Pengambilan 51 persen saham Freeport dinilai paling menguntungkan, ini alasannya
Jika menggunakan mekanisme nasionalisasi, maka ada sejumlah hal yang harus dihadapi oleh pemerintah Indonesia, termasuk kemungkinan mendapatkan tekanan hingga dikucilkan oleh AS. Meski hanya memiliki 51 persen, namun pemerintah bisa menentukan rencana bisnis PTFI agar lebih banyak memberikan keuntungan bagi Indonesia.
PT Freeport Indonesia telah sepakat untuk mendivestasi 51 persen sahamnya ke pemerintah Indonesia. Meski kesepakatan tersebut baru tertuang dalam Heads of Agreement (HoA) yang ditandatangani PTFI dengan PT Inalum (Persero).
Pengamat Ekonomi, Fahmi Radhi, mengungkapkan divestasi 51 persen saham Freeport memang menjadi mekanisme yang paling masuk akal bagi Indonesia untuk bisa menguasai perusahaan tambang asal Amerika Serikat (AS) tersebut.
-
Dimana Smelter Freeport yang akan mengolah tembaga dan emas di Indonesia? Presiden Jokowi mengatakan smelter PT Freeport Indonesia yang berlokasi di Gresik akan rampung pada Juni 2024.
-
Apa yang akan dihasilkan dari beroperasinya Smelter Freeport di Gresik? Menurut dia, beroperasinya smelter PT Freeport ini akan memberikan sejumlah keuntungan bagi Indonesia. Dengan hilirasasi ini, negara akan mendapatkan nilai tambah yang besar dari pajak maupun dividen.
-
Kapan Smelter Freeport di Gresik ditargetkan mulai beroperasi? Presiden Jokowi mengatakan smelter PT Freeport Indonesia yang berlokasi di Gresik akan rampung pada Juni 2024.
-
Siapa yang akan direkrut untuk bekerja di Smelter Freeport di Gresik? Dia menuturkan industri pengolahan tembaga ini nantinya akan merekrut 20 ribu anak-anak muda Indonesia untuk bekerja .
-
Kapan PT Tera Data Indonusa Tbk melantai di bursa saham? Bahkan pada 2022, saat pandemi berlangsung, perusahaan ini berani mengambil langkah melantai di bursa saham.
-
Apa saja yang dilakukan oleh PT Kaltim Prima Coal (KPC)? PT KPC adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan dan pemasaran batubara untuk pelanggan industri baik pasar ekspor maupun domestik.
"Itu satu-satunya opsi yang paling rasional, dan affordable, 51 persen ini memang tidak 100 persen (menguasai), tapi kita menjadi mayoritas, lazimnya pemegang saham mayoritas, dia bisa mengambil keputusan dalam rapat pemegang saham," ujar dia dalam acara Forum Merdeka Barat di Jakarta, Senin (23/7),
Dia mengungkapkan, jika menggunakan mekanisme nasionalisasi, maka ada sejumlah hal yang harus dihadapi oleh pemerintah Indonesia, termasuk kemungkinan mendapatkan tekanan hingga dikucilkan oleh AS.
"Di era globalisasi, nasionalisasi bukan lagi metode yang tepat untuk pengambilalihan pertambangan Freeport. Resikonya kita akan dikucilkan, diadukan ke arbitrase internasional, kena sanksi ekonomi. Akan ada tekanan dari AS. Di Venezuela ada nasionalisasi perusahaan AS, tapi kemudian presidennya mati, yang katanya kena serangan jantung," jelas dia.
Oleh sebab itu, meski hanya memiliki 51 persen, namun pemerintah melalui Inalum bisa menentukan rencana bisnis PTFI agar lebih banyak memberikan keuntungan bagi Indonesia, khususnya masyarakat Papua.
"Kalau deviden selama ini menjadi laba ditahan dengan alasan untuk investasi, kalau Freeport McMoran selama ini bilang smelter tidak usah dibangun, tapi kalau dengan pemerintah mayoritas maka akan mengambil keputusan yang menguntungkan Indonesia," tandas dia.
Reporter: Septian Deny
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Alumni 212 akan bawa masalah pembelian saham divestasi Freeport ke BPK dan KPK
Ekonom tegaskan tak laik masukkan cadangan SDA dalam perhitungan harga saham Freeport
Alasan Bank Mandiri tak tertarik biayai Inalum caplok 51 persen saham Freeport
Jonan soal HoA Freeport: Ini seperti tunangan tapi belum pasti nikah
Pemilikan 51 persen saham Freeport banyak diragukan, ini tanggapan Menkeu Sri Mulyani
Indonesia masih belum menguasai 51 persen saham freeport
Jokowi soal Freeport: Sudah ada kemajuan jangan malah ditanggapi 'miring'