Miliarder Ini Justru Raup Cuan dari Perang Rusia-Ukraina
Perang Rusia Ukraina telah membuka peluang arbitrase yang begitu menarik sehingga Reliance Industries Ltd. menunda pekerjaan pemeliharaan di kompleks penyulingan minyak terbesar di dunia untuk menghasilkan lebih banyak solar dan nafta setelah harga melonjak.
Perang antara Rusia dan Ukraina sampai saat ini belum menunjukkan tanda akan berakhir, sehingga menimbulkan banyak kekhawatiran dari berbagai sisi. Banyak orang yang telah mengalami kerugian akibat perang ini.
Namun, hal ini tak berlaku bagi miliarder asal India Mukesh Ambani. Dirinya justru semakin untung dengan adanya perang ini.
-
Kenapa orang berpura-pura kaya? Perilaku ini umumnya dilakukan untuk menyembunyikan keterbatasan keuangan mereka.
-
Bagaimana cara orang kaya ini dimakamkan? Makam ini menyimpan kerangka empat anggota keluarga kaya 'tuan tanah' yang dikremasi dan dikubur bersama dengan lima kereta kencana dan lima kuda.
-
Apa yang menjadi ciri khas orang yang gemar berpura-pura kaya? Satu hal yang membedakan orang-orang ini adalah kecenderungan mereka untuk membahas cita rasa dan gaya hidup yang dianggap elite.
-
Siapa orang terkaya di Indonesia? Adapun Prajogo Pangestu seorang pengusaha yang masuk posisi pertama sebagai orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan bersih sekitar 55,6 miliar dollar AS atau sekitar Rp862,8 triliun (dalam kurs Rp 15.519 per USD).
-
Siapa saja orang terkaya di Indonesia? Memiliki kekayaan gabungan sebanyak US$ 48 miliar (Rp 744 triliun), Robert Budi dan Michael Hartono bertahan di posisi pertama.
-
Bagaimana orang kaya menabung? Orang kaya sangat bijak dalam pengelolaan uang. Mereka selalu mencari cara untuk menghemat.
Dilansir Bloomberg, perang Rusia Ukraina telah membuka peluang arbitrase yang begitu menarik sehingga Reliance Industries Ltd. menunda pekerjaan pemeliharaan di kompleks penyulingan minyak terbesar di dunia untuk menghasilkan lebih banyak solar dan nafta setelah harga melonjak.
Kilang yang dimiliki Mukesh Ambani, membeli kargo minyak mentah yang didiskon setelah sanksi Uni Eropa atas bahan bakar Rusia, mendorong margin pada beberapa produk minyak ke level tertinggi dalam tiga tahun.
Kilang raksasa Reliance dapat memproses sekitar 1,4 juta barel setiap harinya dari hampir semua jenis minyak mentah. Perusahaan yang dipimpin Mukesh Ambani ini juga dikenal karena kelincahannya dalam perdagangan minyak, yang membantunya mendapatkan keuntungan dari perubahan harga.
"Kami telah meminimalkan biaya bahan baku dengan mengambil barel arbitrase," kata Chief Financial Officer Reliance Industries, V. Srikanth.
Penyulingan India telah menyerap barel diskon yang dijauhi oleh Amerika Serikat dan sekutunya yang berusaha mengisolasi pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin, respons atas perang di Ukraina.
Aliran minyak Rusia ke India tidak dikenai sanksi, dan sementara pembelian tetap sangat kecil dibandingkan dengan total konsumsi India. Aliran minyak ini membantu menahan laju inflasi yang cepat yang memicu protes di beberapa wilayah anak benua itu.
Perusahaan penyulingan milik negara dan swasta di importir minyak terbesar ketiga di dunia telah membeli lebih dari 40 juta barel minyak mentah Rusia sejak perang Rusia-Ukraina pecah pada akhir Februari 2022, menurut laporan Bloomberg.
Presentasi Reliance Industries menunjukkan, margin diesel melonjak 71 persen pada Januari-Maret 2022 dari kuartal sebelumnya, sementara pada bensin naik 17 persen dan harga nafta naik 18,5 persen.
Reliance yang berbasis di Mumbai, yang memperoleh sekitar 60 persen pendapatannya dari minyak, melaporkan laba kuartalan yang lebih rendah dari perkiraan pada Jumat (6/5) karena kewajiban pajak dan biaya yang lebih tinggi, di sisi lalin konglomerat mengimbangi keuntungan yang diperoleh dari ekspor bahan bakar.
Laba bersih naik 22 persen menjadi 162 miliar rupee (USD 2,1 miliar) dalam tiga bulan yang berakhir 31 Maret, jauh di bawah rata-rata laba 168,2 miliar rupee yang diperkirakan oleh survei analis Bloomberg.
"Pengurangan impor diesel oleh Eropa dari Rusia dan persediaan global yang rendah akan mendukung margin," kata Srikanth.
Namun, kemungkinan gangguan dari lonjakan kasus Covid-19 di China dan masalah rantai pasokan lainnya dapat mengganggu permintaan, tambahnya.
Reporter: Natasha Khairunnisa Amani
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)