Melihat Meriam Menes Pandeglang, Peninggalan Belanda untuk Mencegah Penjajahan Inggris di Jawa
Dahulu meriam ini kabarnya terlambat datang ke Pulau Jawa sehingga Inggris berhasil menguasai Batavia.
Dahulu meriam ini kabarnya terlambat datang ke Pulau Jawa sehingga Inggris berhasil menguasai Batavia.
Melihat Meriam Menes Pandeglang, Peninggalan Belanda untuk Mencegah Penjajahan Inggris di Jawa
Sebuah selongsong baja berbentuk meriam ditemukan saat penggalian jalur PDAM kawasan Labuan, Pandeglang pada 1998 silam.
Dari hasil pengamatan, meriam ini diduga peninggalan bangsa kolonial di abad 19 silam. Bukti ini semakin kuat lewat sebuah tulisan di selongsong meriam yakni fait paar brazin le arsenal de paris 1812 (buatan Paris - Prancis tahun 1812).
-
Apa peninggalan Belanda di Tapanuli Selatan? Salah satu jejak peninggalan kolonial Belanda ada di Tapanuli Selatan berupa kolam renang.
-
Kapan Belanda pertama kali datang ke Banten? Dilandir dari laman bataviadigital.perpusnas.go.id, pasukan Belanda mulanya mendarat di Pelabuhan Banten pada 1596.
-
Kenapa Banyumas penting bagi Belanda? Salah satu komoditas andalan Belanda di Banyumas adalah kopi. Di sana terdapat kawasan perkebunan kopi terutama di daerah perbukitan serta pabrik gula di daerah dataran rendah.
-
Kenapa menara air Belanda di Pandeglang dibangun? Kala itu di abad ke-19, pemerintah kolonial Belanda tengah menggencarkan pembangunan tata kota di wilayah yang mereka kuasai, termasuk Pandeglang.
-
Kenapa Belanda waspadai Teungku Peukan? Sebagai seorang tokoh ulama yang cukup kondang, Teungku Peukan selalu diwaspadai oleh pihak Belanda. Mereka khawatir sosok Teungku Peukan dapat memengaruhi pergerakan masyarakat Aceh untuk melawan Belanda.
-
Bagaimana cara Belanda mengendalikan Jawa? Selain membalas dendam atas kematian salah satu perwira VOC, pihak kolonial ingin mengontrol kekuasaan dan perpolitikan di tahan Jawa yang sebelumnya berada di tangan trah Suropati.
Jika dikaitkan, abad ke-19 merupakan masa pecahnya perang Eropa selama puluhan tahun. Perang tersebut juga dikenal sebagai Perang Napoleon karena keterlibatan negara-negara Eropa yang berada di bawah kekaisaran Napoleon.
Kemudian, kekaisaran Napoleon meluaskan tanah jajahannya hingga ke Indonesia setelah sebelumnya nusantara sebagian besar dikuasai oleh kongsi dagang VOC. Kekaisaran Belanda yang menaungi jajahan Hindia ketika itu dipegang oleh Lodewijk Napoleon yang masih merupakan garis keturunan kerajaan Prancis itu.
Di masa ini, ia menugaskan Herman Willem Daendels sebagai gubernur jenderal. Namun tiga tahun ditugaskan, Daendels mendapati kondisi buruk, di mana Pulau Jawa terancam dijajah oleh Inggris.
Masuknya Inggris ke Indonesia
Mengutip situs Kemdikbud, pada 1808 Daendels baru saja diangkat menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Daendels mendapat tugas untuk mengamankan aset di Indonesia, dari kemungkinan serangan musuh.
Benar saja, pada 1811 pasukan Inggris mulai masuk ke wilayah nusantara. Saat itu, sebanyak 60 kapal melakukan penyerangan besar-besaran melalui laut Jawa tanpa antisipasi dari Daendels.
Dalam penyerangan tersebut, pasukan Inggris berada di bawah komando administrator bernama Thomas Stamford Raffles. Raffles juga memegang tanggung jawab penuh, setelah Pulau Jawa berhasil dikuasai selama lima tahun hingga 1816.
Mencegah Serangan Inggris dari Laut
Sebelumnya, Daendels kurang mengantisipasi serangan Inggris dari laut. Ini karena Belanda belum menyediakan logistik militer di wilayah Pulau Jawa, khususnya untuk menghalau serangan dari laut.
Ketika itu, yang dimiliki hanya senjata dan perangkatnya yang belum lengkap sehingga Inggris berpeluang besar mampu merebut Batavia.
Menyadari hal itu, Daendels kemudian membangun pertahanan di darat dengan membangun jalan raya pos dari Anyer di Banten sampai Panarukan, Jawa Timur sepanjang hingga 1.000 kilometer sebagai mobilitas pasukan militer.
Meriam Terlambat Sampai ke Jawa
Namun ada hal menarik tentang meriam ini yang dikabarkan terlambat datang ke Pulau Jawa. Sebagai induk kekuasaan, Prancis menyadari pasukan Inggris memiliki persenjataan yang cukup lengkap. Mereka kemudian membuat senjata di Paris berbentuk meriam pada tahun 1812.
Sayangnya, sebelum meriam itu tiba di Pulau Jawa, pemerintahan Daendels telah kalah dan Pulau Jawa juga sudah jatuh ke tangan Inggris. Ini karena lamanya perjalanan yang memakan waktu sekitar enam sampai tujuh bulan.
Artinya di tahun itu, sebagian besar tanah jajahan Belanda di Indonesia telah jatuh ke tangan Inggris akibat lengkapnya peralatan militer mereka.
Meriam Menes jadi Saksi Kekayaan Alam Banten
Terlepas dari kondisi demikian, ditemukannya meriam di Menes, Pandeglang juga menandakan bahwa Banten merupakan tanah potensial dengan segala kekayaan alamnya. Sebut saja rempah, hasil laut sampai komoditas tambang yang sudah ada sejak abad ke-19.
Meriam tersebut turut menggambarkan adanya jejak pertahanan militer di wilayah perairan laut Jawa, di mana ketika itu Daendels membangun antisipasi militer di selat Sunda untuk menghalau pasukan Inggris.
Selain meriam, dalam penggalian jalur air pada 1998 itu juga ditemukan topi baja yang diduga sebagai perlengkapan militer di masa penjajahan Belanda hingga Jepang.