Berkunjung ke Rumah Cut Nyak Dien, Mengenang Perjuangan Sang Pertiwi untuk Aceh
Rumah ini dibangun untuk mengenang salah satu pahlawan nasional Indonesia dalam mempertahankan tanah kelahiran dari para penjajah.
Rumah ini dibangun untuk mengenang salah satu pahlawan nasional Indonesia dalam mempertahankan tanah kelahiran dari para penjajah.
Berkunjung ke Rumah Cut Nyak Dien, Mengenang Perjuangan Sang Pertiwi untuk Aceh
Setiap jasa dan pengorbanan para pahlawan nasional tentu akan dikenang sepanjang masa, baik itu dalam bentuk tulisan atau benda peninggalan. Berbicara soal benda peninggalan pasti tidak lepas dari museum, salah satunya Rumah Cut Nyak Dien ini. (Foto: Wikipedia)
-
Dimana Rumah Bersejarah itu berada? Rumah sederhana itu berada di lereng Gunung Prau sebelah timur, tepatnya di Desa Purwosari, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal.
-
Siapa pemilik Rumah Bersejarah itu? Saat itu pemilik rumah tersebut adalah Raden Mas Ari Sumarmo Sastro Dimulyo.
-
Apa yang ada di dalam Rumah Bersejarah itu? Di sana masih terdapat foto-foto jadul. Salah satu foto hitam putih memperlihatkan Raden Mas Ari Sumarmo yang masih kecil. Di samping itu terdapat banyak benda-benda asli peninggalan zaman dulu seperti kursi, guci, dan mesin jahit.
-
Siapa tokoh inspiratif dari Aceh yang melawan Belanda? Teuku Nyak Arif, sosok pejuang dan gubernur pertama Aceh. Saat kolonialisme menguasai tanah Aceh, muncul orang-orang yang ingin melawan dan mengusir Belanda dengan berbagai cara.
-
Kenapa Teuku Nyak Arif berjuang melawan Belanda? Gemar membaca buku tentang politik dan pemerintahan, membuat jiwanya tergoyah untuk ikut perjuangan melawan penjajah.
-
Apa yang dilakukan Teuku Nyak Arif untuk pendidikan Aceh? Dalam mempertahankan tanah kedaulatan Aceh, Nyak Arif tak surut membantu meningkatkan pendidikan anak di Aceh. Ia bersama Mr. Teuku Muhammad Hasan mendirikan Perguruan Taman Siswa pada 1937.
Rumoh Cut Nyak Dien atau Museum Cut Nyak Dien ini terletak di Gampong, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar. Bangunan ditujukan untuk mengenang jasa-jasa sang pertiwi dalam melawan penjajah Belanda demi mempertahankan tanah kelahirannya.
Cut Nyak Dien dikenal sebagai sosok yang gigih dan tidak gentar menghadapi para tentara Belanda. Tak heran jika wanita yang satu ini begitu dihormati dan diidolakan oleh masyarakat Aceh bahkan seluruh Indonesia.
Jadi Tempat Tinggal
Bangunan ini dulunya menjadi tempat tinggal Cut Nyak Dien bersama Teuku Umar selama kurang lebih 3 tahun lamanya. Maka sulit dipungkiri jika bangunan museum ini menjadi simbol perjuangan dalam melawan pemerintah kolonial di Tanah Rencong.
Teuku Umar secara tiba-tiba menyerah terhadap Belanda, ia menyerahkan diri kepada Gubernur Sipil dan Militer Kolonel C. Deijkerhooff di Kutaraja. Penyerahan dirinya ini sangat direspons baik oleh Belanda, bahkan Teuku Umar diangkat menjadi salah satu pimpinan perang melawan rakyat Aceh sendiri.
Selain itu, Teuku Umar juga dimanjakan dengan jabatan Panglima Perang Besar, mendapatkan gaji setiap bulannya, serta mendapatkan sebuah tempat tinggal yang dibangun Belanda khusus untuknya, bentuknya sangat khas budaya Aceh yang nyaman serta layak huni pada saat itu.
Sempat Dibom Belanda
Melansir dari repositori.kemdikbud.ac.id, sang suami yaitu Teuku Umar membuat geram pihak Belanda lantaran ia keluar dari dinas militer lalu membawa pasukan, senjata, ribuan butir peluru, ratusan kilogram amunisi, beserta sejumlah uang.
Belanda yang merasa sangat dikhianati oleh Teuku Umar pun geram. Mereka langsung mencari keberadaan Teuku Umar. Namun, sebelum berhasil ditangkap para tentara Belanda lebih dulu membumihanguskan tempat tinggal Teuku Umar.
Rumah yang menjadi incaran tentara Belanda itu adalah hadiah dari pihaknya sendiri. Tanpa pikir panjang para tentara melontarkan bom dan granat sehingga rumah tersebut rata dengan tanah.
Pasca kemerdekaan tepatnya tahun 1981, rumah tersebut dibangun kembali dengan arsitektur yang dibuat semirip mungkin dengan aslinya. Rumah ini pun sudah diresmikan pada tahun 1987 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. (Foto: Kemdikbud)
Koleksi Peninggalan Sejarah
Dirangkum dari beberapa sumber, dalam rumah ini terdapat koleksi artefak serta benda-benda kuno miliki Cut Nyak Dien. Beberapa detail koleksinya ini seperti pakaian, senjata, sampai peralatan rumah tangga masih terjaga dengan baik.
Selain itu di rumah ini terdapat koleksi surat-surat dan dokumen asli yang ditulis langsung oleh Cut Nyak Dien lengkap dengan cetakan foto wajahnya saat sedang berada di pengasingan.
Di luar bangunan ini, ada sebuah sumur setinggi 2 meter yang bentuknya masih orisinil dan menjadi satu-satunya benda yang masih bertahan setelah rumah tersebut dibom dan dibakar oleh tentara Belanda.
Arsitektur Bangunan
Rumah ini mirip seperti rumah tradisional Aceh yang berbentuk panggung dengan ukuran 25 x 17 meter yang ditopang oleh pilar bermaterialkan kayu sebanyak 65 buah. Kayu yang digunakan pun tidak sembarangan, menggunakan jenis ulin merah dengan kualitas tinggi.
Jenis kayu yang dikenal oleh masyarakat Aceh dengan nama Seumantok ini memang kerap dijadikan bahan utama dalam membuat rumah panggung atau rumah tradisional Aceh.
Rumah ini didesain untuk tahan terhadap cuaca, bencana alam, serta melindungi dari serangan hewan buas. Nyatanya, Rumoh Cut Nyak Dien sendiri masih berdiri kokoh saat diterpa Tsunami pada tahun 2004 silam.