Hulptroepen, Pasukan Pribumi yang Malah Bantu Belanda Memenangkan Perang Jawa
Banyaknya anggota hulptroepen dari Minahasa tidak terlepas dari peran komandannya, yakni Dotulong.
Hulptroepen atau Pasukan Tulungan adalah pasukan bala bantuan yang anggotanya berasal dari kalangan pribumi yang membantu Belanda menumpas perlawanan rakyat pribumi lainnya, yakni Perang Jawa atau Perang Diponegoro (1825-1830).
Anggota hulptroepen ada yang berasal dari Minahasa, Makassar, Ternate, Tidore, dan Madura. Anggota yang paling banyak berasal dari Minahasa, di bawah dua orang komandannya yang terkenal yaitu Tololiu Hermanus Willem Dotulong dan Benjamin Thomas Sigar atau Tawajin Sigar.
Selama Perang Jawa, Belanda memanfaatkan bantuan dari pasukan hulptroepen sebanyak sekitar 18.000 orang.
Pada awal perang, anggota hulptroepen didatangkan dari Madura, Makassar, dan yang terakhir Tidore, Ternate, dan Minahasa. Hampir 10 persen dari 15.000 Hulptroepen Belanda yang dikerahkan pada akhir Perang Jawa berasal dari Minahasa.
Banyaknya anggota hulptroepen dari Minahasa tidak terlepas dari peran komandannya, yakni Dotulong yang memiliki reputasi sebagai pengikut setia pemerintah Belanda.
Saat itu, Residen DEW Pietermaat di Sulawesi Utara meminta bantuan dari masyarakat Minahasa untuk mendukung Belanda dalam Perang Jawa. Dan Dotulong, kepala distrik pertama yang membentuk pasukan hulptroepen dan memiliki pasukan terbanyak.
Kalahkan Pasukan Diponegoro
Kemudian pada 1 Februari 1927, ia diangkat menjadi komandan pasukan dengan gelar Groot Mayoor.
Dalam sebuah kuliah umum yang diselenggarakan Program Studi Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sam Ratulangi di Manado, Peter Carey menyampaikan kemenangan Belanda dalam Perang Jawa dan penangkapan Pangeran Diponegoro tidak akan mungkin terjadi tanpa adanya hulptroepen yang mendukung mereka.
“Tanpa adanya sekutu dari penduduk lokal Indonesia, tidak mungkin Belanda bisa memenangkan Perang Jawa,” ujar Carey.
Pada 17 September 1829, hulptroepen terlibat dalam perang besar yang terakhir di Siluk dengan berhasil mengalahkan pasukan Diponegoro dengan telak. Pada 21 September mereka berlanjut ke Sengir, Kecamatan Kokap, Kulon Progo, dengan menyergap dan memenggal kepala Pangeran Ngabehi (Joyokusumo I), pemimpin senior pasukan Diponegoro, serta dua putranya, Joyokusumo II dan Raden Mas Atmokusumo.
Pada 11 November 1829, hulptroepen berhasil melacak keberadaan Pangeran Diponegoro yang kemudian disergap di dataran tinggi Gowong. Prajurit Minahasa merebut tombaknya setelah sang pangeran melompat dari kudanya dan bersembunyi di lembah.
Sampai pada akhirnya pada tanggal 28 Maret 1930 Pangeran Diponegoro di undang ke Magelang, Jawa Tengah, untuk merundingkan perdamaian dengan Jenderal de Kock yang berujung dengan penangkapan dengan cara yang menjebak.
Reporter Magang: Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti