Kisah Heroik Kerto Pengalasan, Panglima Perang Pangeran Diponegoro yang Kecanduan Opium
Setelah masa Perang Jawa, ia menikmati masa pensiun dengan kehidupan yang damai di Semarang hingga wafat pada tahun 1856.
Setelah masa Perang Jawa, ia menikmati masa pensiun dengan kehidupan yang damai di Semarang hingga wafat pada tahun 1856.
Kisah Heroik Kerto Pengalasan, Panglima Perang Pangeran Diponegoro yang Kecanduan Opium
Dalam pasukan Pangeran Diponegoro yang ikut bertempur dalam Perang Jawa (1825-1830), ada seorang panglima yang cukup kontroversial bernama Kerto Pengalasan.
Foto: YouTube Embara Lensa
-
Mengapa Kerto Pengalasan kecanduan opium? Di samping itu ada hal menarik lainnya soal pribadi Kerto Pengalasan. Ia mengonsumsi candu opium dan sudah ketagihan.
-
Apa arti nama Diponegoro? Nama 'Diponegoro' berasal dari kata 'dipo' yang berarti pelindung atau penuntun, dan 'negoro' yang berarti negara.
-
Siapa yang memberikan Tongkat Kiai Cokro kepada Pangeran Diponegoro? Ketika itu pada 1815, ada seorang warga pribumi Jawa yang menyerahkan tongkat secara langsung kepada Diponegoro.
-
Bagaimana Kerto Pengalasan hidup di Semarang? Selepas tertangkapnya Pangeran Diponegoro, Kerto Pengalasan hidup tenang di Semarang. Ia mendapat segala fasilitas oleh pemerintah Belanda. Termasuk opium yang menjadi konsumsi favoritnya.
-
Siapa pahlawan yang terkait dengan 'Minuman Pahlawan'? Ultra Milk adalah jawaban yang cocok karena ketika mendengar kata-kata ‘Ultra’ sebagian orang pasti akan mengingat satu sosok pahlawan. Ya, Ultraman! Pahlawan yang biasa bertarung dengan para raksasa.
-
Siapa keturunan Pangeran Diponegoro? Dalam salah satu episode podcast ‘Face to Face’ di kanal YouTube The Leonardo's, Asri Welas mengungkapkan bahwa keturunan tersebut berasal dari Ibunya.
Dilansir dari kanal YouTube Embara Lensa, Kerto Pengalasan merupakan panglima yang membuat Belanda sering kewalahan. Ia mati-matian membela Pangeran Diponegoro.
Sebelum bergabung dengan pasukan Diponegoro, Kerto Pengalasan merupakan Kepala Desa Tanjung Selatan, Nanggulan, Kulon Progo, dengan nama Kromo Wijoyo. Selain itu, dia memiliki kedudukan di Keraton Yogyakarta.
Menurut Sejarawan Peter Carey, Kerto Pengalasan merupakan seorang panglima penting Pangeran Diponegoro dalam membangun pertahanan di Goa Selarong. Dia membentuk pasukan sisi belakang dan bertanggung jawab atas pasukan Meriam.
Selama Pangeran Diponegoro menyusuri bukit-bukit kapur, Kerto Pengalasan bertugas melindunginya. Ia ikut bergabung dengan sang pangeran di markas besar pertama di Banyumeneng, Kulon Progo.
Pada November 1825, Kerto Pengalasan memimpin pertempuran melawan Belanda untuk mempertahankan markas besar kedua di daerah Dekso, Kulon Progo.
Dilansir dari kanal YouTube Embara Lensa, reputasinya sebagai salah satu panglima Diponegoro semakin mengagumkan dan membuat Belanda sering kewalahan. Ia sering bertanggung jawab atas semua pasukan di sebelah barat Sungai Progo.
Pada tahun 1926, Kerto Pengalasan kembali menunjukkan reputasinya sebagai panglima. Ia memainkan peran penting dalam mempertahankan markas Diponegoro di bekas Keraton Amangkurat I di Pleret, Bantul.
Menurut sejarawan Saleh As’ad Jamhari, pasukan Belanda berjumlah besar, yaitu sekitar 7.342 orang. Sementara dalam versi Peter Carey, pasukan Belanda hanya berjumlah 4.200 orang.
Pasukan Kerto Pengalasan disebut hanya 400 orang, lalu ada sumber lain yang menyebutkan 1.000 orang, sehingga Kerto Pengalasan terdesak dan harus lari ke arah Goa Selarong.
Pada penyerangan itu, Kerto Pengalasan terluka sementara banyak pasukannya yang tewas dan hanya menyisakan 40 orang.
Setelah sembuh dari luka, Kerto Pengalasan kembali turun ke medan perang. Namun dalam pertempuran di Siluk pada 17 September 1829, ia mengalami kekalahan telak. Bahkan pada 11 November 1829, ia menyerahkan diri kepada Belanda.
Dikutip dari kanal YouTube Embara Lensa, ada yang menyebut penyerahan dirinya sebagai strategi menyusup.
Menurut sejarawan Peter Carey, ada kecurigaan dari Belanda bahwa penyerahan diri Kerto Pengalasan itu sebagai bagian dari taktik Pangeran Diponegoro.
Ada pula sumber yang menyebut kalau ia benar-benar menyerah. Terlepas dari itu, ia sudah dianggap teman oleh pihak Belanda.
Menjelang akhir perlawanan Pangeran Diponegoro, Kerto Pengalasan menawarkan perundingan antara Belanda dan Pangeran Diponegoro. Ia pun aktif menjadi perantara antar kedua belah pihak.
Foto: YouTube Embara Lensa
Pada 28 Maret 1830, Perang Jawa berakhir dengan ditangkapnya Pangeran Diponegoro oleh Belanda. Banyak orang yang menganggap bahwa Kerto Pengalasan ikut berperan dalam penangkapan itu.
Selepas masa perang, Kerto Pengalasan tidak ditangkap oleh Belanda. Justru ia ditawari fasilitas rumah di Semarang dan memintanya untuk pensiun dari dunia pertempuran.
Tawaran itu pada awalnya ditolak. Namun Belanda tahu sisi gelap Kerto Pengalasan yang kecanduan opium. Belanda kemudian tak hanya menawari rumah di Semarang, tapi juga berjanji memasok kebutuhan opium.
Kerto Pengalasan akhirnya menerima tawaran tersebut dan kemudian menikmati masa pensiun dengan kehidupan yang damai di Semarang hingga wafatnya pada tahun 1856.