Pengantar Senyum untuk Pasien Covid-19 di Wisma Atlet
"Saya sudah level pasrah. Kalau memang sudah waktunya, saya siap". Suara itu terdengar lirih. Keluar dari mulut Yoga Budi Irawan. Ketika menceritakan kembali kondisi ayahnya saat berhadapan dengan virus Covid-19 tahun lalu.
"Saya sudah level pasrah. Kalau memang sudah waktunya, saya siap". Suara itu terdengar lirih. Keluar dari mulut Yoga Budi Irawan. Ketika menceritakan kembali kondisi ayahnya saat berhadapan dengan virus Covid-19 tahun lalu.
Keadaan ayahnya memburuk. Harus segera mendapatkan penanganan medis. Namun tidak seperti dibayangkan. Tiga rumah sakit didatangi menolak, dengan alasan penuh. Saat itu, tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) bagi pasien Covid-19 sedang tinggi-tingginya di awal masa pandemi.
-
Kapan Gojek menerima penghargaan dari DTKJ? Penghargaan dari Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) yang diterima baru-baru ini menjadi bukti nyata dari pencapaian tersebut.
-
Siapa yang memberikan penghargaan kepada Gojek? Penghargaan dari Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) yang diterima baru-baru ini menjadi bukti nyata dari pencapaian tersebut.
-
Bagaimana Gojek mendapatkan penghargaan dari DTKJ? Penghargaan ini diperoleh berdasarkan survei kepada pengguna angkutan umum serta penilaian terhadap inovasi dan upaya integrasi dengan moda transportasi lain melalui fitur GoTransit.
-
Kenapa Gojek menyediakan layanan motor listrik? Program bergabung sebagai mitra pengemudi Gojek, GoRide Electric bertujuan mendukung penggunaan motor ramah lingkungan. Selain itu, juga memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
-
Di mana letak Desa Adat Sijunjung? Perkampungan ini terletak di Jorong Padang Ranah dan Tanah Bato, Nagari Sijunjung, Kabupaten Sijunjung, Sumatra Barat.
-
Di mana letak Pasar Grosir Setono? Pasar Grosir Setono merupakan sentra jual beli batik di Kota Pekalongan.
Beruntung, Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), Gatot Subroto, Jakarta mau menangani. Selama satu bulan mendapatkan perawatan intensif di sana. Tapi, takdir berkata lain. Kekebalan tubuh ayahnya kalah melawan ganasnya virus. Hingga dinyatakan meninggal dalam keadaan positif Covid-19.
Setelah mengetahui hasil itu, pihak rumah sakit mengambil tindakan. Melakukan penelusuran kontak erat (tracing) kepada pihak keluarga. Hasilnya, tiga kakaknya dan satu ponakan dinyatakan positif. Dirujuk ke Wisma Atlet, Kemayoran untuk menjalani isolasi mandiri. Sementara Yoga negatif, dan harus melakukan karantina di kediamannya.
Duka memang belum usai. Selepas kepergian sang ayah, Yoga dan ketiga kakaknya harus terpisah di balik tembok berbeda. Namun komunikasi keduanya terus berjalan. Mereka saling berdoa, menguatkan satu sama lain. Berharap agar keadaan lekas membaik dan bisa berkumpul kembali di atap yang sama.
Setelah beberapa pekan berjalan, kabar datang dari gedung tower warna-warni. Kakaknya menghubungi lewat sambungan telepon. Menceritakan kondisi keadaan orang-orang berada di Wisma Atlet saat itu. Jauh dari keluarga. Di satu sisi, mereka butuh support dari orang-orang terdekat.
Untuk melengkapi berbagai kebutuhan tambahan, mereka kadang saling bergantung. Karena tidak bisa melakukan sendiri. Terutama untuk beberapa keperluan seperti pakaian sehari-hari, alat makan, alat mandi, hingga bentuk lainnya. Karena tidak mungkin meminta keluarganya datang. Apalagi menyuruh orang lain mengirimkan kebutuhan-kebutuhan tersebut. Risikonya amat besar.
"Beberapa orang merasa kesulitan untuk mengantar ke situ (Wisma Atlet). Karena mungkin masih takut orang-orang ke situ," kata Yoga mencoba memahami keadaan terjadi di lapangan.
Setelah menggambarkan kondisi keadaan Wisma Atlet, di ujung telepon sang kakak berpesan. Seraya meminta pertolongan sang adik. Mengadu bahwa ada Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dari luar kesulitan untuk berkomunikasi dengan keluarganya. Yoga diminta membelikan beberapa keperluan agar bisa membantu orang tersebut. Kemudian memintanya untuk mengantarkan langsung.
