Melihat Jejak Peninggalan Perang Dunia II di Pulau Biak, Dulunya Jadi Arena Pertempuran Jepang Melawan Amerika Serikat
Sebanyak 3.000 tentara Jepang tewas pada sebuah goa di pulau itu
Sebanyak 3.000 tentara Jepang tewas pada sebuah goa di pulau itu
Melihat Jejak Peninggalan Perang Dunia II di Pulau Biak, Dulunya Jadi Arena Pertempuran Jepang Melawan Amerika Serikat
Pulau Biak merupakan sebuah pulau yang terletak di Teluk Cendrawasih. Pulau itu punya banyak potensi wisata seperti eksplorasi bawah laut dan juga sejarahnya.
Beberapa wisata sejarah di Pulau Biak adalah Monumen Perang Dunia II dan Situs Gua Binsari.
-
Di mana Pertempuran Okinawa terjadi? Pertempuran Okinawa berlangsung selama hampir tiga bulan, dari April hingga Juni 1945, di Pulau Okinawa, Jepang.
-
Apa yang terjadi di pulau Iwo Jima? Pada 21 Oktober 2023 lalu, letusan bawah air terjadi di lepas pantai pulau Iwo Jima, dengan semburan mencapai ketinggian 50 meter (164 kaki) ke udara.
-
Dimana pertempuran Okinawa terjadi? Okinawa, sebuah pulau strategis di Jepang Selatan, menjadi lokasi pertempuran ini.
-
Dimana 'Perang Guling' dilakukan? Peserta duduk berhadapan di atas balok kayu dan saling memukul dengan guling. Pemenangnya adalah yang berhasil menjatuhkan lawannya dari balok. Lomba ini menguji kekuatan dan keseimbangan peserta.
-
Di mana Goa Jepang di Setu Patok berada? Merujuk Liputan6, lokasi Danau Setu Patok yang terdapat goa peninggalan Jepang berjarak sekitar 30 menit dari pusat Kota Cirebon.
-
Di mana Goa Jepang Kaligua berada? Terdapat sebuah goa peninggalan Jepang di tengah Kebun The Kaligua, Kecamatan Tumiyang, Kabupaten Brebes.
Monumen Perang Dunia II berada di Pantai Kampung Paray, Distrik Biak Kota. Letak monumen ini berada di pinggir pantai yang sering dikunjungi sebagai tempat rekreasi di Kota Biak. Akses ke lokasi itu cukup mudah. Waktu tempuhnya hanya sekitar 15 menit dari pusat Kota Biak.
Monument tersebut dibangun pada 24 Maret 1994 berdasarkan kesepakatan antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Jepang. Di bagian utama monumen terdapat tembok yang dibuat sedikit melengkung dengan tulisan “Monumen Perang Dunia Ke-II”.
Di bagian dalam monumen terdapat prasasti dalam tiga bahasa yaitu Bahasa Inggris, Jepang, dan Indonesia yang bertuliskan “Monumen untuk mengingatkan manusia tentang kekejaman perang dengan segala akibatnya agar tidak terulang lagi.”
Berjarak tiga kilometer dari Monumen Perang Dunia II, terdapat situs Gua Binsari. Kata “Binsari” sendiri memiliki arti “perempuan tua”. Konon gua ini dihuni oleh sosok perempuan tua. Namun setelah Jepang datang, perempuan tua ini menghilang entah ke mana.
Sewaktu era Jepang, Gua Binsari digunakan sebagai tempat persembunyian, pusat logistik, dan pertahanan. Untuk sampai di mulut gua, pengunjung harus berjalan terlebih dahulu sejauh 100 meter menyusuri jalan setapak yang di sebelah kiri kanannya terdapat pohon yang tinggi menjulang.
Untuk dapat mencapai dasar gua, pengunjung harus menuruni anak tangga yang basah dan lembab. Tiba di dasar gua, pemandangan terlihat cukup indah. Namun tempat itu dulunya meninggalkan kisah kelam nan tragis di mana sebanyak 3.000 tentara Jepang tewas di sana.
Pada tahun 1944, tentara sekutu di bawah pimpinan Jenderal Douglas MacArthur menjatuhkan bom dan drum-drum bahan bakar di atas gua tersebut hingga luluh lantak.
Sekitar 1.000 dari 3.000 jasad pasukan Jepang telah dipulangkan ke negaranya. Dan tulang-belulang yang masih ditemukan disimpan di sebuah ruangan khusus pada bangunan museum mini yang letaknya tak jauh dari Gua Binsari.
Saat ini, masih banyak ditemukan sisa-sisa mortir, peluru, senjata, bangkai mobil, yang menjadi bukti dahsyatnya penyerangan saat itu. Selain itu, terdapat tulang-belulang seperti tengkorak, tulang kaki tangan tentara Jepang yang tewas pada peristiwa itu.
Goa Binsari sendiri terbentuk secara alami. Hal ini dibuktikan dengan adanya stalaktit yang menggantung di atas gua. Gua ini berbentuk vertikal dengan kedalaman sekitar 50 meter.
Dilansir dari Debhub.go.id, kini situs Gua Binsari dikelola oleh Yayasan Binsari. Saat ini Pemerintah Daerah memberikan bantuan kepada yayasan tersebut berupa pembuatan jalan, perbaikan tangga, pembuatan kamar mandi, dan pembangunan museum. Perbaikan fasilitas di gua tersebut dilakukan agar pengunjung lebih nyaman dan dapat lebih meningkatkan jumlah wisatawan ke gua tersebut.