Sejarah Meriam Honisuit, Saksi Bisu Perjuangan Rakyat Bengkulu Melawan Tentara Jepang
Persenjataan berat ini datang bersamaan bersama pasukan lainnya ke daerah Bengkulu Selatan mulai dari truk hingga senjata.
Persenjataan berat ini datang bersamaan bersama pasukan lainnya ke daerah Bengkulu Selatan mulai dari truk hingga senjata.
Sejarah Meriam Honisuit, Saksi Bisu Perjuangan Rakyat Bengkulu Melawan Tentara Jepang
Kedatangan tentara Jepang ke Nusantara tentunya membawa pengaruh-pengaruh besar kepada masyarakat Pribumi baik dari perspektif politik hingga sosial-ekonomi. Selain itu, mereka tiba ke Nusantara juga dilengkapi dengan berbagai senjata ringan dan berat.
Pulau Sumatera tepatnya di Provinsi Bengkulu adalah salah satu wilayah yang dijajaki oleh tentara Jepang.
Kedatangan mereka tidak hanya sekedar membawa pasukan saja, melainkan persenjataan lengkap juga diterjunkan untuk menguasai daerah Bengkulu. (Foto: wisato.id)
-
Siapa pahlawan nasional dari Sumatera Barat yang melawan Belanda? Sosok Ilyas Ya'kub mungkin masih belum begitu familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Ia merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia dari Sumatera Barat yang punya jasa besar dalam melawan Belanda.
-
Siapa pahlawan yang berjuang melawan penjajah di Sumatera Utara? Djamin Ginting adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Tanah Karo, Sumatra Utara.
-
Dimana meriam itu ditemukan? Meriam kecil yang ditemukan di kedalaman 20 meter di laut di sekitar Marstrand, yang terletak di sebelah barat laut Gothenburg, Swedia ini dapat dimuat melalui moncong dan terbuat dari paduan tembaga.
-
Mengapa Suparna Sastra Diredja melawan penjajah Jepang? Perginya Belanda dan masuknya tentara Jepang tidak disambut baik Suparna. Dia tetap kritis, dan skeptis terhadap pasukan Asia timur tersebut.Firasatnya tepat. Tentara Jepang sama kejamnya dengan Belanda, sehingga ia dengan tegas melawan.
-
Apa yang ditonton tentara Belanda di Sukabumi? Tampak jika keduanya tengah menyaksikan sebuah film di pertunjukan layar tancap.
-
Kapan Suku Basemah melawan penjajah Belanda? Hal ini menjadi perlawanan terpanjang dalam sejarah perjuangan di Sumatera Selatan pada abad ke-19.
Salah satu senjata peninggalan Jepang yang saat ini masih bisa dijumpai adalah Meriam Honisuit. Benda ini menjadi ikon dari Kabupaten Bengkulu Selatan dan konon menjadi meriam terbesar di Indonesia.
Benda bersejarah itu kini berada di depan kantor Bupati Bengkulu Selatan setelah sebelumnya mengalami beberapa pemindahan lokasi. Seperti apa sejarah dari meriam ini? Simak informasinya yang dihimpun merdeka.com berikut.
Buatan Inggris
Meriam Honisuit ini memang dibawa oleh Jepang untuk menguasai wilayah Bengkulu Selatan. Akan tetapi, senjata tersebut buatan Inggris.
Kedatangan Jepang ke Bengkulu Selatan tepatnya Kota Manna pada 24 Februaro 1942 yang dipimpin oleh Kolonel Kangki ini banyak sekali membawa alutsistanya, mulai dari kendaraan hingga senjata berat seperi Meriam Honisuit.
Kabar datangnya tentara Jepang ke Bengkulu Selatan tentunya sudah terbesar ke masyarakat setempat. Namun, kedatangannya memicu reaksi yang berbeda-beda, mulai dari tidak paham politik dan ada yang cemas dan takut karena trauma penjajahan Belanda. (Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id)
Meriam Terbesar di Indonesia
Dikutip dari berbagai sumber, peninggalan Jepang yang satu ini konon dinobatkan sebagai meriam terbesar yang ada di Indonesia. Dari segi ukuran dan berat, Meriam Honisuit memiliki kaliber ukuran 19,01 cm dengan berat sekitar 2,2 ton.
Pada bagian larasnya terdapat ukiran nama bertuliskan B.L.0. In-Vire. Untuk panjangnya, meriam ini mencapai 3,4 meter dan sampai sekarang belum ada yang menyamai atau melebihi ukuran Meriam Honisuit yang ada di Bengkulu Selatan tersebut.
Kondisinya Sempat Memprihatinkan
Tanggal dan tahun pembuatan Meriam Honisuit ini tidak diketahui secara pasti. Namun kondisi meriam ini awalnya seonggok besi tua yang tidak terurus dan dipenuhi karat.
Dilansir dari situs kebudayaan.kemdikbud.go.id, dulunya meriam ini berdiam di pinggir pantai Kota Manna sebagai jantung pertahanan ketika ada musuh dari laut.
Kemudian, Meriam Honisuit ini sempat berada di belakang gedung DPRD Bengkulu Selatan. Dalam beberapa tahun senjata berat ini sempat dimanfaatkan untuk monumen oleh Korem 041 Garuda Emas Bengkulu.
Kondisinya sudah begitu memprihatinkan, Meriam Honisuit ini dipindahkan ke Jl. Raya Padang Panjang Manna atau bundaran depan kantor Bupati. Pemindahan ini dengan alasan untuk mengantisipasi ancaman dari abrasi laut.
Sejarah pemindahan meriam Honisoit sendiri telah terjadi sebanyak 2 kali pemindahan. Pemindahan pertama dilakukan pada tahun 1990-an dan yang kedua pada tahun 2008. Meriam ini juga sudah dibawah naungan Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi dan ditetapkan sebagai benda bersejarah yang dilindungi.