"Kakak saya bilang, Yoga tolong ini ada TKI dari luar dia ingin hubungi keluarganya susah. Minta tolong beliin kartu perdana sama minta beliin kebutuhan lainnya," ujar Yoga menirukan permintaan sang kakak.
Sebagai mitra GoJek, urusan antar mengantar memang menjadi pekerjaan sehari-hari Yoga di jalanan. Namun kali ini agak berbeda. Karena harus mengantar ke Wisma Atlet. Penuh dengan risiko. Ditambah ancaman penularan virus yang nyata.
Sempat ada rasa khawatir. Tapi dibuangnya jauh. Karena rasa kemanusiaan baginya lebih besar dari ketakutan tertular virus Covid-19. Pilihannya saat itu hanya satu, berserah diri. Jika memang harus mati karena tertular virus, setidaknya dia sudah melakukan kebaikan untuk orang lain.
"Setidaknya sebelum waktunya tiba, ada hal kebaikan yang bisa saya kerjain," kata pria kelahiran 1990-an itu.
©2021 Merdeka.com/Dwi Aditya Putra
Laju sepeda motornya menggelinding di aspal. Yoga bergegas menuju ke Wisma Atlet, Kemayoran. Membawa kebutuhan barang diminta sang kakak. Jarak rumah menuju ke sana cukup lumayan. Bisa ditempuh dalam waktu 20 menit, jika menarik gas dengan santai.
Setibanya di sana, Yoga diarahkan menuju ke pos penjaga. Pos ini menjadi titik terakhir pengantaran barang untuk keperluan pribadi para pasien Covid-19. Seluruh titipan wajib diberi nama lengkap. Beserta nomor telepon dan kamar. Karena ini akan lebih memudahkan petugas nantinya untuk mengantar barang-barang tersebut.
"Saya taro di pos penjaga saya kabarin (kakak saya). Tulis namanya siapa. Kamarnya berapa. Nanti dari penjaga wisma atlet naikin ke atas," ujarnya.
Niat baik Yoga berlawanan. Ketika tak sengaja bertemu mitra sesama hijau lain di Wisma Atlet. Kebetulan, saat itu dia juga baru selesai mengantar orderan makanan dari salah satu pasien isolasi mandiri. Namun ironis. Ada satu perkataan membuat dirinya bergejolak. Sampai-sampai ingin marah.
"Saya kan ojol. Sesama ojol, dia merasa kesal mengantar ke situ kan risiko besar. Dia bilang orang udah mau mati saja pakai mau makan-makan enak," ujar Yoga sambil menutupi kemarahannya.
Hatinya berkecamuk. Mengulang-ulang perkataan oknum tak manusiawi tersebut. Kesal, namun tidak bisa diluapkan. Sesekali menggeleng-gelengkan kepala, seakan tidak percaya. Dalam hatinya berkata 'kalau tidak mau, ya jangan diambil!'. Sesederhana itu pikirnya.
Berangkat dari kejadian itu, hatinya tersentuh. Yoga memutar otak. Bergerak mencari jalan keluar. Hingga akhirnya memutuskan membuka jasa titip (jastip) untuk pasien Covid-19 dan tenaga medis. Semua tidak dikenakan biaya alias gratis. Harapannya cara ini bisa membantu orang lain untuk memenuhi kebutuhan keluarganya berada di balik tower-tower tersebut. Tanpa ada rasa khawatir, juga ketakutan.
"Jadi ada kepikiran ke situ (jastip) karena ada suatu kejadian juga yang sekiranya saya pikir 'oh iya orang butuh ini' atas berdasarkan cerita keluarga saya di dalam (Wisma Atlet)," ujarnya.
Strategi mulai disusun. Bagaimana ide ini bisa diketahui dan diterima oleh banyak orang. Informasi jastip kemudian disebar luas melalui sosial media Twitter miliknya. Cara itu dianggap efektif karena bisa dilihat khalayak publik. Terutama, ruang lingkup menjadi pertemanannya.
"Di situ responnya bagus banyak yang dukung dan beberapa kali banyak yang direct message (DM) saya untuk minta tolong diantarkan," ceritanya.
Dalam satu hari, Yoga mengaku bisa menerima permintaan jastip mencapai empat sampai lima kali. Kebanyakan barang-barang titipan itu berupa alat kesehatan, alat mandi, hingga keperluan pasien lainnya. Namun ada juga dalam bentuk makanan dan minuman. Semua diantar secara bergilir. Dijemput dari satu pintu ke pintu lain.
