Masalah beras masih mencuat karena pemerintah tak pro petani
Bulog masih kesulitan dalam menyerap gabah petani.
Penyerapan beras petani oleh Bulog hingga minggu ketiga April 2016 ini mencapai 626.299 ton. Angka ini naik dibanding periode yang sama tahun lalu, di mana Bulog hanya mampu menyerap beras petani 287.035 ton.
Meski demikian, Bulog diperkirakan tidak akan mampu memenuhi penyerapan gabah yang ditargetkan oleh pemerintah di musim panen raya ini mencapai 4 juta ton setara beras.
-
Siapa yang menugaskan BULOG untuk mengimpor beras? “Di tengah situasi yang sangat sulit mendapatkan beras impor, BULOG sudah berhasil mendapatkan kontrak sebesar 1 juta ton dari kuota tambahan penugasan importasi beras dari pemerintah di akhir tahun 2023 sebanyak 1,5 juta ton”, ujar Tomi.
-
Apa yang terjadi pada oknum buruh yang mempermainkan beras di gudang BULOG? Oknum buruh yang merupakan tenaga harian lepas di gudang Banjar Kemantren 2 dalam video tersebut sudah tidak dipekerjakan lagi dan Kepala Gudang Banjar Kemantren 2 sudah diberikan Surat Peringatan (SP) dan dimutasi.
-
Kenapa boraks berbahaya? Boraks dapat menumpuk dalam tubuh manusia dan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan serius.
-
Kenapa BULOG memberikan sanksi tegas kepada oknum buruh dan kepala gudang yang terlibat? Manajemen Bulog berkomitmen memberikan pelayanan dan kualitas produk terbaik untuk masyarakat. Oleh sebab itu menyikapi video tentang oknum buruh yang banyak beredar tersebut Manajemen Bulog langsung bergerak cepat menindak tegas pihak-pihak yang terlibat.
-
Kapan Buah Lahung berbuah? Faktanya, pohon buah Lahung hanya akan berbuah ketika musim panas datang, maka dari itu buah ini sangat langka dan jarang dijumpai di pasaran.
-
Dari mana BULOG mengimpor beras untuk memenuhi kebutuhan di Indonesia? “Saat ini kita sudah kontrak dengan beberapa negara yang produksinya masih banyak yaitu Thailand, Vietnam, Pakistan, Myanmar dan Kamboja. Selanjutnya kita juga akan menjajaki dengan India maupun negara lainnya yang memungkinkan dan memenuhi persyaratan”, tambah Tomi.
Pengamat Pertanian, Husein Sawit mengatakan, saat ini 40 persen penggilingan padi kecil mengaku kesulitan dalam mendapatkan pasokan gabah, dan di musim panen raya kali ini mereka tidak bisa membeli gabah karena harga gabah sudah relatif tinggi.
"Hal ini tentunya tidak akan terjadi jika memang terdapat surplus produksi," ucap Husein di Jakarta, Senin (25/4).
Berdasarkan data BPS, harga beras termurah pada bulan April 2015 sebesar Rp 9.767 per kilogram, dan harga beras termurah pada bulan April 2016 di minggu ketiga ini mencapai Rp 10.406 per kilogram. Kenaikan harga terjadi sebagai bukti kurangnya produksi dalam negeri.
Direktur Indef, Enny Sri Hartati mengatakan, permasalahan beras selama ini terjadi karena pemerintah tidak hadir dalam menyusun kebijakan yang pro terhadap peningkatan kesejahteraan petani. Bulog pasti memiliki kendala yang mengakibatkan tidak optimalnya dalam melakukan penyerapan gabah beras.
"Bulog inikan bapaknya banyak, ada Kementan, Kemendag, BUMN, Kemensos, dan TNI, siapapun yang menjadi Dirut Perum Bulog pasti akan mengalami kesulitan dalam menghadapi model kelembagaan seperti ini," ujar Enny menambahkan.
Anggota Ombudsman bidang Agraria dan Pertanian, A. Alamsyah Saragih menduga adanya maladmisinistrasi dalam pelaksanaan kebijakan pengadaan beras saat ini. Setidaknya terdapat banyak indikator terhadap adanya dugaan tersebut
Pertama karena pragnosa tak akurat, akibat data ketersediaan lahan tidak bersumber dari pemegang otoritas (BPN). Kedua, adanya penjualan pupuk bersubsidi. Petani kecil perlu biaya hidup selama proses produksi, menjual pupuk bersubsidi menjadi pilihan yang rasional.
Indikator ketiga adalah pelibatan aparat TNI. Hal ini bertentangan dengan syarat syarat operasi militer non perang (UU TNI). Berpotensi terjadi intimidasi dan beli paksa dalam Sergap. Keempat, Unorganized, tidak semua tergabung dalam asosiasi, tidak ada data akurat dan berpotensi kehilangan sumber penerimaan pajak. Kelima, beras tidak berkualitas.
keenam adanya larangan impor, kebijakan larangan impor di tengah pragnosa keliru menyebabkan pembelian gabah oleh Bulog meningkatkan eskalasi harga dan akan meningkatkan inflasi.
"Jika Indonesia mau serius dalam menangani masalah perberasan ini, maka solusinya bukan dengan model Sergap seperti itu. Pemerintah perlu beri inisiatif melakukan food financial enginering, misalnya melalui sistem gadai gabah."
Baca juga:
Agus Marto banggakan program binaan BI mampu tekan impor bawang
Harga tomat anjlok, petani cuek tak mau panen
Akibat harga jual murah, petani kelapa terancam hilang
Petani tembakau dinilai paling susah sejahtera
Jepang niat kembangkan minyak nabati dari limbah padi di Indonesia
Ekonom nilai kebijakan pangan pemerintah belum berpihak pada petani
Pemerintah berikan sertifikat 383 hektar tanah ke 1.100 petani Garut