Kenapa Kereta Api Tidak Bisa Berhenti Mendadak Saat Situasi Darurat? Begini Penjelasannya
Insiden kereta api menabrak truk di Semarang dan Tanjungkarang ramai dibicarakan.
Insiden kereta api menabrak truk di Semarang dan Tanjungkarang ramai dibicarakan.
Kenapa Kereta Api Tidak Bisa Berhenti Mendadak Saat Situasi Darurat? Begini Penjelasannya
Banyak dari masyarakat yang bertanya-tanya mengenai insiden kereta api menabrak truk di Semarang dan Tanjungkarang yang terjadi beberapa waktu lalu.
Salah satu pertanyaan yang banyak di ajukan adalah kenapa kereta api tidak berhenti ketika melihat ada kendaraan yang macet di rel.
Namun, tahukah Anda bahwa kereta api memang tidak bisa berhenti mendadak. Baik itu dalam situasi atau kondisi darurat seperti beberapa waktu lalu. Saking banyaknya pertanyaan serupa yang masuk, PT. Kereta Api Indonesia lantas memberikan penjelasan. Tujuannya adalah agar masyarakat Indonesia teredukasi mengenai sistem kinerja kereta api. Lantas bagaimana penjelasan kenapa kereta api tidak bisa berhenti mendadak saat situasi darurat sekalipun? Melansir dari akun Instagram kai121_, Jumat (28/7), simak ulasan informasinya berikut ini.
Sebagian masyarakat umum mungkin belun mengetahui apabila kereta api tidak bisa berhenti atau mengerem mendadak.
Hal tersebut terbukti dari banyaknya komentar warga yang menanyakan perihal masinis yang tidak melakukan pengereman ketika mengetahui ada truk yang tersangkut di perlintasan sebidang.
PT. Kereta Api Indonesia mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang membuat kereta api tidak bisa melakukan pengereman secara mendadak.
Panjang dan Berat Rangkaian Kereta
Semakin panjang dan berat rangkaian kereta api, maka jarak yang dibutuhkan untuk kereta dapat benar-benar berhenti akan makin panjang pula.
Di Indonesia, kereta penumpang rata-rata terdiri dari 8-12 rangkaian dengan bobot mencapai 600 ton.
Beban tersebut pun belum termasuk penumpang dan barang bawaannya.
Maka, akan dibutuhkan energi yang besar untuk membuat rangkaian kereta berhenti.
Instagram kai121_
Sistem Pengereman
Saat ini pengereman yang dipakai pada kereta api menggunakan jenis rem udara. Di mana cara kerjanya adalah dengan mengompresi udara dan disimpan hingga proses pengereman tersebut.
Ketika masinis mengaktifkan sistem pengereman, udara tersebut akan didistribusikan melalui pipa kecil di sepanjang roda dan membuat friksi pada roda. Friksi ini lah yang nantinya akan membuat kereta berhenti.
Meskipun kereta sudah dilengkapi dengan rem darurat, rem tersebut tetap tidak mampu membuat kereta berhenti mendadak.
Rem darurat hanya menghasilkan lebih banyak energi dan tekanan udara yang lebih besar untuk menghentikan kereta lebih cepat.
Sehingga, meskipun masinis melihat ada yang menerobos palang kereta, biasanya akan tetap terlambat untuk melakukan pengereman.
Faktor yang Berpengaruh pada Jarak Pengereman
a. Kecepatan kereta api (semakin tinggi kecepatan kereta, maka semakin panjang jarak pengereman) b. Kemiringan atau lereng (gradient) jalan rel c. Presentase gaya pengereman d. Jenis kereta api (kereta penumpang atau kereta barang) e. Jenis rem (rem komposit atau blok besi cor) f. Kondisi cuaca
Perhitungan Jarak Pengereman
Melalui faktor-faktor yang mempengaruhi jarak pengereman, kemudian bisa dibuat rumus untuk menghitung jarak pengereman.
Mengingat kereta api di Indonesia menggunakan sistem pengereman udara, maka rumus yang dipakai adalah rumus minden, yakni:
Simulasi Jarak yang Dibutuhkan Lokomotif untuk Berhenti
a. 120 km/jam - 860 meter
b. 110 km/jam - 750 meter
c. 100 km/jam - 505 meter
d. 90 km/jam - 480 meter
e. 80 km/jam - 379 meter
f. 70 km/jam - 336 meter
g. 60 km/jam - 221 meter
h. 50 km/jam - 157 meter
i. 45 km/jam - 132 meter
Bahaya Kereta Api Melakukan Pengereman Mendadak
Rem pada rangkaian kereta api bekerja dengan tekanan udara.
Rem pada roda dihubungkan ke piston dan sususan silinder. Mekanisme yang mengurangi tekanan udara di kereta api akan memaksa rem mengunci dengan roda. Apabila tekanan dilepaskan secara tiba-tiba, maka akan menyebabkan pengereman yang tidak seragam. Sehingga rem bekerja lebih dahulu dari titik keluarnya udara. Pengereman yang tidak seragam ini mampu menyebabkan kereta dan gerbong tergelincir atau terseret maupun terguling.