Mendag: Harga Beras Mahal karena Musim Panen Mundur
Hari ketiga Ramadan harga beras masih tinggi, Menteri Perdagangan klaim hal ini penyebabnya.
Harga beras masih tinggi di hari ketiga Ramadan, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan ungkap penyebabnya.
Mendag: Harga Beras Mahal karena Musim Panen Mundur
- 7 Ide Jualan di Momen Idul Adha Patut Dicoba, Tak Perlu Modal Besar
- Cara Mudah Cek Saldo Tapera Setelah Gaji Dipotong untuk Bayar Iuran
- Curhat Pedagang: Harga Beras Bertahan Mahal Jelang Bulan Puasa, Pelanggan Terus Berkurang
- Tom Lembong Singgung Harga Pangan Naik jelang Ramadan: Menteri-Menteri Terlalu Sibuk Berpolitik
Musim panen yang mundur dianggap sebagai penyebab harga beras yang masih tinggi di hari ketiga Ramadan.
Hal ini diungkapkan oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas).
"Beras lokal ya. Karena (masih) belum panen," ucap Zulhas di loby timur, Pasar Tanah Abang, Kamis (14/3).
Ketua Umum PAN itu menyebut, harga beras di pasaran saat ini masih berkisar Rp14.000-Rp17.000 per kilogram atau naik sekitar Rp1.000 dari harga rata-rata.
"Karena itu (naik) selisih seribu, jadi Rp14.000 ke Rp15.000," ucapnya.
Meski begitu, Zulhas optimis harga beras perlahan bisa turun hingga musim panen tiba.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan harga beras terjadi di berbagai wilayah Indonesia pada Februari 2024. Bahkan, kenaikan harga beras mendekati 20 persen secara tahunan atau year on year/yoy.
Kenaikan harga tersebut menembus ke angka tertinggi, hingga pada 10 maret 2024 Pemerintah menaikkan harga eceran tertinggi (HET) yang bersifat sementara.
Hal ini dilakukan pemerintah untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga di tingkat konsumen selama bulan Ramadan 1445 Hijriah.
Sehingga masyarakat tidak kesulitan membeli beras di pasar dan bisa lebih nyaman dalam menjalankan ibadah di bulan puasa.
Selain itu, pemerintah juga menjamin, stok beras pada pekan terakhir bulan Maret akan bertambah seiring dengan panen raya di berbagai wilayah produksi.
Reporter magang Tasya Ananda