Sejarah 28 Agustus 1789: William Herschel Berhasil Menemukan Enceladus, Salah Satu Bulan Milik Saturnus
Pada 28 Agustus 1789, seorang astronom Inggris yang terkenal, William Herschel, melakukan penemuan yang bersejarah dengan menemukan Enceladus.
Pada 28 Agustus 1789, seorang astronom Inggris yang terkenal, William Herschel, melakukan penemuan yang bersejarah. Di hari itu, Herschel berhasil menemukan salah satu satelit terbesar dari planet Saturnus, yaitu Enceladus. Penemuan ini bukan hanya merupakan capaian ilmiah yang signifikan, tetapi juga membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut tentang sistem planet di tata surya kita.
Enceladus, yang diberi nama oleh anak Herschel, John Herschel, dalam publikasinya pada tahun 1847, memiliki diameter sekitar 500 kilometer. Satelit ini sebagian besar diselimuti oleh es segar dan bersih, sehingga membuatnya menjadi salah satu objek yang menarik bagi para ilmuwan untuk mempelajari struktur dan komposisinya.
-
Apa yang Galileo temukan di Saturnus? Meskipun teleskop milik Galileo masih terlalu sederhana untuk menentukan kebenaran dari penemuan ini, dia tetap merasa penemuannya ini sesuatu yang istimewa. Dia segera mengirim anagram kepada teman-teman dan rekan astronomnya.
-
Apa yang ditemukan di Saturnus? Sampel ini dipercaya memiliki banyak senyawa organik sebagai pembangun kehidupan di planet itu.
-
Kapan William Herschel menemukan NGC 23? Galaksi ini pertama kali ditemukan oleh astronom terkenal asal Inggris, William Herschel, pada tanggal 10 September 1784.
-
Kapan Galileo melihat Saturnus? Dalam laporan Rutgers Physics dan Mental Floss, Kamis (12/10), tepatnya tanggal 25 Juli tahun 1610, Galileo sedang memantau Saturnus melalui teleskopnya.
-
Apa yang ditemukan astronom? Astronom dunia telah mengonfirmasi penemuan sebuah planet yang memiliki kecepatan orbit yang tinggi. Planet yang baru ditemukan tersebut adalah TOI-1347 b. Ia mengorbit bintangnya hanya selama 20 jam 24 menit atau 0,85 hari.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan di permukaan Bulan? Beberapa khas permukaan Bulan berbentuk gelap atau kerap disebut sebagai maria, yang di banyak negara disebut sebagai “Manusia di Bulan“ kini telah diketahui usianya.
Artikel ini akan mengajak Anda untuk mengenal lebih jauh tentang Enceladus, salah satu dari sekian banyak bulan yang mengitari Saturnus.
Tentang Enceladus
Enceladus adalah bulan terbesar keenam Saturnus dan disebut sebagai salah satu lokasi potensial yang paling menjanjikan di tata surya untuk menampung kehidupan.
Enceladus mengorbit Saturnus di dalam cincin-E planet tersebut, dan terus-menerus memuntahkan campuran air dan bahan kimia organik sederhana ke luar angkasa, dengan kecepatan sekitar 800 mil per jam (400 meter per detik) yang membentuk gumpalan besar yang memanjang ratusan mil ke luar angkasa menurut NASA. Sementara sebagian material jatuh kembali ke bulan tersebut, sebagian lainnya terlempar dan menjadi bagian cincin E Saturnus yang besar.
Karena Enceladus dilapisi es yang bersih dan sangat reflektif, ia memiliki permukaan paling terang dari semua objek di tata surya kita. Namun, permukaannya tidak seragam. Di satu sisi permukaannya tampak sangat berkawah dan sisi lainnya hampir seluruhnya bebas kawah, menurut NASA. Para ilmuwan berpikir ini menunjukkan proses geologi yang relatif baru yang memungkinkan Enceladus memperbarui permukaannya.
Seperti bulan es lainnya yang mengorbit planet gas raksasa, diperkirakan bahwa Enceladus memiliki lautan bawah permukaan yang cair melalui pemanasan pasang surut. Enceladus lebih dekat ke Saturnus di beberapa titik dibandingkan titik lainnya, menyebabkan gravitasi Saturnus menghasilkan pasang surut dan gesekan yang kuat, yang menghilang sebagai panas.
