Kerkhof Peucut, Bukti Nyata Ketangguhan Rakyat Aceh Melawan Kolonialisme
Kompleks makam yang disebut dengan Kerkhof Peucut ini menjadi daya tarik wisata yang ada di Provinsi Aceh.
Masa kolonial tentu menyisakan luka mendalam di kalangan kaum Pribumi. Mereka banyak kehilangan anggota keluarga akibat sistem tanam paksa, kerja rodi, dan dibunuh akibat tidak taat terhadap aturan kolonial.
Konflik antar kedua belah pihak tidak bisa dihindari. Pihak kolonial yang ingin sekali menguasai wilayah pun harus berhadapan dengan masyarakat asli sehingga memicu banyak korban jiwa. Salah satu peristiwa besar yang terjadi adalah Perang Aceh.
-
Siapa tokoh inspiratif dari Aceh yang melawan Belanda? Teuku Nyak Arif, sosok pejuang dan gubernur pertama Aceh. Saat kolonialisme menguasai tanah Aceh, muncul orang-orang yang ingin melawan dan mengusir Belanda dengan berbagai cara.
-
Bagaimana Belanda mengelola pemerintahan di Aceh? Dalam menjalankan pemerintahan, Belanda tudak turun tangan secara langsung, melainkan lewat perantara adat yang sudah terbentuk secara historis.
-
Kenapa Teuku Nyak Arif berjuang melawan Belanda? Gemar membaca buku tentang politik dan pemerintahan, membuat jiwanya tergoyah untuk ikut perjuangan melawan penjajah.
-
Mengapa Belanda menyerang Aceh? Belanda masih terus berusaha menebus pertahanan Aceh sampai tahun 1896.
-
Di mana Benteng de Kock berada? Benteng yang terletak di atas Bukit Jirek ini tak semata-mata hanya menjadi bangunan biasa.
-
Dimana Kampung Kolonial berada? Tak jauh dari sana terdapat deretan rumah dinas yang dulunya digunakan sebagai tempat tinggal para karyawan PLTA.
Dari Perang Aceh ini menimbulkan banyak korban jiwa bukan hanya di pihak masyarakat Pribumi saja, melainkan para serdadu Belanda pun banyak korban jiwa yang berjatuhan. Seluruh jasad mereka dimakamkan di sebuah kompleks makam yang disebut dengan Kerkhof Peucut.
Kerkhof Peucut ini menjadi daya tarik wisata yang ada di Provinsi Aceh. Tidak hanya wisatawan lokal saja, para wisatawan mancanegara banyak yang mengunjungi tempat ini khususnya dari negara Belanda.
Luas 3,5 Hektare
Dirangkum dari berbagai sumber, Kerkhof Peucut memiliki luas mencapai 3,5 hektare. Tempat ini menjadi pemakaman militer Belanda terbesar yang ada di luar negaranya sendiri. Makam ini menjadi tempat peristirahatan terakhir para serdadu Belanda dan KNIL saat Perang Aceh (1873-1904).
Kerkhof Peucut termasuk salah satu kompleks pemakaman terbesar yang ada di Indonesia, diperkirakan total makam di tempat ini berkisar 2.200 tentara. Makam yang beralamatkan di Suka Ramai, Baiturrahman, Banda Aceh ini menjadi saksi bisu tangguhnya orang-orang Pribumi dalam mempertahankan daerahnya dari tentara kolonial.
Selain makam prajurit, di sini juga menjadi makam putra Sultan Iskandar Muda bernama Meurah Popok yang tewas mengenaskan karena dihukum rajam oleh ayahnya karena dituduh melakukan zina pada abad ke-17 silam.
Ada Yayasan Makam
Makam ini memang tergolong cukup lama dan tua, tentunya perlu perawatan ekstra agar tidak hilang menjadi begitu saja. Pada tahun 1970, seorang pensiunan KNIL yang bertugas di Korps Marsose, Johann Brendgen melakukan perjalanan ke Aceh.
Ketika tiba di Aceh, ia melihat sebuah makam yang tidak terawat, kondisi batu nisannya hancur dan rusak, bahkan digunakan oleh masyarakat sebagai tempat untuk menggembala kambing. Mulai dari sinilah Brendgen berinisatif untuk memperbaiki dan merawat kompleks makam tersebut.
Akhirnya, ia menjalin kerjasama dengan pihak terkait dan donatur langsung dari Belanda hingga melahirkan sebuah yayasan yang diberi nama "Yayasan Dana Peutjut". Yayasan tersebut menjadi wadah untuk menyalurkan dana untuk perawatan makam.
Pada tahun 2004, Yayasan Dana Peutjut berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp2 miliar untuk memperbaiki Kerkhof Peucut pasca kerusakan karena dampak dari bencana Tsunami Aceh.
Bukti Sejarah Bernilai Tinggi
Dari kompleks pemakaman Kerkhof Peucut inilah menjadi saksi bisu bagaimana gigihnya para pejuang Aceh dalam peperangan melawan serdadu Belanda kala itu. Tempat ini turut menjadi salah satu objek wisata sejarah menarik yang ada di Provinsi Aceh.
Selain itu, di kompleks pemakaman ini juga menjadi bukti keadilan yang ditegakkan oleh Sultan Iskandar Muda dalam menjunjung tinggi hukum Islam pada masa pemerintahannya. Tentu saja, banyak pelajaran yang bisa dipetik saat berkunjung ke kompleks pemakaman ini.