Kisah Penjual Nasi Bebek & Pengusaha Batik, Digitalisasi Melaju UMKM Maju
Era digitalisasi membuka pintu bagi transformasi yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan. Termasuk dalam dunia bisnis mikro dan keuangan perorangan.
Digitalisasi Melaju UMKM Maju
Malam di akhir bulan selalu menjadi momen perjuangan bagi Tomo (24). Karyawan baru swasta di Jakarta ini harus selalu mengirit agar gaji UMRnya cukup membiayai hidup sampai tanggal 25.
Salah satu caranya dengan tidak membawa uang tunai. "Kalau tidak lihat uang di dompet keinginan jajan bisa ditekan," akunya pada merdeka.com ditulis Kamis (7/12).
Guna memenuhi kebutuhan transaksi keuangan hariannya, Tomo mengandalkan layanan digital.
Termasuk QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard). Namun sayang, tidak banyak pedagang sekitar indekosnya melayani pembayaran melalui QRIS.
- Mudah & Lengkap! Kurang dari 4 Tahun Pengguna BRImo Melejit dari 2,9 Juta Jadi 30,4 Juta
- 4 Tahun Transformasi Perum Perhutani Hingga Garap Proyek Strategis BUMN
- Wapres Ma'ruf Amin Pimpin Pemberian Penghargaan Terkait Digitalisasi kepada Pemkot Denpasar
- Digitalisasi Bantu Usaha Cuci Sepatu di Bogor Ini Raih Kenaikan Omzet Signifikan
"QRIS biasanya ditemukan pada usaha yang pemiliknya cukup muda kan karena anak muda sudah melek digital," tuturnya.
Harus diakui, era digitalisasi membuka pintu bagi transformasi yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan. Termasuk dalam dunia bisnis mikro dan keuangan perorangan.
Wardahtun, penjual nasi bebek Madura langganan Tomo mengaku, banyak konsumen yang menjadi langganannya semenjak menyediakan sistem pembayaran QRIS.
Menurutnya, belum banyak pedagang disekitar lokasi usahanya yang menggunakan QRIS.
"Alhamdulillah, banyak konsumen yang kembali datang karena tak perlu repot saat membayar," tuturnya pada merdeka.com.
Wardah, panggilannya, memilih menggunakan QRIS dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) karena kemudahan yang ditawarkan.
Wardah mengaku layanan digital tak hanya membantu menggenjot omzetnya, namun juga dalam pencatatan transaksi harian sehingga memudahkan dalam pengajuan pembiayaan bank.
Cerita Wardah menjadi gambaran nyata bagaimana layanan digital dari BRI dapat memberdayakan individu dan membuka peluang baru.
Sebagai seorang ibu rumah tangga yang memiliki semangat wirausaha tinggi, Wardah tak cuma bisa menjalankan bisnis bebek gorengnya dengan sukses.
Tetapi juga memastikan bahwa usahanya memberikan dampak positif pada kehidupan keluarganya.
Kenaikan omzet penjualan membuatnya mampu menyekolahkan anaknya hingga bangku kuliah. Sebelumnya, Wardah mengaku hanya berencana menyekolahkan anaknya hingga SMA untuk selanjutnya membantunya mencari nafkah.
Pengaruh Layanan Digital pada Pertumbuhan UMKM
Sekelumit kisah Ibu Wardah adalah representasi dari dampak positif yang bisa diberikan layanan digital terhadap pertumbuhan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Melalui penggunaan teknologi, UMKM memiliki akses yang lebih baik ke pasar, manajemen keuangan yang lebih terstruktur, dan peluang untuk berkembang lebih jauh.
Menurut survei Google, Temasek & Bain, mencatat ada 21 juta konsumen digital baru pada 2021.
Berdasarkan hasil survei CORE, sebanyak 70 persen pelaku UMKM mengalami kenaikan pendapatan rata-rata 30 persen dengan tergabung dalam ekosistem digital.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menekankan pentingnya untuk UMKM melakukan digitalisasi. Menurutnya, go digital juga mencakup cara atau metode pembayaran.
Direktur Konsumer BRI, Handayani mengatakan, tren transaksi digital melonjak saat pandemi Covid-19. Sebab, preferensi masyarakat berubah, dari menggunakan uang tunai menjadi cashless.
Oleh karenanya, industri keuangan termasuk perbankan memberikan mekanisme solusi berbasis digital.
Digitalisasi bagi UMKM akan memudahkan dalam melakukan sinergi dengan berbagai produk jasa keuangan, utamanya dalam penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Maka dari itu, teknologi adalah kunci UMKM untuk bisa meningkatkan penjualannya di era industri 4.0 di mana internet sudah menjadi elemen dasar di kehidupan sehari-hari.
