Penyaluran KUR Tak Sesuai Target, Pemerintah Minta Perbankan Tak Lagi Minta Agunan
Melihat penyaluran KUR yang stagnan, pihaknya memiliki tiga terobosan penting. Pertama meminta kepada pihak perbankan tak minta angunan.
Staf Ahli Hubungan Antar Lembaga, KemenkopUKM, Riza Damanik mengungkapkan, ada gejala stagnasi dalam penyaluran KUR, apalagi melihat tidak mencapai target realisasi KUR di tahun lalu.
Penyaluran KUR Tak Sesuai Target, Pemerintah Minta Perbankan Tak Lagi Minta Agunan
Penyaluran KUR Tak Sesuai Target, Pemerintah Minta Perbankan Tak Lagi Minta Agunan
- Terbebani Bunga Tinggi, Target Penyaluran Kredit UMKM 30 Persen Sulit Tercapai
- Kepala Badan Otorita IKN Mundur, Basuki Harap Investasi Jalan Terus
- Sembilan Bank Langgar Aturan Penyaluran KUR karena Minta Agunan Tambahan, Subsidi Bunga Bakal Dicabut
- Penyaluran KUR Baru 77,4 Persen per 30 November 2023, Ini Biang Keroknya
Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) mencatat realiasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) per 12 Mei 2024 mencapai Rp97,705 triliun atau baru 32,56 persen dari target yang dianggarkan sebesar Rp300 triliun.
Staf Ahli Hubungan Antar Lembaga, KemenkopUKM, Riza Damanik mengungkapkan, ada gejala stagnasi dalam penyaluran KUR, apalagi melihat tidak mencapai target realisasi KUR di tahun lalu.
"Tahun lalu tidak juga mencapai target, itu sudah jauh-jauh hari kita antisipasi. Kita sudah melihat ada gejala, stagnasi dalam penyaluran KUR ini," ujar Riza dalam acara Orientasi Jurnalis KemenkopUKM, Kamis (16/5).
Riza merinci, penyaluran KUR sebesar Rp97,70 triliun telah disalurkan kepada 1,67 debitur, antara lain KUR Supermikro mencapai 52,693 debitur, KUR Mikro 1,4 juta debitur, KUR kecil 127,923 debitur dan KUR TKI 352 debitur.
Melihat penyaluran KUR yang stagnan, pihaknya memiliki tiga terobosan penting.
Pertama meminta kepada pihak perbankan untuk memberikan persyaratan tanpa angunan.
Kedua, pemberian KUR tidak lagi per-orang, tetapi diberikan kepada kluster atau kelompok UMKM sesuai dengan jenis usahannya.
"Jadi dulu belum ada KUR klaster. Sekarang sudah ada KUR klaster, kalau dulu mungkin kalau pinjamnya si A ya si A yang dikembangkan. Kalau ini pendekatannya satu-satu klaster, tetap si A yang dapat tapi pendekatannya diagregasi dalam satu klaster. Misalnya klaster oleh-oleh. Nah, maka klaster oleh-oleh ini menjadi satu bagian dari pembiayaan murah," jelas Riza.
Ketiga, mengoptimalisasi penerapan credit scoring. Hal ini diperlukan pelaku UMKM, agar bisa mendapatkan akses pembiayaan yang lebih mudah.
"Ini masih dijajaki, masih dalam proses, semoga nanti bisa menjadi salah satu pendorong.Yang mudah-mudahan nanti bisa kita lakukan," terangnya.