Operasikan dua kilang, Pertamina klaim tekan 30 persen impor BBM
Penurunan impor BBM ini berkat beroperasinya RFCC Cilacap dan Kilang Trans Pacific Petroleum Indonesia (TPPI).
PT Pertamina (Persero) mengaku mampu menurunkan 30 persen impor Premium. Penurunan ini berkat beroperasinya Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) Cilacap dan Kilang Trans Pacific Petroleum Indonesia (TPPI) pada November 2015.
Potensi yang didapat Pertamina dari pengoperasian kedua unit ini mencapai 91.000 barel per hari. RFCC Cilacap dapat menghasilkan tambahan produksi 30.000 barel per hari. Sedangkan, kilang TPPI menghasilkan 61.000 barel per hari.
-
Mengapa Pertamina mengkaji peningkatan kadar oktan BBM Subsidi? “Kalau misalnya dengan harga yang sama, tapi masyarakat mendapatkan yang lebih baik, dengan octan number lebih baik." Nicke menegaskan, Program Langit Biru Tahap 2 ini merupakan kajian internal di Pertamina dan untuk implementasinya nantinya akan diusulkan kepada pemerintah, dan nantinya akan jadi kewenangan pemerintah untuk memutuskan.
-
Apa yang sedang dilakukan Pertamina untuk menghemat anggaran di BBM dan LPG Subsidi? Bekerjasama dengan lintas instansi, upaya tersebut berhasil membantu Pertamina dapat melakukan penghematan sebesar 1,3 Juta kilo liter (KL) untuk Solar Subsidi dan 1,7 Juta KL untuk Pertalite.
-
Kapan Pertamina berhasil mengurangi penyalahgunaan BBM bersubsidi? Sejak implementasi exception signal ini pada tanggal 1 Agustus 2022 hingga 31 Desember 2023, Pertamina telah berhasil mengurangi risiko penyalahgunaan BBM bersubsidi senilai US$ 200 juta atau sekitar Rp 3,04 trilliun.
-
Mengapa Pertamina ingin meningkatkan kualitas BBM Subsidi? Pertamina pernah menjalankan Program Langit Biru dengan menaikkan (kadar oktan) BBM Subsidi dari RON 88 ke RON 90.
-
Bagaimana cara kerja sama BPH Migas dengan Pemprov NTB dan Papua Barat Daya dalam pengawasan BBM subsidi? Ruang lingkup PKS tersebut meliputi pengendalian terhadap penyaluran JBT dan JBKP untuk konsumen pengguna, peningkatan koordinasi terkait pelaksanaan penyaluran JBT dan JBKP, serta pembinaan dan pengawasan atas pembelian JBT dan JBKP berdasarkan Surat Rekomendasi yang diterbitkan oleh kepala perangkat daerah/kepala pelabuhan perikanan/lurah/kepala desa kepada konsumen pengguna JBT dan JBKP.
-
Mengapa Pertamina terus berupaya untuk memastikan BBM bersubsidi tepat sasaran? Pertamina, lanjut Nicke, akan terus berupaya untuk agar BBM bersubsidi secara optimal dikonsumsi oleh yang berhak. Upaya-upaya tersebut antara lain penggunaan teknologi informasi untuk memantau pembelian BBM Bersubsidi di SPBU-SPBU secara real time untuk memastikan konsumen yang membeli adalah masyarakat yang berhak.
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan konsumsi Premium nasional berada di kisaran 29,5 juta KL di mana sekitar 17,1 juta KL per tahun atau 9 juta barel per bulan diperoleh dari impor. RFCC Cilacap sudah memasuki tahapan akhir commissioning dan siap beroperasi komersial paling lambat pada pekan kedua Oktober 2015.
"Berdasarkan pengecekan terakhir, RFCC Cilacap sudah siap 100 persen beroperasi komersial dan diharapkan pada pekan kedua Oktober proyek tersebut akan diresmikan pengoperasiannya. Dengan beroperasinya RFCC Cilacap tersebut impor Premium akan berkurang sekitar 30.000 barel per hari atau 10,95 juta barel per tahun yang setara dengan 10 persen impor," kata dia.
Untuk Kilang TPPI Tuban, lanjut Wianda, Pertamina bakal mengoperasikan di akhir September 2015. Pertamina menargetkan pengoperasian secara komersial dapat dilakukan dalam rentang waktu segera setelah RFCC Cilacap beroperasi dengan kapasitas produksi Premium pada tahap awal sekitar 20.000 barel per hari.
Kilang TPPI Tuban dalam kapasitas optimalnya dapat menghasilkan Premium sekitar 61.000 barel per hari atau sekitar 22,27 juta barel per tahun. Jumlah tersebut setara dengan sekitar 20 persen impor Premium selama ini.
"Dengan beroperasinya dua unit tersebut, total potensi pengurangan impor Premium Pertamina mencapai 91.000 barel per hari atau sekitar 33,21 juta barel per tahun. Dengan asumsi harga indeks pasar gasoline sekitar USD 60 per barel, artinya nilai pengurangan impornya mencapai USD 1,99 miliar dalam setahun," ungkap Wianda.
Sementara itu, Pertamina juga telah berkomitmen untuk menyerap Bahan Bakar Nabati berupa Fetyl Acid Methyl Ester (FAME) hingga akhir tahun mencapai sekitar 1 juta KL. Tahun depan, Pertamina menargetkan untuk bisa menyerap FAME hingga 5,14 juta KL, di mana persentase mandatory akan meningkat menjadi 20 hingga 30 persen.
"Komitmen kuat Pertamina untuk implementasi kebijakan ini sangat penting untuk menahan derasnya aliran devisa ke luar negeri, khususnya dari impor Solar," tutup Wianda.
(mdk/noe)