Penggunaan teknologi menjadi solusi yang paling pas untuk membantu roda perekonomian UMKM tetap berjalan.
Pemerintah sendiri optimistis target 30 juta UMKM go digital di 2030 tercapai. Saat ini, realisasi di ekosistem digital baru mencapai 27 juta UMKM.
Nilai ekonomi digital Indonesia pada 2023 diprediksi mencapai USD 82 miliar, dan diperkirakan mampu mencapai USD 109 miliar pada 2025. Selain itu, 40 persen pangsa pasar ekonomi digital Asia Tenggara berada di Indonesia.
Jatuh Bangun Bisnis UMKM
Tak pernah terpikir bagi seorang Wardahtun untuk berwirausaha. Sejak lulus SMA, perempuan asal Madura ini sudah diarahkan keluarga untuk bekerja. Kala itu, dirinya memilih menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Arab Saudi.
Wardah mengingat awal upahnya sebagai TKW di Saudi mencapai Rp 1,5 juta jika dikurs Rupiahkan. Sementara, bekerja sebagai ART di Indonesia pada 2004 silam hanya digaji Rp 500 ribuan.
Jauh di perantauan membuat keluarga tak tenang. Wardah diminta kembali dan diajak ke Jakarta oleh pamannya. Pada Desember 2013, Wardah diberikan modal usaha oleh keluarga untuk membuka warung kaki lima nasi bebek.
"Hampir 10 tahun ternyata saya sudah berjualan ya mas," kenangnya pada merdeka.com.
Kala itu, pendapatan hariannya rata-rata hanya Rp 200.000 per hari. Belum lagi jika harus kena tipu. Wardah hampir menyerah dan ingin kembali menjadi TKW. Titik baliknya terjadi ketika dirinya mendapat pesanan partai besar dari mandor proyek gedung kedutaan Australia.
Selama menjadi nasabah BRI, Wardah merasakan banyak kemudahan. "Waktu ngajuin KUR itu, berkas diproses 3 hari. Hari keempat jam 9 ada orang BRI survei. Jam 14 langsung cair disuruh datang bawa meterai," ujarnya.
Wardah bercerita, KUR terakhir yang diajukannya sebesar Rp 50 juta pada 2017. Saat itu, dia mendapat suku bunga di bawah 1,5 persen. Wardah melakukan pelunasan selama tiga tahun.
Sejak mendapat KUR, bisnis Wardah meningkat. Gerobaknya diperbarui. Meja dan kursi menjadi lebih lebar. Pelanggan semakin banyak berdatangan. Apalagi, tambah Wardah, saat dirinya menerima pembayaran digital.
Banyak konsumen yang menjadi langganannya semenjak menyediakan sistem pembayaran QRIS. Menurutnya, belum banyak pedagang disekitar lokasi usahanya yang menggunakan QRIS.
"Alhamdulillah, banyak konsumen yang kembali datang karena tak perlu repot saat membayar," tuturnya.
Dalam era di mana teknologi semakin merajalela, BRI hadir sebagai mitra handal bagi UMKM seperti bisnis bebek goreng Ibu Wardah. Melalui layanan digital BRI, Wardah dapat dengan mudah mengelola transaksi bisnisnya, dari pembelian bahan baku hingga penjualan produk.
Kecepatan dan kemudahan yang ditawarkan oleh layanan digital BRI juga terasa dalam urusan keuangan keluarga Ibu Wardah.
Kini, semenjak dirinya sudah go digital, pendapatan hariannya meningkat mencapai jutaan. Dirinya berharap akan ada lagi inovasi-inovasi digital di sektor keuangan yang bisa mempermudah usahanya dan UMKM lainnya.
Peran BRI dalam Mendorong Digitalisasi
Sebagai bank yang berperan dalam pengembangan ekonomi nasional, BRI memiliki tanggung jawab mendorong adopsi teknologi di masyarakat.
Dalam keterangannya, sejak mencanangkan visi menjadi The Most Valuable Banking Group in South East Asia & Champion of Financial Inclusion di 2025, BRI terus memperkuat aspek digitalisasi di tubuh perusahaan.
Hasilnya, nasabah BRI kini bertransformasi ke arah digital dengan pesat. Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI, Arga M. Nugraha menyatakan, sebanyak 96,7 persen aktivitas nasabah BRI telah menggunakan digital channel, berbanding jauh dengan 3,3 persen yang masih datang ke unit kerja.
Mulai dari e-commerce, fintech, ride hailing, API enabler, health tech, hingga perusahaan non digital seperti institusi pendidikan dan lembaga pemerintahan—semuanya telah menjadi bagian dari transformasi digital BRI.