Menurut penelitian terkini, lautan bawah permukaan Enceladus kemungkinan besar terdiri dari sebagian besar bahan kimia yang diperlukan untuk kehidupan. Wahana antariksa Voyager (Voyager 1 dan Voyager 2) mengumpulkan beberapa data nyata pertama tentang Enceladus, sementara wahana antariksa Cassini mengambil foto jarak dekat pertama bulan tersebut, serta mengumpulkan data terperinci tentang komposisi kimianya. Misi masa depan yang diusulkan ke Enceladus akan mempelajari geologi, kimia, dan potensi bulan tersebut untuk menopang kehidupan.
Penemuan Enceladus
Enceladus ditemukan pada 28 Agustus 1789 oleh astronom Inggris, Sir William Herschel. Satelit es tersebut merupakan bulan pertama dari dua bulan yang ditemukan Herschel, karena ia juga menemukan Mimas beberapa minggu kemudian pada 17 September 1789.
Kemungkinan besar Herschel menemukan kedua bulan tersebut menggunakan teleskopnya yang berukuran 40 kaki, yang pada saat itu merupakan teleskop terbesar di dunia. Kakak perempuan Herschel, astronom Caroline Herschel, membantu membangun teleskop tersebut. Atas bantuannya, ia menerima sedikit uang pensiun, menjadikannya wanita pertama di Inggris yang digaji sebagai astronom.
Seperti bulan-bulan Saturnus lainnya, Enceladus awalnya tidak memiliki nama selama bertahun-tahun. Hingga akhirnya putra Herschel, John, menerbitkan sebuah karya berjudul "Hasil Pengamatan Astronomi yang Dilakukan di Tanjung Harapan", pada tahun 1847, yang menyarankan agar tujuh bulan Saturnus pertama yang ditemukan diberi nama sesuai dengan nama para Titan. Alasannya adalah bahwa Saturnus dikenal sebagai Cronus dalam mitologi Yunani dan Cronus adalah pemimpin para Titan.
Permukaan Enceladus
Meskipun bagian luarnya sangat dingin, Enceladus diperkirakan memiliki bagian bawah yang aktif secara geologis. Selain bukti yang menunjukkan regenerasi permukaan Enceladus baru-baru ini di beberapa area, semburan yang memuntahkan lautan Enceladas ke luar angkasa mengandung bahan kimia yang menunjukkan bahwa dasar laut bulan tersebut mungkin berbatu dan mengandung ventilasi hidrotermal, seperti halnya dasar laut yang ada di Bumi.
Ini akan jadi sangat menarik karena para ilmuwan berpikir kondisi seperti ini yang menyebabkan asal usul kehidupan di Bumi, menurut The Planetary Society. Menurut NASA, material yang dimuntahkan Enceladus terbuat dari uap air, karbon dioksida, metana, dan beberapa lainnya, yang mungkin termasuk amonia, gas nitrogen, dan karbon monoksida. Ia juga mengandung garam dan butiran nano mineral silika, yang hanya terbentuk di Bumi selama interaksi batuan dengan air yang sangat panas, yang menunjukkan bahwa Enceladus memiliki ventilasi hidrotermal.
Setidaknya 101 geyser mengeluarkan material es dari bawah permukaan bulan ke luar angkasa saat bulan berinteraksi dengan planet induknya. Gaya gravitasi membuka dan menutup retakan saat Enceladus bergerak mendekati dan menjauh dari Saturnus selama orbit elipsnya.
Geyser berada pada titik terkuatnya saat bulan berada paling jauh dari Saturnus, tetapi keluaran gas tidak meningkat pada saat itu. Hal ini berlawanan dengan apa yang dipikirkan para ilmuwan dan menunjukkan bahwa ada sesuatu yang menarik terjadi dengan saluran internalnya. Selain itu, setidaknya beberapa geyser Enceladus mengalami pengurangan keluaran secara substansial sejak misi Cassini mulai mengamatinya pada tahun 2015, tetapi alasan pastinya masih belum diketahui.
Meskipun bulan yang membeku seharusnya terlalu dingin untuk air yang cair, keberadaan amonia dalam material yang mengalir dari Enceladus dapat bertindak sebagai antibeku untuk menjaga air di bawah permukaan agar tidak membeku. Keasaman yang terdeteksi dari semburan Enceladus juga tidak mengesampingkan kemungkinan adanya kehidupan.