Kisah Cut Nyak Dien, Tak Sudi Menyerah pada Belanda hingga Dikhianati Sang Panglima
Cut Nyak Dien bahkan pilih bunuh diri ketimbang menyerah pada Belanda.
Cut Nyak Dien dikenal sebagai pahlawan perempuan dari Aceh yang tangguh dan punya tekad kuat. Kisah perjuangannya tak mudah dan penuh lika-liku.
Misalnya saja, saat Cut Nyak Dien ingin untuk terus berjuang dalam Perang Sabil. Tapi ternyata, dia harus melawan temannya sendiri yang berkhianat.
Dia adalah Pang La’ot, panglima dari pasukan Cut Nyak Dien sendiri.Cut Nyak Dien telah mengalami kehilangan mendalam setelah kedua suaminya gugur di medanperang dalam perjuangan melawan pasukan Belanda.
Setelah suami keduanya, Teuku Umar, tewas pada tahun 1899, Cut Nyak Dien tidak menyerah. Ia justru bangkit dan memimpin pasukan rakyat Aceh dalam perlawanan yang gigih.
“Kedua suamiku mati, tapi aku masih hidup!” Teriak Cut Nyak Dien.
Kegigihan itulah yang membuat ia tahan banting dalam perang gerilya selama bertahun-tahun. Tidak terasa sudah enam tahun Cut Nyak Dien dan pasukannya perang bergerilya melawanpasukan Belanda.
Bahkan, Cut Nyak Dien merelakan barang-barang berharganya untuk digunakan dalam kepentingan peperangan dan pasukannya.Markas mereka berada di sebuah gua dekat kuburan Umar, suami kedua Cut Nyak Dien.
Beberapa kali pasukan Cut Nyak Dien berhasil menjebak tentara Belanda yang berpatroli di sekitargunung tempat persembunyiannya. Sayangnya, kesediaan makanan dan harta benda pasukan mereka kian menipis.
Bahkan, terkadang Cut Nyak Dien tidak makan.Sampai akhirnya kesehatan Cut Nyak Dien menurun drastis. Kondisi tubuhnya semakin melemah.
Penyakit encok telah lebih dulu menyerangnya membuat ia kesulitan menggerakan tubuhnya.
Ditambah kondisi matanya yang buta akibat penyakit turunandari ayahnya.
Iba Kondisi Cut Nyak Dien
Melihat kondisi kehidupan Cut Nyak Dien yang serba sengsara membuat Pang La’ot berpikir untuk membujuk bosnya itu agar menyerah saja.
Pang La’ot adalah teman dekat Teuku Umar juga orang kepercayaan Cut Nyak Dien.
“Pang La’ot! Aku tahu engkau dan Teuku Umar bagaikan kulit dengan dagingnya. Persahabatanmu dengan suamiku sudah terjalin sejak dulu. Jadi marilah kita meneruskan pekerjaannya melawan para kafir itu!” begitulah ucapan Cut Nyak Dien kepada Pang La’ot saat ia mengabarkan bahwa suaminya, Teuku Umar sudah gugur dalam perang jihad.
Mengutip dari buku Cut Nyak Din: Kisah Ratu Perang Aceh, Suatu hari, Pang La’ot berbicaradengan Cut Nyak Dien. “Tuanku, apakah ada gunanya lagi dalam kondisi Tuanku yang sekarang jika kita terus melanjutkan berjuangan? Bukankah lebih baik jika kita mengaku takluk saja?” Kata Pang La’ot.
Mendengar hal itu, Cut Nyak Dien memberikan respon yang keras kepada Pang La’ot.
“Takluk kepada kafir? Cih, najis! Semoga Allah Subhanahu Wata’ala menjauhkan perbuatan yang sehina itu pada diriku,” ia bahkan sampai meludah-ludah saking tidak sudinya.Melihat respon Cut Nyak Dien yang seperti itu, terpaksa Pang La’ot harus membelot.
Pada tanggal 16 Oktober 1905, Pang La’ot mengirimkan orang suruhannya untuk menyampaikanpesan kepada Letnan van Tuuren bahwa ia ingin berunding.
Awalnya, Letnan van Tuuren enggan untuk menyetujui undangan tersebut, apalagi Pang La’otterkenal sebagai seorang panglima yang pantang tunduk. Dia takut bahwa undangan tersebut hanyalah jebakan.
Namun, pada akhirnya van Tuuren menyetujui permintaan tersebut. “Aku ingin berunding mengenai nasib Cut Nyak Dien. Hidupnya amat sengsara, jika ia tinggal berlama-lama di tempat persembunyiannya, ia akan mati kelaparan. Oleh sebab itu, ia harus ditolong. Ia harus dipindahkan dari tempat itu. Saya berkata tolong lepaskan, Tuan Letnan!” Kata Pang La’ot.
“Sebab, saya tidak ingin jika ada orang yang mengatakan bahwa saya sudah berkhianat pada rajasaya. Cut Nyak Dien sudah sangat tua. Jalannya timpang dan matanya buta. Kesehatan tubuhnyaburuk. Ia hampir tidak dapat melangkah! Kehidupannya sangat sengsara, tapi tidak sekalipun ia hendak tunduk! Saya hanya minta Tuan Letnan menolongnya! Akan tetapi, saya minta agar TuanLetnan juga sudi merahasiakan bahwa saya ada campur tangan dalam hal ini,” ujar Pang La’ot mengutarakan permintaannya kepada van Tuuren.
Coba Bunuh Diri
Pang La’ot meminta agar Cut Nyak Dien diperlakukan dengan sopan, tanpa kekerasan apapun, dandiperlakukan seperti orang berderajat, serta diperbolehkan tinggal di Lampisang.
Letnan vanTuuren pun setuju. Pada 6 November 1905, pasukan patroli Belanda bergegas untuk menangkap Cut Nyak Dien sesuai dengan rencana Letnan van Tuuren dan Pang La’ot.Pang La’ot sendiri jugalah yang menunjukkan jalan menuju tempat persembuyian pasukanmereka.
Saat penangkapan, Cut Nyak Dien tidak bisa apa-apa karena matanya buta dan tubuhnya tidakberdaya. Saat itu ia hanya bisa marah dan memilih untuk mengambil rencong yang disimpan dipinggangnya dan hendak ditusukkan kepada jantungnya karena ia tidak sudi mati di tangan pasukan Belanda.
Rencana Cut Nyak Dien untuk membunuh dirinya sendiri gagal karena tindakannya dicegah olehLetnan van Tuuren.
Melihat kejadian itu, Pang La’ot langsung menghampiri Cut Nyak Dien dan mengatakan “Jangan takut, Cut Nyak Dien! Tidak ada seorang pun yang akan berbuat jahat pada diri Tuanku! Mereka akan memperlakukan Tuanku dengan sopan,”
Mendengar hal itu lantas membuat Cut Nyak Dien sadar bahwa Pang La’ot lah yang memberitahukan tempat persembunyian mereka. Marah dan merasa dikhianati oleh orang kepercayaannya sendiri, itulah yang dirasakannya.
“Tidak kusangka sekalipun kalau engkau adalah penghianat, Pang La’ot! Lebih baik kau menunjukkan budi baikmu padaku dengan menikamku!” ucap Cut Nyak Dien pada Pang La’ot penuh amarah.
Reporter Magang: Yulisha Kirani