sosial dengan memanfaatkan platform teknologi digital memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan karena dapat digunakan kapan saja dan di mana saja, termasuk dari rumah sendiri.
Emiten teknologi finansial dan perdagangan elektronik, PT Hensel Davest Indonesia Tbk (HDIT) menilai semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap produk dan layanan digital, terutama saat pandemi, membuat harga saham-saham perusahaan teknologi di pasar modal terus meningkat.
"Menurut analisa manajemen kami, faktor yang memengaruhi ada dua secara umum yang dapat kami jabarkan. Pertama adalah adanya antusiasme dan kepercayaan masyarakat terhadap produk digital. Layanan digital saat ini makin populer diminati masyarakat, pertimbangan utama masyarakat salah satunya adalah kesehatan," kata Direktur dan Corporate Secretary HDIT Ferdiana Tjahyadi dikutip dari Antara, Kamis (17/6).
-
Apa itu Rupiah Digital? Rupiah Digital merupakan uang Rupiah yang memiliki format digital.
-
Kapan PT Tera Data Indonusa Tbk melantai di bursa saham? Bahkan pada 2022, saat pandemi berlangsung, perusahaan ini berani mengambil langkah melantai di bursa saham.
-
Siapa yang menerbitkan Rupiah Digital? Rupiah Digital hanya diterbitkan oleh Bank Indonesia selaku Bank Sentral Negara Republik Indonesia.
-
Bagaimana Web3 dapat membantu meningkatkan ekonomi digital? “Web3 dapat meningkatkan ekonomi digital dengan cara menawarkan biaya yang lebih rendah, keamanan, dan pengalaman yang unik serta berbeda,”ujar Fajrin.
-
Bagaimana cara Indonesia dan Singapura meningkatkan kerja sama ekonomi digital? Pada pertemuan bilateral tersebut, kedua Menteri membahas upaya peningkatan kerja sama ekonomi digital melalui ASEAN Digital Economy Framework Agreement dan Joint Initiative on e-Commerce di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
-
Kapan Bursa Berjangka Aset Kripto diluncurkan? Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan meluncurkan Bursa Berjangka Aset Kripto di Jakarta, Jumat (28/7).
Menurut Ferdiana, saat ini masyarakat lebih memilih mengurangi interaksi sosial dengan memanfaatkan platform teknologi digital memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan karena dapat digunakan kapan saja dan di mana saja, termasuk dari rumah sendiri.
"Kita juga melihat ada perubahan tren bisnis, di mana perusahaan yang dianggap bisa eksis adalah perusahaan yang telah melengkapi infrastrukturnya dengan layanan dan produk secara digital, sehingga saat ini banyak muncul perusahaan startup di bidang teknologi dan juga mempertimbangkan pendanaan melalui pasar modal," ujar Ferdiana.
Sementara itu, secara khusus, Ferdiana menilai melambungnya harga saham perseroan yang juga ikut melambung, selain karena membaiknya daya beli masyarakat tapi juga karena adanya rencana pencabutan subsidi listrik secara bertahap atas diskon Tarif Dasar Listrik (TDL) oleh pemerintah.
"Pemerintah kan mencabut subsidi listrik tersebut dengan pertimbangan mulai terjadinya pemulihan ekonomi di berbagai daerah sehingga itu mengakibatkan perseroan yang memiliki pendapatan tertinggi sementara dari pembayaran listrik PLN, nanti juga akan mengalami recovery kinerja operasional," kata Ferdiana.
Ferdiana menyampaikan, rencana pemerintah mencabut subsidi listrik akan sangat membantu kinerja perseroan dengan sangat signifikan.
"Kami berharap ini akan menjadi momentum yang tepat untuk kembali bergerak menuju pertumbuhan yang sejatinya diharapkan seperti pada waktu sebelum terjadinya pandemi yang hampir menggerus seluruh industri usaha di seluruh dunia," ujar Ferdiana.
Laporan Keuangan
Laporan keuangan HDIT pada akhir Desember 2020 menurun karena adanya subsidi pemerintah yang menggratiskan listrik 450 VA dan memberikan subsidi diskon atas TDL untuk listrik 900 VA hingga 1300 VA.
Namun, lanjut Ferdiana, saat ini sudah menunjukkan perbaikan ada kenaikan omzet 3,05 persen dibandingkan omzet kuartal III 2020.
"Ini bisa terjadi karena membaiknya daya beli masyarakat dan rencana pengurangan subsidi listrik oleh pemerintah yang kemungkinan nantinya subsidi tersebut akan dihapus pada Juli 2021 yang berarti akan ada juga perbaikan kinerja perseroan," katanya.
Laba kotor perseroan mulai meningkat 33,15 persen menjadi Rp20,18 miliar dibandingkan kuartal III Rp15,16 miliar.
"Saat ini memang beban usaha ada kenaikan sebesar 54,85 persen jadi Rl15,886 miliar yang tadinya Rl10,285 miliar, namun dengan keadaan tersebut laba perseroan hanya turun 12,3 persen saja jadi Rp4,294 miliar dari laba usaha kuartal III Rp4,897 miliar," ujar Ferdiana.
Total aset perseroan saat ini mencapai Rp413 miliar atau naik 0,64 persen dibandingkan kuartal III Rp411 miliar.
(mdk/idr)