Menteri Bahlil Soal Mobil Listrik: Siapa Saja yang Tak Setuju, Minggir!
Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia meminta, tidak ada oknum yang berniat menghambat perkembangan mobil listrik di Indonesia. Dia menegaskan, bagi siapa saja pejabat maupun oknum di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menghambat bagian dari transformasi ekonomi itu agar minggir.
Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia meminta, tidak ada oknum yang berniat menghambat perkembangan mobil listrik di Indonesia. Dia menegaskan, bagi siapa saja pejabat maupun oknum di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menghambat bagian dari transformasi ekonomi itu agar minggir.
"Kepada pengusaha, pejabat atau oknum di BUMN yang tidak setuju dengan transformasi ekonomi ini saya harap untuk minggir, karena negara harus maju," katanya dalam konferensi pers, Jakarta, Rabu (1/12).
Menteri Bahlil menceritakan, pemerintah tengah menjajaki kerja sama dengan Jerman delam hal pengadaan mobil listrik. Namun kerja sama tersebut akan diwujudkan secara Bisnis (B2B) sehingga melibatkan perusahaan.
"Kemarin saya ke Jerman, berencana akusisi B2B yang penting visible termasuk dengan mobil. Pemainnya bukan hanya baterai, tapi juga mobil," katanya.
Menteri Bahlil menegaskan, Indonesia secara perlahan meninggalkan penjualan sumber daya alam (SDA) mentah seperti nikel. Pemerintah pun mengundang berbagai investor untuk mendirikan pabrik agar bahan baku tersebut bisa diolah menjadi barang setengah jadi hingga barang jadi.
"Kami tidak segan-segan untuk maju terus, sebagai bentuk bagi bangsa dan negara. Kalau bicara merah putih sekarang, saya merah mutih dan tidak punya warna-warna lain untuk kepentingan rakyat dan negara," tandasnya.
Ramai Minat Investasi Baterai Mobil Listrik di RI
Menteri Investasi/ Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia mengatakan, banyak negara yang tertarik berinvestasi baterai untuk mobil listrik di Indonesia. Untuk itu, dia menegaskan, pemerintah tidak pernah mendorong hilirisasi hanya dikuasai oleh satu negara.
"Indonesia harus berada pada satu posisi yang terbuka bagi semua negara, yang melakukan investasi selama tunduk pada Undang-Undang," kata Menteri Bahlil dalam konferensi pers, Jakarta, Rabu (1/12).
Menteri Bahlil mencontohkan investasi yang sudah mulai masuk adalah, industri baterai mobil listrik dari perusahaan LG asal Korea Selatan sebesar USD9,8 miliar atau Rp142 triliun (asumsi kurs Rp14.500 per USD). Kemudian juga ada CATL asal China sebesar USD5,2 miliar atau Rp 75,4 triliun dengan asumsi yang sama.
Investasi LG dan CATL tersebut nantinya akan masuk pada rantai pasok mulai dari hulu ke hilir industri baterai mobil listrik di Indonesia. Masuknya beberapa investasi besar tersebut merupakan bukti nyata bahwa Indonesia mampu mewujudkan target sebagai salah satu pemain industri mobil listrik di dunia.
"Selain China dan Korea, masih ada beberapa negara lain. Termasuk dari Eropa," kata Menteri Bahlil.
(mdk/bim)