Penguatan UKM dan Koperasi jadi Kunci Utama RI Hadapi Ancaman Krisis Ekonomi
Analis Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Suhaji Lestiadi yang juga merupakan Wakil Bendahara Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) berharap, sektor UMKM dan koperasi mampu menjadi penyangga sistem perekonomian nasional dalam menghadapi resesi.
Ancaman resesi global membayangi berbagai negara di belahan dunia akibat adanya perang dagang terutama oleh Amerika dan China. Situasi ini menekan neraca perdagangan dalam negeri, mengingat kedua negara tersebut merupakan mitra dagang utama Indonesia.
Analis Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Suhaji Lestiadi yang juga merupakan Wakil Bendahara Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) berharap, sektor UMKM dan koperasi mampu menjadi penyangga sistem perekonomian nasional dalam menghadapi resesi.
-
Apa yang diukur oleh Indeks Bisnis UMKM? Indeks Bisnis UMKM merupakan indikator yang mengukur aktivitas UMKM di Indonesia yang dilakukan setiap kuartal oleh BRI Research Institute.
-
Bagaimana kondisi ekonomi Indonesia di era Soekarno? Dalam buku berjudul 'Jakarta 1950-1970', seorang dokter bernama Firman Lubis mengutarakan kondisi ekonomi Indonesia saat itu amat kacau. "Inflasi melangit dan menyebabkan nilai rupiah merosot tajam dalam waktu yang relatif singkat. Sebagai gambaran, ongkos naik bus umum yang pada tahun 1962 masih Rp1 berubah menjadi Rp1000 pada tahun 65,"
-
Apa yang dilakukan Kemenkumham untuk meningkatkan perekonomian Indonesia? Menurut Yasonna, dengan diselenggarakannya Temu Bisnis Tahap VI, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
-
Kenapa menurut Kepala LKPP, UMKK sangat penting untuk meningkatkan ketahanan ekonomi nasional? Kepala LKPP Hendrar Prihadi mengatakan, salah satu kunci ketahanan ekonomi nasional adalah majunya UMKK.
-
Mengapa UMKM dianggap penting bagi perekonomian Tarakan? Mengingat, UMKM menjadi salah satu pondasi perekonomian di wilayah, bahkan nasional.
-
Kenapa krisis moral menjadi masalah di Indonesia? Krisis moral tengah masif terjadi di tengah masyarakat. Apa yang menjadi penyebab dan bagaimana dampaknya?
"Saat krisis global 1998, UMKM sudah terbukti mampu menopang ekonomi Indonesia sehingga perekonomian Indonesia mampu bangkit kembali di tahun-tahun selanjutnya," katanya, di Jakarta, Rabu (16/10).
Menurut Suhaji, pemerintah harus memberikan fokus dan perhatian lebih besar lagi bagi penguatan UMKM dan koperasi di Indonesia sehingga bisa naik kelas dan memiliki ketangguhan dalam menopang perekonomian Indonesia. Hal ini sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 yang menyasar pada tujuan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pengurangan ketimpangan.
"Dengan mendorong UMKM naik kelas dapat mengurangi tingkat kemiskinan sekitar 20 persen atau setara dengan mengeluarkan 5 juta orang dari kemiskinan. Selain itu dapat mengurangi tingkat ketimpangan sekitar 4 persen," imbuh Suhaji.
Terkait resesi dan krisis ekonomi global, berdasarkan rilis yang dikeluarkan International Monetary Fund (IMF) pada Rabu (16/10), pertumbuhan ekonomi global diperkirakan hanya mencapai 3 persen dan merupakan yang terendah sejak krisis. Situasi ini pun diprediksi masih akan berlanjut di tahun selanjutnya. Bloomberg economics menciptakan model untuk menentukan peluang resesi Amerika.
Saat ini, indikator memperkirakan kemungkinan resesi Amerika di beberapa titik di tahun berikutnya adalah 27 persen, lebih tinggi dibanding setahun yang lalu.
"Dengan pertumbuhan 3 persen, tidak ada ruang untuk kesalahan kebijakan," ungkap Gita Gopinath, ekonom IMF dilansir dari situs resmi IMF.
Selain itu, menjadi kebutuhan mendesak bagi para pembuat kebijakan untuk secara kooperatif mengurangi perdagangan dan ketegangan geopolitik. Perang dagang antara Amerika Serikat dan China saja diperkirakan akan menyusutkan perekonomian dunia sebesar 0,8 persen di tahun 2020.
Strategi Penguatan Produk Unggulan
Risiko resesi global terhadap Indonesia terindikasi dari penurunan pertumbuhan penjualan industri tekstil dan produk tekstil, properti, semen, baja, otomotif, dan penjualan ritel. Realisasi ekspor Indonesia lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Penurunan ekspor ini dipengaruhi oleh penurunan ekspor migas hingga 37 persen, non migas 11 persen dan produk pertanian 15,9 persen.
"Arah kebijakan ekonomi dalam menghadapi resesi global harus melibatkan penguatan kewirausahaan, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) serta koperasi," papar Suhaji.
Suhaji menilai, UMKM harus mendapat perhatian utama karena besarnya kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia yang mencapai 62,5 persen, penyerapan tenaga kerja hingga 95 persen, dan kontribusinya terhadap ekspor non-migas hingga 16,45 persen. Bahkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2016, dari total 59.693.791 unit usaha di Indonesia, 99,89 persennya terdiri atas usaha kecil dan mikro masing-masing 684.196 unit (1,15 persen) dan 58.943.768 unit (98,74 persen).
Hasil analisis Komite Ekonomi dan Industri Nasional di tahun 2017 menunjukkan bahwa jika pemerintah fokus mendorong kenaikan omset UMKM, dengan target kenaikan omset usaha mikro sebesar 30 persen, usaha kecil sekitar 10 persen maka perekonomian nasional dapat tumbuh sebesar 7 – 9 persen. jelas bahwa penguatan UMKM adalah solusi perekonomian nasional”, tandas Suhaji.
Merujuk kepada Nawa Cita, RPJP 2005 – 2025, dan RPJMN 2020 – 2024, Suhaji mengusulkan agar kebijakan pembangunan UMKM di Indonesia berbasis kepada produk atau komoditas unggulan lokal di masing-masing daerah. Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pengurangan ketimpangan berbasis produk unggulan lokal dapat ditempuh dengan mengembangkan akses pasar, penciptaan inovasi teknologi dan efisiensi, akses permodalan, penguatan infrastruktur, peningkatan kualitas SDM dan dukungan aspek legalitas.
"Adopsi kebijakan Making Indonesia 4.0 yang dicanangkan Presiden Jokowi menjadi kunci bagi penguatan UMKM di Indonesia," pungkas Suhaji.
(mdk/idr)