Tegas! Pernyataan TNI soal KKB Papua Sebut Militer Indonesia Kirim Jet Tempur Bebaskan Pilot Susi Air
Pengakuan Egianus pengerahan pasukan militer Indonesia dalam misi pembebasan Kapten Philips Mark Marthens melalui jalur udara
Pengakuan Egianus pengerahan pasukan militer Indonesia dalam misi pembebasan Kapten Philips Mark Marthens melalui jalur udara
Tegas! Pernyataan TNI soal KKB Papua Sebut Militer Indonesia Kirim Jet Tempur Bebaskan Pilot Susi Air
Pimpinan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Egianus Kogoya menyebut, pemerintah Indonesia sedang mengerahkan pasukan militernya dalam melakukan misi pembebasan terhadap kapten Philips Mark Marthens.
Pilot Susi Air itu diketahui telah menjadi sandera KKB sejak 7 Februari 2023 silam atau sudah satu tahun lebih.
Dalam keterangan Egianus, tak hanya mengerahkan pasukan militer saja.
Otoritas militer Indonesia juga disebut melakukan serangan bom melalui dua pesawat jet tempur, 11 helikopter skuadron dan kamera drown yang difasilitasi dengan bom mortir.
Apa yang disampaikan oleh Egianus ternyata dikatakan Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI R. Nugraha Gumilar, tidak benar terkait informasi tersebut.
"Berita tersebut tidak benar,"
kata Nugraha saat dikonfirmasi, Jumat (19/4).
merdeka.com
Dalam rilis yang diterima, menurut pengakuan Egianus bahwa pengerahan pasukan militer Indonesia dalam misi pembebasan Kapten Philips Mark Marthens melalui jalur udara telah merusak fasilitas sipil, perkebunan warga dan tempat tinggal Kapten Philips.
Hal itu disebutnya akibat terkena serangan bom mortir yang dibuang dan ditembak dari pesawat jet dan helikopter militer Indonesia tepat di tempat pengungsian.
"Sejak tahun 2017 kami sudah umumkan kepada publik dan kepada pemerintah serta militer Indonesia bahwa wilayah-wilayah yang termasuk dalam zona perang diantaranya dari jalan Trans Wamena-Nduga sampai Mamugu atau Batas Batu, di luar dari itu adalah tempat pengungsian dan wilayah sipil yang tidak boleh dilakukan serangan menggunakan pesawat, helikopter, dan serangan bom mortir melalui jalur darat dan udara,"
kata Egianus dalam keterangannya.
"Atas serangan tersebut kapten Philips Mark Marthens yang selama ini kami fasilitasi dan berikan ruang aman terhadap dirinya untuk tinggal bersama masyarakat setempat di tempat-tempat pengungsian, kami telah ambil dari tempat aman. Sebab, serangan bom mortir telah membahayakan dirinya dan warga sipil yang tinggal di tempat pengungsian," kata Egianus.
Egianus menyebut, Kapten Philips saat ini tengah bersama mereka di medan perang dari Jalan Trans Wamena, Nduga sampai Mamugu atau Batas Batu.
"Kami akan hidup dan mati bersama di medan perang di Papua Barat jika Pemerintah Indonesia dan Selandia Baru tidak melakukan negoisasi pembebasan sandera dengan kami yang difasilitasi oleh PBB," sebutnya.
"Dalam hal ini kami menilai bahwa Militer Indonesia sedang melakukan misi pembebasan sandera dengan tidak menjujung tinggi nilai-nilai kemanusiaan terhadap masyarakat sipil yang tinggal di tempat pengungsian diluar dari wilayah konflik yang telah kami umumkan. Maka dengan demikian pihak-pihak kemanusian secara global untuk segera memantau pemukiman warga sipil yang terkena serangan bom yang dilakukan oleh Militer Indonesia dari sejak tanggal 27 Maret 2024-3 April 2024," kata Egianus.