Niat baiknya Yoga sama sekali tidak mengganggu pekerjaannya sebagai driver GoJek. Jika ada orderan masuk melalui aplikasi, dia tetap mengambilnya. Tanpa menunjukan rasa lelah. Sebab itu menjadi risiko dan tanggung jawab sebuah pekerjaan. Sekaligus rezeki yang tidak bisa ditolak.
Beberapa hari berjalan, aksi Yoga menuai banyak pujian dan dukungan dari banyak pihak. Bahkan sempat menjadikannya viral. Namun, itu semua tidak menjadikan dia besar kepala. Karena keinginan itu datang dari hati. Semata-mata untuk membantu tenaga medis dan pasien Covid-19. Dan didorong atas pengalaman menimpa keluarganya.
Yoga mengakui, belakangan ini permintaan jastip perlahan mulai berkurang. Ini seiring terjadinya penurunan kasus aktif Covid-19 di DKI Jakarta. Sementara tingkat keterisian tempat tidur di Wisma Atlet juga sudah menurun. Ini berbeda ketika waktu awal-awal pandemi yang meningkat tajam.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI Jakarta, kasus aktif positif Covid-19 di Jakarta mencapai 1.409 orang hingga per 15 Oktober 2021. Sedangkan posisi pasien positif Covid-19 yang menjalani rawat inap di tower 4, 5, 6 dan 7 Wisma Atlet Kemayoran hanya sebanyak 209 orang per 18 Oktober 2021. Pasien itu terdiri dari 95 pria dan 114 wanita.
Penurunan permintaan jastip belakangan membuat Yoga hanya fokus bekerja. Kembali menarik penumpang, sesekali mengantar paket dan makanan. Dalam satu minggu terakhir, dia bisa menyelesaikan 30 orderan. Dia percaya berkah ini adalah buah dari apa yang sudah dilakukannya. Namun, dirinya tetap berjaga jika sewaktu-waktu ada membutuhkan jastip.
"Kalau ada yang DM saya, tetap saya jalankan begitu," ujar pengemudi GoJek yang sudah bergabung sejak 2017 itu.
Layanan GoJek Permudah Pasien Covid-19
Di balik Gedung Wisma Atlet, Vadia Lidyana mengacungi jempol apa dilakukan para driver di jalan. Mereka rela bekerja di tengah ancaman badai pandemi. Melawan ketakutan demi memenuhi kebutuhan orang-orang berada di dalam Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet.
Vadia merupakan salah satu alumni pasien Covid-19. Dia merasakan betul sepinya tanpa keluarga dan teman. Hari-harinya hanya dihabiskan di dalam ruangan. Sambil memainkan telepon genggam untuk mengusir kebosanan. "Kalau di dalam gedung gak kenal siapa-siapa. Gak rame, karena di dalam kamar semua," kata Vadia menceritakan.
Lebih dari seminggu karyawan swasta itu harus mengistirahatkan diri. Bergantung secara mandiri. Posisinya saat itu memang tidak dalam kondisi siap. Ketika dinyatakan positif Covid-19, Vadia bergegas pulang mengemas barang-barangnya. Membawa kebutuhan seadanya. Karena tak ingin berlama-lama. Khawatir virus ada di tubuhnya, bermutasi ke orang-orang berada di dalam rumahnya.
Untuk memenuhi kebutuhan hari-hari, perempuan asal Bekasi itu tidak pernah merasa khawatir. Apalagi harus merepotkan orang lain. Semua keperluannya bisa terpenuhi hanya dengan satu genggaman Aplikasi GoJek. Aplikasi Karya Anak Bangsa diakui memudahkan berbagai urusannya ketika dalam keadaan sulit.
"Saat itu Aku dikirimi barang pakai GoSend ke Wisma Atlet. Mulai dari alat-alat mandi, desinfektan, alat makan, sepatu olahraga, dan sandal. Jadi mudah, membantu banget" katanya.
Sementara untuk urusan perut, Vadia juga tidak pernah lepas dari Go-Jek. Dalam satu hari dia bisa lebih dari satu kali menggunakan layanan GoFood. Terlebih ekosistem dari GoJek itu menawarkan banyak pilihan makanan lengkap di dalam etalase. Tentu sesuai dengan selera lidah.
