Srikandi Asal Aceh Ini Jadi Panglima Perang Lawan Penjajah Belanda, Penerus Perjuangan Cut Nyak Dien
Sosok srikandi asal Aceh menjadi panglima perang menggantikan Cut Nyak Dien saat melawan Belanda.
Sosok pahlawan perempuan asal Aceh satu ini begitu gigih melawan penjajahan Belanda dan menjabat sebagai panglima perang.
Srikandi Asal Aceh Ini Jadi Panglima Perang Lawan Penjajah Belanda, Penerus Perjuangan Cut Nyak Dien
Namanya Pocut Baren, seorang pahlawan sekaligus panglima perang yang begitu gigih dalam melawan penjajahan Belanda di Aceh. Selain menjadi panglima, srikandi yang satu ini rupanya juga seorang ulama wanita.
Di tanah Aceh, Pocut Baren begitu terkenal hingga memiliki pengikut setia yang ikut membantu dirinya dalam pertempuran melawan Belanda. Selama perjuangannya, Pocut Baren ikut dalam pasukan yang dipimpin Cut Nyak Dien dan menggantikan posisinya saat berada di medan perang.
-
Siapa tokoh inspiratif dari Aceh yang melawan Belanda? Teuku Nyak Arif, sosok pejuang dan gubernur pertama Aceh. Saat kolonialisme menguasai tanah Aceh, muncul orang-orang yang ingin melawan dan mengusir Belanda dengan berbagai cara.
-
Siapa pahlawan nasional dari Sumatera Barat yang melawan Belanda? Sosok Ilyas Ya'kub mungkin masih belum begitu familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Ia merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia dari Sumatera Barat yang punya jasa besar dalam melawan Belanda.
-
Siapa pahlawan yang berjuang melawan penjajah di Sumatera Utara? Djamin Ginting adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Tanah Karo, Sumatra Utara.
-
Bagaimana Nyi Mas Melati melawan penjajah? Satu hal yang unik, ia sudah mampu menggerakkan rakyat untuk melawan Belanda dengan cara sembunyi-sembunyi alias bergerilya.
-
Kenapa Teuku Nyak Arif berjuang melawan Belanda? Gemar membaca buku tentang politik dan pemerintahan, membuat jiwanya tergoyah untuk ikut perjuangan melawan penjajah.
-
Mengapa Belanda menyerang Aceh? Belanda masih terus berusaha menebus pertahanan Aceh sampai tahun 1896.
Lahir di Kalangan Uleebalang
Mengutip berbagai sumber, Pocut Baren lahir di Kabupaten Aceh Barat tahun 1880. Ayahnya bernama Teuku Cut Anmat Tungkop, seorang Uleebalang sebuah daerah di Kecamatan Sungai Mas, Kabupaten Aceh Barat.
Beranjak dewasa, Pocut Baren menikah dengan Keujruen yang menjadi Uleebalang Gume. Sang suami meninggalkan Pocut Baren untuk selamanya ketika berperang melawan Belanda.
Rasa duka yang menyelimutinya justru menjadi bahan bakar penyemangat untuk terus bergerilya dan berperang melawan Belanda. Uniknya, Pocut Baren selalu dikawal oleh puluhan pria. Kemana ia pergi, selalu membawa pedang tajam (Peudeung) atau sejenis kelewang.
Tak Pernah Absen Melawan Belanda
Pocut Baren sudah berperang dengan kolonial Belanda sejak 1903. Sedari muda, ia sudah terjun di medan perang demi mempertahankan tanah Aceh. Tak heran dirinya begitu familier dan andal dalam seni berperang.
Kontribusi Pocut Baren tak sampai situ, dirinya juga ikut berperang bersama pasukan yang dipimpin oleh Cut Nyak Dien. Pada 1905, Pocut Baren pernah memimpin pasukan perang menggantikan Cut Nyak Dien yang ditangkap oleh pihak Belanda.
Akibat serangan tinggi, Pocut Baren terdesak sampai ke hutan yang memaksanya untuk menetap di sebuah gua di Gunung Mancang. Keberadaannya pun akhirnya ketahuan oleh pihak Belanda. Ia sempat melawan tetapi kakinya terkena peluru panas dan pasukannya tewas.
Tak bisa melawan, Pocut Baren pun ditangkap dan dipenjara di Meulaboh. Sejak saat itu, perlawanannya berhenti seketika. Luka bekas peluru yang menghujam kakinya itu semakin hari semakin memburuk. Minimnya pengobatan dan tindakan dari tim medis, akhirnya kaki Pocut Baren harus diamputasi.
Semangat Perjuangan
Kobaran semangat Pocut Baren tak berhenti dengan mudah. Meski kakinya diamputasi, ia tetap menyemangati anak buahnya dalam berperang melalui pantun dan syair yang dibuatnya.
Pocut Baren cukup andal di bidang pemerintahan, saat memimpin wilayah Tungkop berhasil mengubah daerah yang aman dan makmur. Ketika Belanda menduduki wilayah itu sangat senang. Mereka pun akhirnya memberikan sebuah kaki palsu terbuat dari kayu yang dibawa langsung dari Belanda.
Pocut Baren wafat tahun 1933 dan dimakamkan di kampung halamannya. Atas jasanya yang begitu besar, namanya pun diabadikan jadi nama jalan di Aceh.