Kisah Hidup Silas Papare, Juru Rawat yang Berjasa Menyatukan Papua ke dalam Wilayah Indonesia
Ia dulunya adalah seorang intelijen Belanda yang mendukung sekutu mengalahkan Jepang. Namun beberapa tahun berikutnya ia justru berbalik melawan Belanda.
Kisah hidup Silas Papare sangat menarik. Ia dulunya adalah seorang intelijen Belanda yang mendukung sekutu untuk mengalahkan Jepang. Namun beberapa tahun berikutnya ia justru berbalik melawan Belanda demi Indonesia.
Silas Papare lahir di Serui pada 18 Desember 1918. Dikutip dari Wikipedia, ia menyelesaikan pendidikan di Sekolah Juru Rawat pada tahun 1935 dan bekerja di Rumah Sakit Serui sebelum pindah ke rumah sakit milik perusahaan minyak NNGPM di Sorong sejak tahun 1936.
-
Siapa yang menjadi ikon di Papua? Cendrawasih Raggiana (Paradisaea raggiana) adalah salah satu spesies cendrawasih yang khas dan indah, menjadi ikon bagi daerah Papua, Indonesia terutama di Papua dan Papua Barat.
-
Kenapa papeda diistimewakan di Papua? Karena sagu dan papeda dianggap sebagai makanan yang istimewa, masyarakat Papua saat itu menganggapnya sebagai penemuan yang spesial.Makanan ini kemudian dijadikan sebagai sajian saat acara-acara kebudayaan berlangsung, termasuk untuk upacara adat Watani Kame. Upacara tersebut dilakukan sebagai tanda berakhirnya siklus kematian seseorang. Di acara tersebut, papeda dibagikan kepada kalangan yang sangat membantu pada upacara Watani Kame tersebut.
-
Siapa yang terlibat dalam konflik Papua? Gerakan Papua Merdeka semakin terorganisir melalui budaya, sosial, politik luar negeri, senjata, bahkan berhasil menarik perhatian aktivis NGO.
-
Siapa pencipta Silat Pelintau? Silat Pelintau tercipta pada tahun 1953 oleh Maha Guru OK Said bin Unus yang merupakan putra asli Tamiang.
-
Apa yang ditemukan di Papua? Viral Penemuan Tank Terkubur di Dalam Tanah di Papua, Diduga Peninggalan Perang Dunia II
-
Apa itu Sipak Rago? Di Pulau Sumatra, tepatnya daerah Minangkabau, terdapat permainan tradisional bernama Sipak Rago. Di kalangan masyarakat Minang, permainan ini juga dikenal dalam berbagai istilah Rago-Rago, Sipak Bolan Rotan, hingga Jalin. Permainan ini memadukan kelincahan kaki serta gerakan Silek atau pencak silat.
Sekitar tahun 1940, Silas dipindahtugaskan ke Serui sebagai seorang perawat hingga awal tahun 1942 ketika Jepang masuk. Pada tahun 1944, ia direkrut sebagai mata-mata Amerika Serikat dan pemerintah Belanda untuk membantu perlawanan terhadap tentara Jepang di Papua.
Berikut selengkapnya:
Jadi Mata-Mata Sekutu
Selama bekerja sebagai mata-mata, Silas menjalankan tugasnya dengan sangat bagus. Apalagi dia memiliki pemahaman dan penguasaan medan yang cukup bagus.
Atas kinerjanya yang memuaskan, Pemerintah Belanda memberikannya penghargaan berupa bintang perunggu di London pada 5 April 1945. Sejak saat itu, karier Silas langsung melejit. Ia kemudian mendapat penghargaan dari bagian OPS Perang Pasifik dan Biro Intelijen tentara Sekutu pada 31 Oktober 1945.
Semasa pemerintahan Belanda di Papua, ia kembali menjalankan tugasnya sebagai juru rawat. Pada tahun 1951-1954 ia sempat tugas ke luar Papua di mana ia menjadi bagian dari tenaga medis di Kementerian Kesehatan Kotapraja Jakarta Raya. Pada tahun 1956, ia diangkat menjadi anggota DPR mewakili Irian Jaya.
Mendukung Kemerdekaan Indonesia
Walaupun beberapa kali mendapat penghargaan dari tentara Sekutu dan pemerintah Belanda, di dalam hatinya Silas Papare punya prinsip untuk mendukung kemerdekaan Indonesia. Prinsip itu semakin kuat setelah ia dan beberapa orang Papua lainnya bertemu dengan eks tawanan Digul bernama Sugoro. Dari Sugoro-lah Silas mendapat pendidikan kebangsaan dan semakin mengobarkan semangatnya untuk kemerdekaan Indonesia.
Setelah Konferensi Malino pada 15-25 Juli 1946, Silas menyatakan dengan tegas sikapnya untuk memilih berpihak ke pangkuan Republik Indonesia. Saking teguhnya dengan prinsip itu, Silas tak pernah kapok untuk membuat pemberontakan. Berkali-kali pemberontakannya gagal dan dia harus mendekam di penjara, namun Silas tidak pernah kapok.
Bangkitkan Semangat Perjuangan Rakyat Papua
Pada tahun itu, ia mendirikan Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII). Melalui organisasi ini, Silas berusaha keras menggalang dukungan rakyat Papua untuk mengorganisir perlawanan terhadap upaya Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia. Karena inilah Silas diasingkan ke Biak.
Walau begitu, PKII terus berkibar di Papua. Selain itu ada gerakan lain seperti Komite Indonesia Merdeka (KIM), Gerakan Merah Putih (GMP), dan Perintis Kemerdekaan. Dikutip dari Goodnewsfromindonesia.id, apa yang dilakukan Silas telah menjadi pemantik semangat perjuangan masyarakat Papua untuk bergabung dengan Republik Indonesia.
Akhirnya Papua secara resmi bergabung dengan Republik Indonesia berdasarkan hasil Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) pada tahun 1969.
Penghormatan pada Silas Papare
Silas Papare menghembuskan nafas terakhir pada 7 Maret 1978 di usianya yang ke-55 tahun. Ia dimakamkan di tanah kelahirannya, Serui. Atas jasa-jasanya yang besar, Silas dinobatkan sebagai pahlawan nasional pada 14 September 1993.
Tak hanya diabadikan sebagai pahlawan nasional, nama Silas Papare juga diabadikan untuk nama alutsista, bandara, hingga nama jalan. Beberapa di antaranya yaitu KRI Silas Papare, Pangkalan TNI Angkatan Udara Silas Papare, Monumen Silas Papare, dan Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik Silas Papare di Papua.