Penanganan Pandemi Belum Optimal, Ekonomi Kuartal IV-2020 Diprediksi Minus 2 Persen
Tauhid menjelaskan, belum optimalnya upaya pemerintah dalam mengantisipasi dampak pandemi Covid-19 membuat pertumbuhan ekonomi di kuartal III tahun ini lebih rendah dari proyeksi pemerintah. Hal ini tercermin dari faktor permintaan yang tak kunjung pulih, khususnya dari sektor rumah tangga.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad memprediksi ekonomi Indonesia di kuartal IV-2020 masih tumbuh negatif sebesar -2 persen. Salah satu pemicu yaitu masih belum optimalnya upaya pemerintah dalam penanganan dampak pandemi Covid-19 yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi negatif di kuartal III ini hingga -3,49 persen.
"Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal IV minus 2 persen secara year on year (yoy). Jadi, (pertumbuhan ekonomi) sampai akhir pada tahun 2020 akan terus menjadi negatif. Terutama kuartal III ekonomi turun cukup dalam karena belum maksimal upaya penanganan dampak pandemi Covid-19," ujar dia dalam Press Conference Indef & Launching Indeks Konsumen Indonesia (IKON-Indonesia), Minggu (8/11).
-
Mengapa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 meningkat dibandingkan dengan kuartal I-2023? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,” terang Edy.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya? Jika dibandingkan dengan kuartal II-2022, ekonomi RI mengalami perlambatan. Sebab tahun lalu di periode yang sama, ekonomi mampu tumbuh 5,46 persen (yoy).
-
Kapan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,17 persen secara tahunan? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Apa yang Airlangga Hartarto katakan tentang target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Penerapan ekonomi hijau dalam jangka panjang diproyeksikan dapat menstabilkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,22 persen hingga 2045," kata Airlangga di Jakarta, Kamis (4/7).
-
Bagaimana strategi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi? Oleh karena itu, pendekatan pembangunan perlu diubah dari reformatif menjadi transformatif yang setidaknya mencakup pembangunan infrastruktur baik soft maupun hard, sumber daya manusia, riset, inovasi, reformasi regulasi, tata kelola data dan pengamanannya serta peningkatan investasi dan sumber pembiayaan.
-
Apa yang dilakukan Kemenkumham untuk meningkatkan perekonomian Indonesia? Menurut Yasonna, dengan diselenggarakannya Temu Bisnis Tahap VI, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
Tauhid menjelaskan, belum optimalnya upaya pemerintah dalam mengantisipasi dampak pandemi Covid-19 membuat pertumbuhan ekonomi di kuartal III tahun ini lebih rendah dari proyeksi pemerintah. Hal ini tercermin dari faktor permintaan yang tak kunjung pulih, khususnya dari sektor rumah tangga.
"Kita lihat tingkat konsumsi dari rumah tangga justru tetap. Padahal konsumsi rumah tangga bagian penopang ekonomi," jelas dia.
Pun, di tengah pandemi Covid-19 ini tingkat pengangguran di dalam negeri justru kian melonjak, terutama di sektor industri pengolahan. Padahal sektor tersebut mampu menyerap hingga 13,6 persen tenaga kerja nasional.
"Kita lihat ini karena banyak industri yang tutup, penjualan turun, hingga keuntungan turun," paparnya.
4 Kebijakan untuk Kejar Pertumbuhan Ekonomi
Kendati demikian, dia memastikan masih ada kesempatan bagi pemerintah untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi positif di kuartal IV-2020. Setidaknya ada empat kebijakan yang harus segera di kejar oleh pemerintah.
Pertama, percepatan belanja pemerintah. "Baik belanja modal pemerintah maupun program pemulihan ekonomi nasional," terangnya.
Kedua, adanya perubahan skema dan nilai bantuan sosial. Yakni dengan skema bantuan bersifat tunai dan tambahan anggaran senilai Rp1,5 juta bagi 20 persen kelompok menengah ke bawah guna memulihkan sektor konsumsi.
Ketiga, perlu ada terobosan penciptaan lapangan kerja dengan fokus pembangunan infrastruktur padat tenaga kerja dan stimulus UMKM restrukturisasi.
Terakhir, mendorong tingkat konsumsi masyarakat kelas menengah dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat. "Seperti kampanye atau diskon pada pusat perbelanjaan, hotel, pariwisata, dan restoran yang benar-benar clear and clean," tutupnya.
(mdk/idr)