Sebagai informasi, BRIAPI mencatat kenaikan volume penjualan hingga 229,8 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp182,78 triliun. Ada lebih dari 235,1 juta transaksi melalui BRIAPI yang terjadi pada 2021.
Keberhasilan BRI meraih kenaikan volume penjualan, transaksi, dan fee-based income (FBI) dari BRIAPI menjadi salah satu bukti suksesnya transformasi digital perseroan.
Pencapaian ini merupakan buah dari hasil kerja keras rekan-rekan BRILiaN, tenaga pemasar BRIAPI, serta kolaborasi dengan seluruh mitra.
Inspirasi bagi UMKM Lainnya
Melalui kisah Ibu Wardahtun, bisa menjadi inspirasi bagi pelaku UMKM lainnya untuk menjelajahi potensi layanan digital dalam mengembangkan usaha mereka.
Selain Wardahtun, Rolupat juga memiliki cerita akan positifnya UMKM saat go digital. Henny Christiningsih, pemilik Rolupat, mengaku bisnis penjualan batiknya meningkat saat memanfaatkan digitalisasi.
Henny menuturkan, semenjak pandemi, 60 persen penjualannya didominasi lewat online. "Mulai jualan online tahun 2019. Jual di Shopee, Tokopedia, dll," ujarnya.
Merambah dunia digital, pengusaha yang menjadi nasabah setia BRI ini mengingatkan, bukan tanpa saingan. Kompetitor justru semakin bertambah. Maka dari itu, diperlukan strategi pemasaran yang mumpuni.
"Seringlah berinovasi dalam desain, jangan monoton," tegas Henny.
Selain itu, cobalah berbagai kanal penjualan. Seperti salah satu contohnya, memasarkan barang dengan menggunakan siaran langsung.
"Ada juga live instagram, tiktok," imbuhnya.
Usai merasakan manfaat jualan online, Henny pun mendorong UMKM untuk go digital. Dengan mengadaptasi perubahan niscaya bisnis akan berkelanjutan.
"Digitalisasi sangat penting. Sekarang semua hal diupload."
Waspada Saat Bertransaksi Digital
Layaknya sebuah sistem, selain menawarkan kemudahan, layanan digital juga menyimpan potensi permasalahan. Fraud dengan memanfaatkan QRIS belakangan marak terjadi.
Salah satunya dengan modus operandi mengganti barcode QR dengan milik pelaku kejahatan guna mengalihkan transaksi menuju kantong pribadi. Seperti aksi pria yang menukar kode QRIS kotak amal masjid di Jakarta Selatan.
"Pada case dugaan penyalahgunaan QRIS pada salah satu rumah ibadah di Jakarta, pelaku mendaftar sebagai merchant QRIS dengan nama restorasi masjid namun merchant tersebut tidak terdaftar sebagai tempat ibadah melainkan merchant reguler," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono.
Penipuan dengan media QRIS sejatinya bisa lebih luas dari sekedar menukar barcode. Di banyak negara dunia, kode QR yang diproduksi pelaku kejahatan sudah mengarah ke kejahatan siber.
Kejahatan transaksi digital biasanya menggunakan teknik manipulasi sosial, di mana pelaku mengambil informasi rahasia dari nasabah dengan trik tertentu.
Memanipulasi seseorang untuk memberikan passwordnya cenderung lebih mudah daripada membobol sistem untuk mendapatkannya.
Oleh karena itu, agar terhindar dari kerugian, diperlukan kewaspadaan dan pemahaman cara bertransaksi digital secara aman. BI meminta masyarakat memperhatikan tiga hal untuk menjaga keamanan transaksi digital.
Pertama yang harus diperhatikan adalah menjaga kerahasiaan data pribadi. Hindari memberikan data seperti user ID, password, dan kode OTP kepada siapapun.
Selain itu, membagikan data pribadi seperti nomor telepon, email, dan nomor identitas di media sosial juga berpotensi untuk disalahgunakan. Pastikan membuat password yang sulit ditebak.
Kedua, selalu waspada dengan berbagai modus penipuan saat bertransaksi online. Gunakan perangkat milik pribadi untuk melakukan transaksi digital dan pastikan untuk selalu log-out setelah selesai bertransaksi.
"Jangan mudah percaya dengan tawaran hadiah dan jangan meng'klik' tautan atau link yang mencurigakan, karena ini adalah modus kejahatan online 'phishing'. Industri jasa keuangan adalah sektor yang paling sering diserang oleh kejahatan 'phishing'," tulis BI.
Terakhir, apabila ada masalah saat transaksi, hal pertama yang harus dilakukan adalah menghubungi contact center resmi penyelenggara.