Pasangan Suami Istri Ini Berhasil Keluar dari Himpitan Ekonomi Berkat Mi Lidi
Kisah sukses pasangan suami istri membangun bisnis mi lidi.
Mi lidi merupakan cemilan di Indonesia yang masih digemari masyarakat hingga saat ini.
Pasangan Suami Istri Ini Berhasil Keluar dari Himpitan Ekonomi Berkat Mi Lidi
Pecinta jajanan yang identik di era 2000, mungkin populer dengan jajanan mi lidi.
Disebut sebagai mi lidi karena camilan yang terbuat dari tepung terigu itu memang mirip dengan bentuk sapu lidi.
-
Kenapa minuman kekinian jadi pilihan bisnis yang menguntungkan? Selain menarik perhatian pelanggan secara masif, modal yang dibutuhkan juga tidak terlalu besar.
-
Minuman kekinian apa saja yang bisa jadi inspirasi untuk berbisnis? Berikut adalah lima saran resep minuman masa kini yang bisa dijadikan titik awal dalam berbisnis.
-
Kenapa kue sengkulun cocok untuk ide bisnis kuliner? Selain rasanya yang lezat, kue sengkulun dikreasikan dengan varian warna yang berbeda-beda. Mulai dari putih, merah, hijau, hingga merah muda. Selain itu, kue sengkulun yang berbahan dasar tepung ketan juga kerap dikreasikan dengan campuran bahan lain seperti ubi dengan karakter warna alami yang khas.
-
Kenapa usaha makanan bisa menjadi ide bisnis yang menarik? Membuka usaha makanan merupakan ide bisnis yang memang bisa dicoba. Sebab, usaha makanan rasanya cukup menggiurkan untuk dilakukan.
-
Apa saja tren makanan yang bisa dijadikan peluang bisnis? Kalau kamu sering scroll media sosial, pasti nggak kaget lagi sama tren makanan yang viral dan bisa jadi peluang usaha. Jangan sampai kamu melewatkan peluangnya dan cobalah riding the wave melalui beberapa produk.
-
Apa yang dikatakan oleh kata-kata motivasi bisnis tentang keberhasilan? Kesuksesan datang dari rasa ingin tahu, konsentrasi, ketekunan, dan kritik diri.
Dari camilan mi lidi itulah yang kemudian mengantarkan Bari Ahmad dan Kiaraya dari kondisi ekonomi teramat sulit, hingga menjadi bos dari mi lidi dengan omzet ratusan juta rupiah.
Dalam wawancara yang diunggah akun YouTube HaloBos, Bari dan Kiaraya menceritakan awal mendirikan usaha mi lidi karena tidak ingin terus menerus menjadi karyawan.
Bari dan Kiaraya merupakan sepasang suami istri dengan latar belakang ekonomi dan keluarga yang tidak cukup baik.
Sejak kecil, Bari sudah ditempa kerasnya hidup sebagai orang miskin.
Ketika duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), dia membantu orang tuanya menjadi pemulung di Bojong Gede. Pendidikannya hampir tidak tuntas karena orang tuanya hampir bercerai.
Bari kemudian diungsikan ke rumah sang nenek di Depok. Dia kemudian melanjutkan pendidikan hingga tamat Sekolah Menengah Atas (SMA).
Setelah lulus, Bari langsung mencari pekerjaan. Dia kemudian diterima bekerja sebagai karyawan kontrak di sebuah waralaba minimarket yang tersebar di hampir seluruh Indonesia. Di sana, Bari Kemudian bertemu dengan Kiaraya. Keduanya kemudian menjalin hubungan hingga bermuara ke pernikahan.
Selama masih berpacaran dari fokus untuk mencari peluang pendapatan tambahan.
"Pernah coba dropshipper tapi gak panjang karena itu kayaknya musiman. Kemudian buka warung angkringan tapi ramainya cuma 2-3 bulan akhirnya kita stop," kata Bari.
Bari dan Kiaraya terus mencari peluang apa yang bisa dilakukan. Hingga kemudian, Bari terpikir untuk menjual jajanan mie lidi.
Di beberapa kesempatan Bari melihat bahwa jajanan tersebut seperti tidak lekang oleh waktu dan dapat dikonsumsi oleh setiap golongan, baik itu anak kecil atau orang dewasa.
- Pernah Tak Mampu Menafkahi Istri, Aji Bangkit Jualan Kepiting hingga Punya Warung Makan Beromzet Rp150 Juta per Bulan
- Sukses Berkarir di Dunia Hiburan, Artis Ini Bangun Bisnis Kuliner Sebagai Usaha Sampingan
- Anies Blak-blakan soal Kapten Timnas Pemenangan Amin
- Istri Nelayan di Banyuwangi Diberdayakan saat Musim Paceklik
Akhirnya, dengan modal pinjaman sebesar Rp100.000 yang dia dapat dari kasir tempat dia bekerja, Bari membeli bahan baku mie lidi yang kemudian dia kemas untuk dijual kembali.
Kiaraya kemudian mengusulkan agar mie tersebut diberi sebuah brand. Kebetulan, Bari juga bercita-cita memiliki sebuah brand bisnis. Akhirnya mie lidi tersebut diberi nama Si Umang. Pemilihan nama Si Umang agar mudah diucapkan.
Saat Bari diangkat menjadi karyawan tetap dari pekerjaannya, Bari memutuskan untuk resign. Sebab fia merasa bahwa bisnis yang ia geluti memiliki masa depan yang cukup menjanjikan. Bari dan Kiaraya pun memutuskan komitmen untuk membangun dan serius mengembangkan bisnis mie lidi Si Umang.
Pada tahun 2016, Bari dan Kiaraya mencoba mengendorse Ria Ricis dengan tarif Rp700.000. Sejak endorse tersebut peningkatan penjualan ditaksir 100 kali lipat. Omzet yang diraup keduanya bahkan mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah.
"Tarif segitu cukup mahal bagi kami tapi ternayta balik modalnya juga melampaui modal kita untuk endorse," ucapnya.
Bari dan Kiaraya bahkan berhasil membeli sebuah pabrik kecil untuk memudahkan produksi mie lidi Si Umang.
Sebab, distribusi camilan tersebut sudah berada di kuantitas yang membutuhkan skala produksi yang cukup besar.
Mereka juga jeli dalam mempromosikan mie lidi Si Umang. Mereka mempromosikan mie lidi Si Umang melalui media sosial, termasuk TikTok.
"Dari TikTok saja kita per hari bisa jual 2.000 bungkus. Harga per bungkus Rp15.000," kata Bari.