©2021 Merdeka.com/Dwi Aditya Putra
Dalam catatan Go-Jek, sebanyak 250.000 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) baru telah bergabung di GoFood sepanjang 2020. Di mana 43 persen UMKM merupakan pelaku usaha baru. Sementara 94 persen diantaranya adalah pelaku usaha berskala mikro. Adapun saat ini, sudah ada 1 juta mitra usaha kuliner yang memanfaatkan GoFood, yang 99 persen diantaranya berskala UMKM. Banyaknya UMKM ini, semakin mempermudah pilihan masyarakat untuk pesan makanan.
"Sehari paling bisa sekali atau dua kali GoFood. Restonya juga lebih banyak. Pilihan yang dekat Wisma itu restorannya menarik-menarik," kata Vadia.
Selain banyak pilihan, Gojek juga dianggap lebih cepat dan efisien. Titik lokasi dari aplikasi tersebut juga tepat sesuai dengan lokasi handphone. Sehingga dia bisa lebih mudah menentukan titik antar. Driver pun juga tidak kesulitan ketika harus mengantarkan makanan.
"Titiknya pas, kalo yang lain agak beda titiknya jadi suka gak tepat," ujarnya.
Pandemi Covid-19 membuat konsumen lebih mengandalkan aplikasi digital untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini tercermin dari hasil riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) menunjukan adanya perubahan pola penggunaan layanan digital oleh konsumen.
Hasil tersebut didapatkan dari survei yang dilakukan LD FEB UI pada 4.199 responden yang melakukan transaksi digital Gojek di masa pandemi. Survei dilakukan dengan pendekatan kuantitatif pada September 2020 lalu. Hasil penelitian ini dapat digeneralisir pada populasi konsumen Gojek, dengan tingkat kepercayaan 95 persen (M.o.e +/- 1,5 persen).
Hasil survei menyebutkan mayoritas konsumen (90 persen) menganggap kualitas hidupnya lebih baik dengan adanya Gojek. Konsumen akan tetap menggunakan Gojek dan tidak beralih ke aplikasi lainnya (94 persen) dan merekomendasikan kepada teman serta kerabat (96 persen).
Mayoritas konsumen (93 persen) menganggap keamanan layanan Gojek lebih baik dari standar industri. Kebanyakan dari mereka (86 persen) juga merasa aplikasi Gojek membantu mereka beradaptasi dengan kebiasaan baru dan tetap produktif selama pandemi Covid-19.
Hasil riset juga menunjukan bahwa konsumen menjadi lebih sering dalam menggunakan layanan GoFood (65 persen), GoPay (68 persen), Paylater (57 persen) dan GoSend (36 persen). Angka ini meningkat secara tajam jika dibandingkan sebelum pandemi.
Hal ini juga tampak dari meningkatnya rata-rata pengeluaran konsumen per bulan untuk layanan belanja kebutuhan sehari-hari (GoMart, 44 persen), pemesanan makanan (GoFood, 26 persen). Secara keseluruhan jumlah saldo GoPay yang digunakan oleh konsumen per bulan meningkat 8 persen.
Selanjutnya, mayoritas konsumen dalam penelitian ini menilai layanan aplikasi Gojek mendorong masyarakat menggunakan digital payment (97 persen), memudahkan masyarakat memulai usaha digital (97 persen), dan membantu masyarakat untuk beradaptasi dengan gaya hidup yang lebih sehat (96 persen) selama pandemi.
Ekosistem Gojek juga memfasilitasi konsumen untuk tetap menjaga hubungan sosial dengan keluarga dan teman meski terpisah jarak. Sebagian besar konsumen memanfaatkan layanan GoFood untuk memesan makanan untuk keluarga atau teman (73 persen), memesankan makanan sehat lewat GoFood untuk keluarga atau teman (55 persen), serta memanfaatkan GoSend untuk mengirimkan barang atau makanan (62 persen) untuk keluarga dan teman selama pandemi.
"Persepsi konsumen yang positif terhadap aplikasi digital yang membantu mereka selama pandemi akan membuat mereka semakin loyal terhadap platform tersebut," kata Peneliti LD FEB UI, Alfindra Primaldhi, dalam laporan Perilaku Konsumen Indonesia dalam Bertransaksi Digital di Masa Pandemi Covid-19.
Riset terbaru dikeluarkan LD FEB UI pada Oktober 2021, juga menunjukan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap GoJek, mampu mendorong pemulihan pendapatan terhadap ekosistem perusahaan. Hal ini tercermin dari pendapatan mitra UMKM GoFood rata-rata naik 66 persen di tahun 2021 dibandingkan tahun 2020. Sementara mitra driver GoCar dan GoRide mengalami peningkatan pendapatan di tahun 2021 sebesar 24 persen dan 18 persen dibandingkan tahun 2020.
