Pertamina akui ada pengguna Pertamax beralih ke Pertalite
Sedangkan 12 persen pengguna Premium beralih ke Pertalite.
PT Pertamina (Persero) menyebut sekitar 11 hingga 12 persen konsumen Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium beralih menggunakan Pertalite setelah melalui uji pasar di tiga kota di Pulau Jawa. Sedangkan konsumen Pertamax ada juga yang beralih ke Pertalite yaitu sebesar 1,5 persen.
"Dari penjualan di 101 SPBU, kami pantau 11 sampai 12 persen konsumen Premium pindah ke Pertalite," kata Direktur Pemasaran PT Pertamina, Ahmad Bambang seperti dilansir Antara, Senin (10/8).
-
Di mana Pertamina menyalurkan Pertalite? Hingga saat ini kami masih menyalurkan Pertalite di semua wilayah sesuai dengan penugasan yang diberikan Pemerintah.
-
Mengapa Pertamina tetap menyalurkan Pertalite? Dengan menyediakan BBM subsidi Pertamina berharap dapat menjaga pemenuhan energi untuk masyarakat dan di saat yang sama menjaga perekonomian nasional
-
Apa yang diraih oleh Dirut Pertamina? Nicke menjadi salah satu dari dua wanita Indonesia paling berpengaruh yang masuk ke dalam daftar ini.
-
Apa yang dilakukan Pertamina di Lapangan Sukowati? Setelah sebelumnya sukses melakukan injeksi perdana CO2 di Lapangan Jatibarang, PT Pertamina (Persero) kembali mengimplementasikan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) di lapangan lainnya yaitu di Lapangan Pertamina EP Sukowati Bojonegoro, Jawa Timur.
-
Apa itu Pertalite dan apa tujuan Pertamina dalam menyalurkannya? Pertalite merupakan Jenis Bahan Bakar Khusus Penugasan (JBKP), perubahan dalam penyalurannya harus melalui kebijakan Pemerintah. PT Pertamina Patra Niaga selaku anak usaha Pertamina menegaskan masih terus menyalurkan BBM jenis Pertalite (RON 90) kepada masyarakat, sesuai kuota tahun 2024 yang ditetapkan Pemerintah.
-
Bagaimana Pertamina memastikan penyaluran Pertalite tepat sasaran? Pertamina Patra Niaga juga telah mendorong digitalisasi untuk penyaluran BBM Subsidi melalui program Subsidi Tepat. “Program Subsidi Tepat menjadi upaya kami untuk memastikan transparansi penyaluran BBM bersubsidi. Melalui digitalisasi, penyaluran BBM bersubsidi dapat dipantau secara real time, dan mencegah potensi penyelewengan di lapangan,” tutupnya.
Dengan melihat animo masyarakat yang cukup tinggi dan antusias menggunakan varian baru BBM dengan oktan sebesar 90 itu maka pihaknya berani memperluas jaringan pemasaran Pertalite hingga ke Pulau Dewata hanya dalam waktu dua minggu setelah uji pasar perdana di Jakarta, Bandung dan Surabaya pada 24 Juli 2015.
"Dari kondisi itu, uji pasar yang rencananya kami lakukan satu hingga dua bulan, akhirnya pada minggu kedua, kami siap lebarkan ke daerah lain," imbuhnya.
Pada uji pasar pertama di tiga kota tersebut, sebanyak 101 SPBU telah menjual Pertalite dengan hasil yang menurut dia cukup menggembirakan. Ahmad menjelaskan bahwa belum ada seminggu, satu SPBU tersebut rata-rata menjual 4,2 kiloliter per hari dan bahkan ada yang menembus hingga 14 kiloliter.
Bahkan di Jakarta sendiri kini 14 SPBU telah mengajukan untuk menjual Pertalite sehingga menambah total 115 SPBU di tiga kota tersebut. Harga satu liter Pertalite dibandrol Rp 8.400 dengan level 'research octane number' (ron) sebesar 90 atau lebih tinggi dibandingkan Premium dengan level 88.
Pertalite merupakan varian baru BBM non-subsidi dengan penggabungan teknologi campuran nafta dengan ron 65-70 buatan dalam negeri dan produk impor "high octant mobile gas component (HOMC).
"Kami impor HOMC dicampur dengan nafta menjadi Pertalite. Nafta kalau dijual (ekspor), harganya minus enam dibandingkan minyak mentah. Sedangkan kini menjadi Pertalite dibandingkan minyak mentah itu malah plus tiga," tutupnya.
(mdk/idr)