OJK Sebut Ekonomi Digital Tingkatkan Efisiensi Perbankan
Deputi Komisioner Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Teguh Supangkat, mengatakan selama pandemi covid-19 terjadi pergeseran perilaku. Di mana, pola transaksi masyarakat yang sebelumnya bersifat physical ekonomi menjadi virtual ekonomi.
Deputi Komisioner Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Teguh Supangkat, mengatakan selama pandemi covid-19 terjadi pergeseran perilaku. Di mana, pola transaksi masyarakat yang sebelumnya bersifat physical ekonomi menjadi virtual ekonomi.
"Kita tahu bahwa pandemi covid 19 itu telah mengubah cara masyarakat dalam melakukan transaksi keuangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan juga data Pusat statistik terdapat peningkatan aktivitas belanja secara online sebesar 42 persen selama pandemi dan ini juga terus meningkat," kata Teguh dalam webinar Peran Digital Banking Dalam Percepatan Pemulihan Ekonomi, Kamis (1/4).
-
Bagaimana OJK mendorong pengembangan perbankan syariah? Berbagai kebijakan dikeluarkan OJK untuk mendorong pengembangan perbankan syariah bersama stakeholders terkait beberapa inisiatif seperti: Mulai dari perbaikan struktur industri perbankan syariah yang dilakukan melalui konsolidasi maupun spin-off unit usaha syariah (UUS). Lalu penguatan karakteristik perbankan syariah yang dapat lebih menonjolkan inovasi model bisnis yang lebih rasional, serta pendekatan kepada nasabah yang lebih humanis; Pengembangan produk yang unik dan menonjolkan kekhasan bank Syariah, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat untuk meningkatkan competitiveness perbankan syariah. Lalu, peningkatan peran bank syariah sebagai katalisator ekosistem ekonomi syariah agar segala aktivitas ekonomi syariah, termasuk industri halal agar dapat dilayani dengan optimal oleh perbankan syariah; dan Kelima, peningkatan peran bank syariah pada dampak sosial melalui optimalisasi instrumen keuangan sosial Islam untuk meningkatkan social value bank syariah.
-
Bagaimana Bank Jatim mendorong UMKM binaannya agar paham teknologi digital? UMKM binaan bankjatim juga didorong untuk paham teknologi digital. Salah satu caranya dengan memfasilitasi transaksi menggunakan QRIS bankjatim. “Maka dari itu, UMKM yang kami bawa ke Bengkulu ini juga sudah memanfaatkan QRIS bankjatim dalam melakukan transaksi pembayaran dengan pembeli. Praktis dan cepat tinggal scan QR code,” ungkap Busrul.
-
Apa yang dikatakan OJK mengenai sektor jasa keuangan Indonesia saat ini? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial. seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
-
Apa yang ingin dicapai OJK dari pengembangan perbankan syariah? Bank syariah saat ini sedang kita coba arahkan untuk memberikan alternatif produkproduk perbankan syariah yang bukan merupakan bayangan dari produk-produk yang sudah ada di perbankan konvensional,” kata Dian.
-
Kenapa OJK mengupayakan perluasan akses keuangan di Jawa Tengah? Otoritas Jasa Keuangan bersama seluruh pemangku kepentingan terus memperluas akses keuangan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah.
-
Bagaimana OJK mendorong penguatan governansi di sektor jasa keuangan? OJK telah meminta agar Industri Jasa Keuangan terus memperkuat governansi antara lain dengan penerapan manajemen risiko dan manajemen anti-fraud serta penyuapan.
Menurutnya, transaksi digital di Indonesia baik di perbankan maupun juga di beberapa channel lain seperti sistem pembayaran melalui mobile banking dan juga beberapa peningkatan terkait dengan pembukaan rekening secara online serta kredit secara online semakin meningkat.
Peningkatan secara online oleh masyarakat ini pada akhirnya berdampak juga pada transaksi secara offline, di mana dari tahun ke tahun terjadi beberapa penutupan jaringan kantor perbankan serta penurunan signifikan atas pembukaan ATM.
"Dengan pemanfaatan delivery channel seperti mobile banking, internet banking tentunya mampu mendukung efisiensi perbankan di sisi pemanfaatan infrastruktur. Di sisi lain dari tahun ke tahun nasabah juga mulai meninggalkan cara-cara tradisional," ujarnya.
Perubahan pola perilaku nasabah itu didasari untuk menghindari dan mencegah penyebaran covid-19. Sehingga mereka mau tidak mau menggunakan fasilitas perbankan secara online.
"Peningkatan pemanfaatan TI tentunya tidak hanya disebabkan karena pandemi saja, namun memang sudah menjadi suatu keniscayaan bagi bangsa dapat bertahan dalam kompetensi di industri jasa keuangan yang semakin ketat," katanya.
Selanjutnya
Sebagaimana diketahui, perkembangan TI pada dasarnya telah menjadi pembentuk bisnis perbankan dari masa kemasa. Diawali dengan teknologi yang hanya dimanfaatkan sebagai pembantu proses administrasi internal pada era bank 1.0 (tahun 1980)
Kemudian semakin berkembang pemanfaatannya ditunjukkan dalam pelayanan kepada nasabah melalui penyediaan mesin ATM dan self service banking pada era bank 2.0. (tahun 1980-2007). Lalu, era bank 3.0 (tahun 2007-2017) mulai muncul generasi internet dan mobile banking yang didukung dengan kemunculan smartphone.
Dan kini era 4.0 perbankan dituntut untuk semakin meningkatkan pemanfaatan TI yang tidak hanya fokus pada pengembangan delivery channel. Namun lebih menekankan pada pengembangan utilitas atau fungsi bank dalam melayani kebutuhan nasabah dengan pemanfaatan teknologi dan juga pengetahuan terkini.
"Dengan demikian pada dasarnya bank perlu melakukan desain ulang bisnisnya yang mampu menjawab kebutuhan dan ekspektasi nasabah yang sangat bervariasi, melalui inovasi yang bersifat evolusioner, pemanfaatan data, serta teknologi terkini antara kecerdasan buatan, blockchain, dan lainnya sebagai suatu kebutuhan di masa kini maupun di masa yang akan datang," pungkasnya.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)