Kerajinan rotan NTB sampai ke Cile
Pengrajin rotan asal NTB ini mengekspor hasil olahannya sampai 1,5 miliar per tahun.
Geliat para pengrajin rotan mulai berangsur pulih sudah. Setelah lama tidak mendapatkan bahan baku karena ekspor yang tinggi, para pengrajin rotan kini kembali memiliki semangat untuk kembali berproduksi. Salah satunya, pengrajin rotan Wirajagad Art Shop dari Nusa Tenggara Barat.
Bahkan, geliat ekspor kerajinan tangan ini mulai diminati warga Cile, bukan hanya pasar yang selama ini dominan memberi barang khas tanah air seperti Amerika Serikat dan Jepang. Paling tidak, Wirajagad Art Shop, setiap tiga bulan mengekspor sampai 2 kontainer untuk 15 sampai 20 jenis barang.
Salah seorang pengusaha rotan, Murtimah, pada saat pameran kerajinan, Inacraft mengaku penjualan barang kerajinan rotan dan kayu yang dibuat secara manual mulai kembali mengeliat. Paling tidak setiap tahunya total ekspor bisa mencapai Rp 1,5 miliar.
Dia berharap dengan adanya ajang pameran, produk KUKM akan lebih membumi kembali dan dilirik para konsumen lokal maupun luar negeri. Paling tidak, setiap ajang pameran Inacraft bisa mengantongi penjualan Rp 100 juta sampai Rp 200 jutaan. "Dalam ajang ini kami dapat order USD 10.000," katanya.
Sejak tahun 2000, Murtimah memulai usaha kerajinannya di Desa Belaka, Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat dengan modal awal Rp 20 juta. Usaha terus berkembang dan kini beromzet Rp 150 juta per bulan. "Keuntungan dari kerajinan tangan sekitar 40 persen dari harga modal," katanya.
Dia mengatakan dirinya mendapatkan bahan baku rotan dari Kalimantan dan Flores. Untuk bahan baku kayu dia mengambil sendiri dari kebun kayunya di Nusa Tenggara Barat. "Kebutuhan bahan baku rotan tiap minggu mencapai 25 ton," katanya. Saat ini usahanya memperkerjakan 7 orang," ungkapnya.