Mal di Indonesia Diklaim Lebih Baik dari San Francisco, Menko Airlangga: Tak Ada Semodis di Indonesia
Tidak ada pusat perbelanjaan di negara manapun semodis di Indonesia. Terutama wilayah DKI Jakarta.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengklaim bahwa pusat perbelanjaan atau mal di Indonesia lebih baik dibandingkan luar negeri. Bahkan, jika dibandingkan dengan mal di pusat kota mode dunia San Francisco, Amerika Serikat (AS).
"Kita tahu kalau mal di Indonesia lebih baik dari berbagai mal di global, termasuk di San Fransisco," kata Airlangga dalam acara Indonesia Retail Summit di Swissotel Jakarta PIK Avenue, Rabu (28/8).
- Momen Bersejarah, Pertama Kalinya Bendera Pusaka Merah Putih Dibawa dari Jakarta ke IKN
- Menko Airlangga Klaim Jakarta hingga Kalimantan Timur Setara Singapura, Ini Datanya
- Misbakhun: Indonesia Punya Modal Kuat Hadapi Dampak Konflik Timur Tengah
- Mantan Wali Kota Surabaya hingga Krisdayanti Bakal Meriahkan Kampanye Akbar Ganjar-Mahfud di Sidoarjo
Dalam pengamatannya, tidak ada pusat perbelanjaan di negara manapun semodis di Indonesia. Terutama wilayah DKI Jakarta.
"Di berbagai negara lain, tidak semodern yang ada di Indonesia, khusus ada di Jakarta," ucap dia.
Lanjutnya, keberadaan pusat perbelanjaan modern tersebut mengindikasikan ada peningkatan pendapatan per kapita masyarakat. Tercatat, pendapatan per kapita masyarakat di DKI Jakarta mencapai USD 20.000 per tahun.
"Kenapa di Jakarta kuat, karena income per kapita di Jakarta sudah lewat dari middle income trap, rata-rata pendapatan di Jakarta itu USD 20.000 per tahun," ucap dia.
Jumlah Mal Terus Bertambah
Dengan tren pendapatan per kapita masyarakat yang terus meningkat. Airlangga memprediksi akan semakin banyak pusat perbelanjaan yang tumbuh di Indonesia, terutama Jakarta.
"Tentu ini mendorong jumlah mal, sebetulnya kalau kita monitor pertumbuhan ekonomi itu bisa monitor, jenis retail di kota itu bisa mencerminkan berapa level income per kapita," beber dia.
Ke depan, pemerintah berkomitmen untuk terus mengerek daya beli masyarakat kelas menengah. Hal ini bertujuan untuk menjaga konsumsi masyarakat termasuk di sektor ritel.
"Kelas menengah kita ini jumlahnya cukup besar, kita punya kelas menengah yang jumlahnya 164 juta orang. Memang middle class ini banyak program yang didukung pemerintah, antara lain di sektor kesehatan melalui PBI untuk BPJS Kesehatan, dan coverage BPJS Kesehatan kita jadi salah satu yang terlengkap di berbagai negara," tegas dia.
- Kawasan Borobudur Ditata Ulang Agar Lebih Cantik, Begini Bocoran Desainnya
- 5 Aktivitas Fisik yang Bisa Jadi Alternatif ketika Terlalu Sibuk untuk Berolahraga
- Sederet Solusi dari Luhut Agar Harga Tiket Pesawat Rute Domestik Murah
- Lagi Enak Rebahan, Momen Pria Nyaris 'Diseruduk' Truk yang Tabrak Toko Kusen Kayu Bikin Kaget
- Mengenal Labubu, Gantungan Kunci Jutaan Rupiah yang Viral Gara-gara Lisa Blackpink
Berita Terpopuler
-
Jokowi soal Belum Terbitkan Keppres Pemindahan Ibu Kota ke IKN: Ini Bukan Pindah Rumah
merdeka.com 18 Sep 2024 -
Jokowi: Lamanya Waktu Perizinan Memulai Konstruksi Energi Panas Bumi, Jadi Problem Investor
merdeka.com 18 Sep 2024 -
VIDEO: Tegas! Jokowi Respons Carut Marut PON 2024 "Tiap Event Besar Pasti Ada Koreksi"
merdeka.com 18 Sep 2024 -
Kaesang Klarifikasi ke KPK, Jokowi: Semua Warga Negara Sama di Mata Hukum
merdeka.com 18 Sep 2024 -
VIDEO: Nada Tinggi! Jokowi Beri Perintah ini Kisruh 'Kudeta' Kadin "Bola Panasnya Jangan Ke Saya"
merdeka.com 18 Sep 2024