Pertamina Ubah 2 Kilang Hasilkan Solar Nabati
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, Pertamina menyiapkan proyek kilang ramah lingkungan atau Green Refinery Project, yang memproduksi bahan bakar diesel nabati 100 persen (B100). Ini sebagai upaya mengoptimalisasi aset yang ada dan efisiensi investasi karena tidak perlu membuat kilang baru.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, Pertamina menyiapkan proyek kilang ramah lingkungan atau Green Refinery Project, yang memproduksi bahan bakar diesel nabati 100 persen (B100). Ini sebagai upaya mengoptimalisasi aset yang ada dan efisiensi investasi karena tidak perlu membuat kilang baru.
"Investasi pengembangan kilang, salah satunya kilang Dumai," kata Nicke, saat menghadiri Pertamina Energy Forum, di Jakarta, Rabu (28/11).
-
Mengapa Pertamina mendapatkan apresiasi dari Menteri BUMN? Menteri BUMN Erick Thohir mengapresiasi PT Pertamina (Persero) atas kiprahnya dalam komunikasi dan keberlanjutan di Indonesia.
-
Mengapa Pertamina melakukan peninjauan ke kilang dan SPBU? Kunjungan ini bertujuan untuk memastikan kesiapan Pertamina mulai dari unit produksi hingga distribusinya siap untuk merespon kebutuhan mudik Nataru.
-
Apa yang diraih oleh Dirut Pertamina? Nicke menjadi salah satu dari dua wanita Indonesia paling berpengaruh yang masuk ke dalam daftar ini.
-
Kapan Pertamina merayakan HUT ke-66? HUT Ke-66: Pertamina Lakukan Tiga Strategi Rencana Jangka Panjang PT Pertamina (Persero) menggelar kegiatan puncak perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-66, di Grha Pertamina, Jakarta (11/12/2023).
-
Mengapa Pertamina melakukan kegiatan ini? Pertamina sebagai BUMN yang bergerak di bidang energi, tidak hanya terus berupaya menyediakan energi di seluruh wilayah negeri. Akan tetapi, juga memberikan kontribusi kepada masyarakat melalui Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dalam rangka mendukung capaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan untuk menuju kemandirian masyarakat.
-
Bagaimana Pertamina memberikan dukungan kepada UMKM? “Apa yang dilakukan selama ini tentu support semua pihak, dimana saya sebagai pemimpin di BUMN. Ini merupakan kebanggaan, masih banyak PR yang harus dikerjakan. Saya memimpin BUMN hanya menjalankan amanah. Yang paling penting adalah memberikan pelayanan, dan menjadi lokomotif perekonomian nasional, serta mengembangkan UMKM (usaha mikro kecil menengah). Karena inilah kekuatan Indonesia,”ujar Nicke.
Nicke mengungkapkan, investasi untuk pembuatan kilang baru butuh sekitar USD 3.5 miliar. Sedangkan jika mengoptimalisasi kilang yang sudah ada maka akan menghemaat 40 persen dari investasi kilang baru.
"Dengan memodifiksi kedua kilang Pertamina, akan menghasilkan biodiesel dan juga biofuel. Ini berbeda dengan produksi sebelumnya yang menghasilkan solar dan Bahan Bakar Minyak (BBM)," paparnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menambahkan, jika program tersebut terlaksana, Pertaminabisa menjadi pemimpin dalam produksi B100. Hal ini disampaikan oleh dalam paparannya pada Pembukaan PEF 2018.
"Kita berharap Pertamina sebagai batu penjuru serta pemimpin dalam mengembangkan B20 (biodiesel)," ungkapnya.
Sebelumnya, Pertamina perusahaan menandatangani perjanjian minyak dan gas multinasional Italia yaitu ENI S.p.A. Kerjasama ini untuk menjajaki bisnis hilir minyak dan gas. Dalam perjanjian itu termasuk potensi untuk mengembangkan kilang hijau dan peluang perdagangan bisnis di minyak dan gas, dan produk lainnya.
Penandatanganan yang dilakukan pada 21 September di Porto Marghera, Venesia oleh Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati dan Chief Refining dan Marketing Officer ENI, Giuseppe Ricci disaksikan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara Indonesia, Rini Soemarno.
Kolaborasi dalam kilang hijau ini relevan dengan komitmen Pertamina untuk memasok bahan bakar dengan campuran biodiesel 20 persen (B20), sebagaimana diamanatkan oleh pemerintah Indonesia. Setelah B20, Pemerintah juga optimistis akan berlanjut menuju B100.
Saat ini Indonesia mengkonsumsi sekitar 1,6 juta barel per hari (bph), sementara produksi dalam negeri hanya mencapai sekitar 800 ribu bph, oleh karena itu Indonesia harus mengimpor untuk menutupi kekurangan tersebut. Produksi minyak menurun dan hanya akan mempercepat jika tidak ada investasi besar untuk melakukan eksplorasi baru untuk menambah cadangan.
Reporter: Pebrianto Eko Wicaksono
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Pertamina Tetapkan Belanja Modal USD 5,5 Miliar di 2019
Pertamina Optimalkan Sumber Daya Alam Penuhi Kebutuhan Energi
Januari 2019, Pertamina Target Pembelian Minyak dari KKKS Terealisasi
Pertamina Dapat Penggantian Rp 18,8 Triliun Atas Beban Biaya Salurkan Solar di 2017
Harga Pertamax Cs Tak Bisa Turun Meski Minyak Dunia Rendah