Pelemahan bursa Indonesia di 2015 lebih baik dibanding Singapura
Per 29 Desember 2015, IHSG sudah terkoreksi sebesar 12,58 persen.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Muliaman D Hadad, mengakui perlambatan ekonomi global sangat berpengaruh terhadap kinerja sektor keuangan Tanah Air tahun ini. Salah satunya di bidang pasar modal.
"Perlambatan perekonomian global berdampak langsung terhadap kinerja industri pasar modal banyak negara, termasuk Indonesia," kata Muliaman saat acara 'Konferensi Pers Tutup Tahun 2015' di Kantor OJK, Gedung Soemitro, Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (30/12).
Muliaman memaparkan bahwa di Asia, pelemahan pasar saham Indonesia masih lebih baik dibanding Thailand dan Singapura. Per 29 Desember 2015, IHSG sudah terkoreksi sebesar 12,58 persen atau masih lebih baik dibanding bursa Thailand yang terkoreksi 14,28 persen dan bursa Singapura yang terkoreksi 14,17 persen.
Namun, posisi Indonesia masih berada di bawah pasar saham China, Jepang, Korea Selatan, Australia, Filipina, Malaysia dan Hongkong.
"Terkoreksinya IHSG juga sedikit berdampak terhadap nilai kapitalisasi saham di BEI sebesar -7,29 persen atau turun dari Rp 5.228,04 triliun di tahun 2014 menjadi Rp 4.846,73 triliun di tahun 2015," jelas Muliaman.
Muliaman menambahkan, transaksi saham harian di Bursa Efek Indonesia (BEI) hanya melemah sebesar 3,99 persen atau turun dari Rp 6,01 triliun per hari di tahun 2014 menjadi Rp 5,77 triliun per hari di tahun 2015.
"Meski mengalami koreksi, kinerja IHSG masih sangat menjanjikan, bahkan menunjukkan tren pertumbuhan yang cukup signifikan," imbuh Muliaman.
Kinerja yang dinilai masih menjanjikan itu dilihat dari dua fakta yakni IHSG masih mengalami pertumbuhan positif sebesar 6,91 persen dalam dua periode terakhir, tahun 2013 hingga 2015. Posisi ini masih di atas Malaysia (-9,73 persen), Singapura (-8,82 persen), dan Thailand (-1,15 persen).
Baca juga:
Perbankan syariah kini buka program layanan keuangan tanpa kantor
Bos OJK: Tunggu hati Freeport sadar untuk IPO di Indonesia
BI mulai limpahkan pengelolaan sistem informasi debitur ke OJK
Sejak terbentuk OJK telah menerima 3.700 pengaduan masyarakat
'Masih banyak belum paham, OJK dikira sama dengan BI'
OJK luncurkan buku pendidikan keuangan untuk Sekolah Dasar
OJK jadikan kelapa sawit proyek percontohan kredit ramah lingkungan
-
Apa yang dikatakan OJK mengenai sektor jasa keuangan Indonesia saat ini? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial. seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
-
Kenapa OJK menyelenggarakan Pasar Keuangan Rakyat (PKR) di Sumbawa Barat? Perluasan akses keuangan merupakan salah satu strategi yang efektif untuk menurunkan tingkat kemiskinan dan meningkatkan stabilitas sistem keuangan. Melalui akses pembiayaan yang mudah dan murah, penciptaan pusat-pusat kegiatan ekonomi baru di berbagai daerah akan dapat terwujud,” kata Ogi, Minggu (29/10).
-
Apa kondisi sektor jasa keuangan nasional menurut OJK? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 25 Oktober 2023 menilai sektor jasa keuangan nasional terjaga stabil didukung permodalan yang kuat, kondisi likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga sehingga meningkatkan optimisme bahwa sektor jasa keuangan mampu memitigasi risiko meningkatnya ketidakpastian global baik dari higher for longer suku bunga global maupun peningkatan tensi geopolitik.
-
Bagaimana OJK mendorong penguatan governansi di sektor jasa keuangan? OJK telah meminta agar Industri Jasa Keuangan terus memperkuat governansi antara lain dengan penerapan manajemen risiko dan manajemen anti-fraud serta penyuapan.
-
Bagaimana OJK memastikan stabilitas sektor jasa keuangan? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 25 Oktober 2023 menilai sektor jasa keuangan nasional terjaga stabil didukung permodalan yang kuat, kondisi likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga sehingga meningkatkan optimisme bahwa sektor jasa keuangan mampu memitigasi risiko meningkatnya ketidakpastian global baik dari higher for longer suku bunga global maupun peningkatan tensi geopolitik.
-
Bagaimana OJK menilai stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial. seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.