Kinerja sektor Perbankan melambat
Perlambatan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dan kredit menjadi faktor utama.
Meskipun secara umum industri jasa keuangan dalam kondisi sehat, harus diakui terjadi perlambatan kinerja. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melihat, salah satu sektor yang mengalami perlambatan antara lain perbankan nasional.
Perlambatan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dan kredit menjadi faktor utama. Kepala Departemen Pengembangan Kebijakan Strategis OJK Imansyah mengungkapkan, pada Desember 2014 pertumbuhan dana nasabah dan kredit masing-masing hanya 12,29 persen dan 11,58 persen. Padahal November 2014, masing-masing tumbuh 13,79 persen dan 11,89 persen.
-
Bagaimana OJK mendorong pengembangan perbankan syariah? Berbagai kebijakan dikeluarkan OJK untuk mendorong pengembangan perbankan syariah bersama stakeholders terkait beberapa inisiatif seperti: Mulai dari perbaikan struktur industri perbankan syariah yang dilakukan melalui konsolidasi maupun spin-off unit usaha syariah (UUS). Lalu penguatan karakteristik perbankan syariah yang dapat lebih menonjolkan inovasi model bisnis yang lebih rasional, serta pendekatan kepada nasabah yang lebih humanis; Pengembangan produk yang unik dan menonjolkan kekhasan bank Syariah, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat untuk meningkatkan competitiveness perbankan syariah. Lalu, peningkatan peran bank syariah sebagai katalisator ekosistem ekonomi syariah agar segala aktivitas ekonomi syariah, termasuk industri halal agar dapat dilayani dengan optimal oleh perbankan syariah; dan Kelima, peningkatan peran bank syariah pada dampak sosial melalui optimalisasi instrumen keuangan sosial Islam untuk meningkatkan social value bank syariah.
-
Apa yang ingin dicapai OJK dari pengembangan perbankan syariah? Bank syariah saat ini sedang kita coba arahkan untuk memberikan alternatif produkproduk perbankan syariah yang bukan merupakan bayangan dari produk-produk yang sudah ada di perbankan konvensional,” kata Dian.
-
Apa yang dikatakan OJK mengenai sektor jasa keuangan Indonesia saat ini? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial. seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
-
Kenapa OJK mengupayakan perluasan akses keuangan di Jawa Tengah? Otoritas Jasa Keuangan bersama seluruh pemangku kepentingan terus memperluas akses keuangan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah.
-
Kenapa OJK terus berupaya mengembangkan industri perbankan syariah? OJK terus berupaya mengembangkan industri perbankan syariah dengan memanfaatkan keunikan dan kekhasannya yang memiliki keunggulan dibanding produk bank konvensional. Keunggulan itu perlu dimaksimalkan agar perbankan syariah dapat memberikan dampak positif pada masyarakat dan perekonomian nasional.
-
Bagaimana OJK mendorong penguatan governansi di sektor jasa keuangan? OJK telah meminta agar Industri Jasa Keuangan terus memperkuat governansi antara lain dengan penerapan manajemen risiko dan manajemen anti-fraud serta penyuapan.
Walaupun secara umum melambat, pertumbuhan kredit sektor konstruksi dan rumah tangga tetap melaju kencang.
"Peningkatan kredit sektor konstruksi tersebut sejalan dengan program pemerintah yang fokus pada infrastruktur," kata Iman di Jakarta, Kamis (12/2).
Dilihat dari rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan pada Desember 2014, juga mengalami penurunan. Tercatat hanya sebesar 19,57 persen dibanding November 2014, sebesar 19,67 persen.
OJK mencatat, dari sisi Rentabilitas atau kemampuan bank menghasilkan laba selama periode tertentu, relatif baik. Ini tercermin dari rasio Net Interest Margin (NIM) dan Return On Asset (ROA) masing-masing tumbuh 4,24 persen dan 2,85 persen.
Untuk industri perasuransian masih cemerlang. Nilai investasi industri perasuransian mengalami peningkatan sebesar 2,12 persen menjadi Rp 616,2 triliun di Desember 2014. Nilai investasi dana pensiun meningkat sebesar 0,91 persen atau Rp 180,4 triliun dari sebelumnya Rp 178,7 triliun.
Sementara untuk kondisi di Pasar Saham, selama Januari 2015 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menguat didorong penguatan sektor properti, barang konsumsi, aneka industri, perdagangan dan keuangan. Namun di sisi lain penurunan index terjadi pada sektor pertanian, industri dasar, infrastruktur dan pertambangan.
"Pelemahan index sektor pertanian dan pertambangan dipengaruhi oleh berlanjutnya tren penurunan harga komoditas dunia," katanya.
(mdk/noe)