KA Turangga & KA Lokal 'Adu Banteng' di Cicalengka, Ini Penyebab Kereta Api Tak Bisa Rem Mendadak
Adapun sejumlah faktor yang berpengaruh pada jarak pengereman kereta api.
Adapun sejumlah faktor yang berpengaruh pada jarak pengereman kereta api.
- 10 Penyebab Piringan Cakram Rem Mobil Cepat Tergerus, Bisa Turunkan Performa Pengereman
- KAI Batalkan Perjalanan Kereta Api Akibat Banjir Semarang, Ini Daftar Kereta Terdampak
- Memahami Kerja Sinyal di Perkeretaapian, Punya Peran Penting
- KAI Alihkan Rute Kereta Api Jarak Jauh Jalur Selatan Imbas Kecelakaan KA Turangga di Bandung
KA Turangga & KA Lokal 'Adu Banteng' di Cicalengka, Ini Penyebab Kereta Api Tak Bisa Rem Mendadak
Ini Penyebab Kereta Api Tak Bisa Rem Mendadak
Masyarakat dihebohkan atas insiden kecelakaan KA Turangga dengan KA Lokal Bandung Raya di antara Stasiun Haurpugur-Stasiun Cicalengka pada Jumat (5/1) pagi.
Namun, belum diketahui jumlah korban dalam peristiwa Kecelakaan nahas tersebut.
Saat ini, PT KAI masih melakukan upaya evakuasi penumpang di kedua kereta yang terlibat insiden kecelakaan tersebut.
Jalur rel antara Haurpugur-Cicalengka untuk sementara tidak dapat dilalui akibat kecelakaan tersebut.
"Upaya selanjutnya dari KAI adalah melakukan upaya evakuasi 2 rangkaian kereta api dan perbaikan jalur rel yang mengalami kerusakan," kata EVP of Corporate Secretary KAI Raden Agus Dwinanto Budiadji dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (5/1).
Insiden 'adu banteng' tersebut mendapatkan respons beragam dari masyarakat.
Salah satu perhatian publik terkait sistem pengereman di transportasi kereta api.
Lantas mengapa transportasi kereta api tidak bisa mengerem secara mendadak?
Melansir dari laman KAI, Vice President Public Relations KAI Joni Martinus menuturkan, kereta api merupakan jenis transportasi yang membutuhkan jarak tertentu untuk melakukan pengereman agar bisa benar–benar berhenti.
Sehingga, moda transportasi ular besi tersebut tidak bisa melakukan pengereman secara mendadak.
"Berbeda dengan transportasi darat pada umumnya, kereta api memiliki karakteristik yang secara teknis tidak dapat dilakukan pengereman secara mendadak. Untuk itu, kami mengimbau masyarakat agar lebih waspada dan berhati-hati sebelum melewati perlintasan sebidang," ujar Joni.
Berikut faktor-faktor yang menyebabkan kereta api tidak dapat mengerem mendadak:
1. Panjang dan Berat Rangkaian Kereta Api
Hal yang menyebabkan kereta api tidak dapat melakukan pengereman secara mendadak yakni karena panjang dan bobot kereta api.
Semakin panjang dan berat rangkaiannya, maka jarak yang dibutuhkan kereta api untuk dapat benar-benar berhenti akan semakin panjang.
Di Indonesia, rata-rata 1 rangkaian kereta penumpang terdiri dari 8-12 kereta (gerbong) dengan bobot mencapai 600 ton.
Angka ini belum termasuk penumpang dan barang bawaannya. Dengan kondisi beban yang berat, maka akan dibutuhkan energi yang besar untuk membuat rangkaian kereta api berhenti.
merdeka.com
2. Sistem Pengereman
Pengereman yang dipakai pada kereta api di Indonesia pada umumnya menggunakan sistem jenis rem udara. Cara kerjanya dengan mengompresi udara dan disimpan hingga proses pengereman terjadi.
Walaupun kereta api telah dilengkapi dengan rem darurat, rem ini tetap tidak bisa berhenti mendadak.
Rem ini hanya menghasilkan lebih banyak energi dan tekanan udara yang lebih besar untuk menghentikan kereta lebih cepat. Sebaliknya, jika tekanan dilepaskan secara tiba-tiba, maka akan menyebabkan pengereman yang tidak seragam. Sehingga rem bekerja lebih dulu dari titik keluarnya udara.
Pengereman yang tidak seragam dapat menyebabkan kereta atau gerbong tergelincir, terseret, bahkan terguling.
"Jadi, meskipun masinis telah melihat ada yang menerobos palang kereta, selanjutnya melakukan proses pengereman, maka tetap akan membutuhkan suatu jarak pengereman agar benar – benar berhenti," beber Joni.
Adapun faktor yang berpengaruh pada jarak pengereman kereta api yaitu:
1. Kecepatan kereta api: Semakin tinggi kecepatan kereta api, maka semakin panjang jarak pengereman.
2. Kemiringan/lereng (gradient) jalan rel (datar, menurun, atau tanjakan).
3. Persentase pengereman yang diindikasikan dengan besarnya gaya rem.
4. Jenis kereta api (kereta penumpang/barang)
5. Jenis rem (blok komposit/blok besi cor)
6. Kondisi cuaca
7. Berbagai faktor teknis lainnya.