Kisah Perempuan Militer, Bertugas Jatuhkan Bom dan Selalu Tepat Sasaran ke Arah ke Musuh
Bahkan, Jerman menjuluki pilot pengebom Rusia sebagai Nachthexen, atau “penyihir malam”.
Resimen ini sangat dikenal di militer Rusia. Sebab, sepanjang perang dunia kedua, pilot dari resimen pengebom Rusia berhasil menjatuhkan bom tepat sasaran.
Kisah Perempuan Militer, Bertugas Jatuhkan Bom dan Selalu Tepat Sasaran ke Arah ke Musuh
Kisah Perempuan Militer, Bertugas Jatuhkan Bom dan Selalu Tepat Sasaran ke Arah ke Musuh
- Usai Dibebaskan, Pilot Susi Air Philip Mehrtens Diserahkan Indonesia ke Pemerintah Selandia Baru
- Pilot Pesawat Jatuh di BSD Dimakamkan Hari Ini di Semarang
- Jepang Jadi Negara Kelima Capai Bulan, Pesawat Alami Kendala Sesaat Setelah Mendarat
- Jebolan Akmil, Habib Hifni Assegaf Kini Sukses Jadi Pilot Andal di Amerika Serikat
Tentara identik dengan profesi kaum laki-laki. Namun pada perang dunia kedua, ketika Jerman menyerang Moskow, Rusia, seorang tentara Marina Raskova meminta tiga resimen pilot wanita.
Resimen yang diminta saat itu adalah resimen pengebom. Resimen ini sangat dikenal di militer Rusia. Sebab, sepanjang perang dunia kedua, pilot dari resimen pengebom Rusia berhasil menjatuhkan bom tepat sasaran.
Bahkan, Jerman menjuluki pilot pengebom Rusia sebagai Nachthexen, atau “penyihir malam”.
Dengan menggunakan pesawat kayu lapis reyot, pasukan wanita dari Resimen 588 melakukan lebih dari 30.000 misi dan menjatuhkan lebih dari 23.000 ton bom ke arah Nazi.
Dari misi tersebut, sebanyak 24 pilot menerima medali Pahlawan Uni Soviet.
Melansir dari laman History, pilot - pilot perempuan yang bertugas dalam perang dunia kedua berjumlah 2.500 orang. Dan banyak dari mereka menjadi pilot tanpa latihan formal.
Disebutkan dalam laman History, tentara wanita yang bertugas sebagai pilot itu menargetkan perwira garis depan Jerman.
Seorang penembak jitu, Lyudmila Pavlichenko berhasil mengeliminasi 309 tentara Jerman, termasuk 36 penembak jitu musuh, dalam waktu kurang dari satu tahun bertugas di Divisi Senapan ke-25 Tentara Merah.
Lyudmila pernah terluka empat kali hingga akhirnya dia dikeluarkan dari pertempuran pada akhir tahun 1942.
Keterlibatan perempuan dalam milter juga diterapkan di Inggris. Saat itu, Inggris mulai menggunakan perempuan dari Auxiliary Territorial Service (ATS) di unit antipesawat.
Wanita ATS (dikenal sebagai Ack Ack Girls) bertugas dalam baterai Artileri Kerajaan campuran dengan pria.
Meskipun mereka terampil dalam mengenali, atau menemukan lokasi pesawat musuh, mengatur jangkauan dan mengarahkan senjata antipesawat serta menangani amunisi, perempuan dilarang untuk benar-benar menarik pelatuknya. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu asisten penembak.
"Kami melakukan tugas yang sama seperti para pria. Saat mereka berjaga sepanjang malam mereka membawa senapan, saat kami berjaga kami membawa gagang sapu," ujar seorang asisten penembak.
Pada akhir perang, lebih dari 74.000 wanita Inggris bertugas di unit antipesawat. Secara keseluruhan, 389 perempuan ATS terbunuh dan terluka selama konflik.
Seperti yang ditulis Pile, “Gadis-gadis itu hidup seperti laki-laki, melawan cahaya mereka seperti laki-laki dan, sayangnya, beberapa dari mereka mati seperti laki-laki."