Perjalanan Panjang Lahirnya Tolak Angin, Sudah Ada Sejak Indonesia Dijajah Belanda
Tahun 1941, mereka memformulasikan Jamu Tolak Angin yang saat itu menggunakan nama Jamu Tujuh Angin. Ketika perang kolonial Belanda yang kedua pada tahun 1949, mereka mengungsi ke Semarang.
Siapa yang tak kenal dengan produk jamu kemasan bermerek Tolak Angin. Obat herbal dalam kemasan saset ini menjadi pilihan nomor satu masyarakat Indonesia untuk meredakan badan yang terasa tidak nyaman atau masuk angin.
Tak hanya mereknya yang sudah merakyat, produsen Tolak Angin, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk atau PT Sido Muncul pun sudah akrab di berbagai kalangan karena banyaknya produk yang dihasilkan. Bahkan cikal bakal perusahaan ini pun sudah ada sejak Indonesia masih dijajah Belanda.
-
Kenapa video Bima Yudho Saputro viral? Video Tiktok Bima Yudho Saputro membahas alasan Lampung tak maju-maju viral. Menurut Bima, penyebabnya buruknya infrastruktur, pendidikan, dan mental koruptif pejabat.
-
Mengapa kejadian ini viral? Tak lama, unggahan tersebut seketika mencuri perhatian hingga viral di sosial media.
-
Kenapa video tersebut viral? Video yang diunggahnya ini pun viral dan menuai perhatian warganet."YaAllah Kau bangunkan aku tengah malam, aku kira aku mimpi saat ku lihat suamiku sedang sujud," tulisnya di awal video yang diunggahnya.
-
Mengapa konten video Jakarta di masa depan menjadi viral? Karena kreativitasnya, postingan @fahmizan kemudian menjadi viral dan di repost oleh banyak akun di berbagai sosial media.
-
Apa yang viral di Bangkalan Madura? Viral video memperlihatkan seekor anjing laut yang tidak sewajarnya dikarenakan berkepala sapi yang berada di Kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur.
-
Kenapa Pantai Widodaren viral? Keberadaannya belum banyak yang tahu. Namun belakangan ini, pantai ini viral karena keindahannya.
Lahirnya PT Sido Muncul tidak terlepas dari tangan dingin pasangan suami istri Siem Thiam Hien (Rakhmat Sulistio) dan Go Djing Nio (Sri Agustina). Keduanya merupakan memiliki usaha pemerah susu terbesar bernama Melkrey di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Pada tahun 1928, terjadi perang Malese yang melanda dunia. Akibat perang ini, usaha Melkrey yang mereka rintis terpaksa gulung tikar dan mengharuskan mereka pindah ke Solo, pada 1930.
Melansir dari laman resminya, tahun 1930, pasangan ini merintis toko roti dengan nama Roti Muncul. Pada tahun yang sama, Ibu Rahkmat Sulistio mulai meracik jamu masuk angin yang kini dikenal dengan nama Tolak Angin.
Kepiawaiannya meracik rempah-rempah menjadi jamu membuat wanita keturunan Tionghoa ini memberanikan diri membuka usaha jamu di Yogyakarta. Kala itu, Tolak Angin masih dijual dalam bentuk jamu godokan. Rupanya, produk rumahan tersebut banyak disukai masyarakat.
Tahun 1941, mereka memformulasikan Jamu Tolak Angin yang saat itu menggunakan nama Jamu Tujuh Angin. Ketika perang kolonial Belanda yang kedua pada tahun 1949, mereka mengungsi ke Semarang.
Bisnis jamu ini pun makin moncer seiring berjalannya waktu. Hingga pada tahun 1951, Ibu Rakhmat mendirikan perusahaan sederhana dengan nama Sido Muncul yang artinya Impian yang Terwujud. Perusahaan ini didirikan di Jalan Mlaten Trenggulun, Semarang Jawa Tengah. Kala itu, usaha jamu rumahan dimulai dengan dibantu oleh tiga orang karyawan.