"Ini menandakan pelaku sektor informal yang berada dalam ekosistem digital turut merasakan sekaligus berkontribusi ke pemulihan ekonomi," ujar Alfindra dikutip dari hasil riset terbarunya.
Di tengah pandemi Covid-19, GoFood sendiri memang menjadi salah satu platform paling banyak digunakan. Layanan ini selain membantu masyarakat juga mampu menunjang suksesnya UMKM untuk tetap bertahan. Bagian dari ekosistem GoJek itu unggul karena memiliki loyalitas pelanggan. Ini berbeda dengan kompetitor sebelah yang bersaing mengandalkan diskon.
Dalam riset yang dilakukan lembaga survei CLSA, mayoritas atau 35 persen masyarakat lebih memilih GoFood. Sementara hanya sebesar 20 persen memilih kompetitornya. Adapun survei dilakukan terhadap 450 responden. Di mana mayoritas berasal dari Jakarta dan Bodetabek.
Survei dibagi dalam beberapa segmen. Berdasarkan pendapatan bulanan pada responden, proporsinya (19-23 persen) relatif sama untuk golongan Rp4-6 juta, Rp7-10 juta, Rp11-20 juta dan di atas Rp20 juta. Sementara 10 persen responden berpenghasilan di bawah Rp3 juta atau tidak memiliki penghasilan bulanan sama sekali seperti pelajar atau mahasiswa.
Hasil survei didasarkan pada tingkat pendapatan, preferensi merek, seberapa teratur mereka memesan makanan secara online, dan beberapa faktor lainnya. Hasilnya, lebih banyak orang memilih GoFood yaitu sebesar 35 persen dan 20 persen untuk kompetitor, sedangkan 43 persen responden menggunakan kedua aplikasi.
"Go-Food, menurut kami, memiliki pelanggan yang lebih setia, di mana tiga keuntungan teratas dari penggunaan aplikasi adalah familiar dengan aplikasi, ketergantungan pada GoPay, dan ramah pengguna," ungkap Analis CLSA, Jonathan Mardjuki dalam laporan risetnya.
Dengan kekuatan brand yang dimiliki sebagai karya Indonesia, CLSA memperkirakan pangsa pasar GoJek akan terus naik mencapai 58 persen. Peningkatan itu seiring dengan angka pengguna aktif bulanan GoJek di perangkat Android.
Berdasarkan survei, CLSA juga berpendapat bahwa pelanggan kini telah mengalihkan fokus pada aspek-aspek seperti kenyamanan aplikasi ketimbang pengiriman yang lebih cepat. Atau tingkat pembatalan yang lebih rendah oleh pengemudi, seperti di masa-masa awal.
Usai Merger Layanan Go-Food Meningkat Tajam
Upaya untuk memperluas pasar terus digalakkan. Pada pertengahan Mei 2021, GoJek dan Tokopedia resmi mengumumkan pembentukan Group GoTo. Pembentukan ini merupakan kolaborasi usaha terbesar di Indonesia. Sekaligus kolaborasi terbesar antara dua perusahaan internet dan layanan media di Asia hingga saat ini.
Kekuatan besar tersebut terbukti mampu mendongkrak layanan GoFood. Aplikasi pesan antar makanan itu mencatatkan peningkatan transaksi setelah merger dilakukan. Ini terjadi karena adanya integrasi antara layanan kedua platform.
Merchant GoFood mendapatkan dampak positif. Di mana tingkat kunjungan ke platform naik hingga 50 persen per jam. Selain itu, jumlah pelanggan baru GoFood pun bertambah sebanyak 10.000 pelanggan setiap harinya. Begitu pula dengan nilai transaksinya.
"Trafik dan pelanggan baru itu naik. Kami memang menargetkan dari jumlah pelanggan baru dan trafiknya. Tapi untuk nilai transaksi saat ini belum bisa kami share," kata Chief Food Officer Gojek Group, Catherine Hindra Sutjahyo dalam konferensi pers virtual, beberapa waktu lalu.
Setelah merger, perusahaan fokus untuk bisa memberikan dampak yang besar bagi merchant, terutama para pelaku UMKM. Maka, integrasi layanan kedua platform diupayakan bisa memberikan dampak signifikan.