Di tahun 1975, dibentuklah Perseroan Terbatas dengan nama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul (sebelumnya berbentuk CV pada tahun 1970). Kemudian, pada 1984, PT. Sido Muncul memulai modernisasi pabriknya, dengan merelokasi pabrik sederhananya ke pabrik yang representatif dengan mesin-mesin modern.
Ekspansi PT Sido Muncul
Pada tahun 1997, Sido Muncul membangun pabrik jamu modern dengan luas 30 hektare di Klepu, Kecamatan Bergas, Ungaran. Pembangunan pabrik ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X pada 21 Agustus 1997.
Tiga tahun berselang, perusahaan jamu tradisional ini meresmikan pabrik baru pada 11 November 2000. Peresmian dilakukan oleh Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia Dr. dr. Achmad Sujudi MHA. Pada saat bersamaan, Sido Muncul menerima dua sertifikat yang setara dengan farmasi, yaitu Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) dan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
Sertifikat inilah yang menjadikan PT Sido Muncul sebagai salah satu pabrik jamu berstandar farmasi. Lokasi pabrik terdiri dari bangunan pabrik seluas 7 hektare, lahan Agrowisata 1,5 hektare, dan sisanya menjadi kawasan pendukung lingkungan pabrik.
Pada tahun 2004, Sido Muncul telah memproduksi lebih dari 250 jenis produk. Beberapa produk unggulannya antara lain, Tolak Angin, Tolak Linu, Kuku Bima Energi, Alang Sari Plus, Kopi Jahe Sido Muncul, Kuku Bima Kopi Ginseng, Susu Jahe, Jamu Komplit, dan Kunyit Asam.
Punya Apotek Hidup Terbesar di Bogor, Jawa Barat
Kemudian pada 18 Agustus 2005, PT Sido Muncul mendapatkan hibah perkebunan milik Bob Hasan seluas 7,5 hektare di Jonggol, Bogor. Perkebunan ini pun dijadikan sebuah apotek hidup terbesar.
Ditempat lain bersama Bob Hasan, dia juga memberdayakan para penyandang disabilitas dengan diberi sebuah perkebunan untuk dikelola dan dinikmati mereka.
Pada tanggal 10 Februari 2010 telah dilakukan peletakan batu pertama pembangunan pabrik bahan baku herbal seluas 3.000 m2.
Di tahun 2013, Sido Muncul telah memiliki 109 distributor di seluruh Indonesia. Berbagai produk unggulan Sido Muncul juga telah di ekspor ke beberapa negara Asia Tenggara.
Bahkan, pada 18 Desember 2013, Sido Muncul secara resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten SIDO. Kemudian di 2019, Sido Muncul memperoleh sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia untuk 274 produk. Sertifikat yang diterima pada 6 Maret 2019 ini terbagi dalam empat jenis produk, yaitu Jamu, Suplemen dan Bahan Suplemen, Minuman dan Bahan Minuman serta permen.
Laporan Keuangan 2022
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, sepanjang tahun 2022, penjualan produk Sido Muncul mencapai Rp3,87 triliun. Dari total penjualan tersebut, laba bersih yang didapat sebesar Rp1,1 triliun.
Namun jika dibandingkan dengan tahun 2021, perolehan laba bersih mengalami penurunan sekitar Rp160 miliar. Artinya pertumbuhan laba bersih mengalami penurunan 12,4 persen. Hal ini tidak terlepas dari kinerja penjualan tahun 2022 yang mengalami penurunan 3,9 persen.
Masih dari laporan yang sama, produk jamu herbal dan suplemen yang terjual di tahun 2022 mencapai Rp2,63 triliun. Untuk produk makanan dan minuman terjual Rp1,09 triliun. Sedangkan untuk produk farmasi mencapai Rp143,05 miliar.
Di tahun 2022 Sido Muncul telah merilis 7 produk baru, antara lain Alang Sari Cool, Tolak Angin Balsem, Sido Muncul Vitamin C1000+D3 & Zinc dan SM Prosta.
(mdk/idr)