Dia mengatakan, peningkatan transaksi yang terjadi pada merchant GoFood tersebut juga disebabkan integrasi antara kampanye Waktu Indonesia Belanja (WIB) di Tokopedia dengan layanan GoFood. Pada kampanye WIB yang berlangsung setiap bulannya, penjual kuliner di Gofood bisa mengikutinya. Nantinya, para pengguna Tokopedia pun bisa mendapatkan penawaran menarik dari layanan GoFood.
"Jadi nanti kalau klik link di website atau aplikasi Tokopedia, maka bisa langsung dialihkan ke aplikasi Gojek untuk layanan GoFood," jelasnya.
Ke depannya GoFood akan terus mendorong pengembangan UMKM, sekaligus bertahan menjadi market leader di layanan pesan antar makanan. Sebab, dengan semakin banyak UMKM yang masuk ke ekosistem digital dan berkembang, maka bukan hanya memberikan dampak positif bagi GoFood, tetapi juga mendorong perekonomian nasional.
"Kami sadar GoFood berperan untuk membantu mitra-mitra UMKM. Jadi kami melihat apa yang dibutuhkan merchant, apa yang dibutuhkan UMKM. Karena kami percaya, dengan bisa menggerakkan lebih banyak UMKM, itu bukan hanya untuk GoFood, tapi juga untuk perekonomian," jelas dia.
Di balik peningkatan terjadi, GoFood juga terus konsisten dalam menjaga kualitas makanan agar tetap prima dan higienis sampai ke tangan pelanggan. Komitmen ini ditujukan melalui pendistribusian lebih dari 8.000 tas pengantaran GoFood kepada mitra driver di sejumlah kota di Indonesia.
Global Head Marketing GoFood, Ichmeralda Rahman mengatakan, fokus di GoFood saat ini adalah untuk memberikan pengalaman kuliner terbaik bagi pelanggan. Di tengah pandemi seperti saat ini, pihaknya sadar bagaimana kebersihan menjadi prioritas pelanggan, mitra usaha maupun mitra driver.
"GoFood terus mendorong #ProteksiEkstra bagi seluruh ekosistemnya, termasuk dalam menjaga kualitas makanan yang antara lain kami lakukan melalui distribusi ribuan tas pengantaran GoFood kepada mitra driver," katanya dalam siaran pers beberapa waktu lalu.
Tas pengantaran GoFood dirancang agar nyaman dan aman untuk digunakan para mitra driver. Terbuat dari material tas yang tahan air (waterproof). Tas ini mampu melindungi makanan dan minuman dari debu dan kotor. Juga terdapat lapisan insulasi untuk menjaga makanan dan minuman yang diantar tetap berada pada suhu optimal.
Berbagai inisiatif memang telah diluncurkan GoFood sejak awal pandemi Covid-19 untuk mendukung penerapan protokol kebersihan dan kesehatan. Seperti mendistribusikan paket #ProteksiEkstra yang terdiri dari kartu suhu tubuh, safety seal berlogo GoFood, masker kain, hand sanitizer, poster panduan protokol kesehatan, dan box #ProteksiEkstra kepada mitra usaha.
Hal ini sejalan dengan langkah proaktif GoFood dalam menerapkan minimal tiga dari enam prokol kebersihan makanan sesuai arahan BPOM. Diantaranya penggunaan masker, penyemprotan desinfektan secara berkala, pengecekan suhu tubuh driver, penggunaan segel makanan, sticker penjaga jarak kasir dan antrian, dan menyediakan tempat cuci tangan.
Selain menggunakan tas pengantaran, sejumlah inisiatif lainnya yang telah dilakukan di dalam layanan GoFood adalah penggunaan paper bag. Ini diberikan untuk mitra usaha GoFood yang bisa didapatkan dari layanan GoFresh.
Berbagai upaya ini juga sekaligus menggarisbawahi kelanjutan komitmen GoFood dalam berperan aktif mengurangi penggunaan plastik sekali pakai yang sejalan dengan komitmen The Three Zeros Gojek, khususnya Zero Waste (Nol Sampah). Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mencegah masuknya penggunaan plastik sekali pakai dalam ekosistem GoFood.
"Saya mengapresiasi langkah Gojek yang terus berupaya untuk meningkatkan keamanan dan kehigienisan layanannya. Semoga standar protokol yang sudah ketat dapat menginspirasi seluruh pihak untuk terus waspada dan tidak sedikitpun melonggarkan protokol kesehatan," kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Reisa Broto Asmoro.
(mdk/azz)