PLN Tambah Pembangkit Listrik Hijau di Nusa Penida, Aktif Mulai Tahun Depan
Sistem kelistrikan Nusa Penida akan ditambah kembali dengan pembangkit hijau sebesar 14,5 MW.
Sistem kelistrikan Nusa Penida akan ditambah kembali dengan pembangkit hijau sebesar 14,5 MW.
- PLN Belum Mau Garap Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Karena Hal Ini
- Operasikan 431 Mesin Pembangkit, Daya Mampu Pasok PLN Indonesia Power Mencapai 14.839 MW
- Begini Cara PLN Indonesia Power Ikut Lestarikan Gajah Sumatera Hampir Punah
- Sejumlah Wilayah Indonesia Alami Pemadaman Listrik, Ini Solusi Bisa Diterapkan
PLN Tambah Pembangkit Listrik Hijau di Nusa Penida, Aktif Mulai Tahun Depan
PLN Tambah Pembangkit Listrik Hijau di Nusa Penida, Aktif Mulai Tahun Depan
PLN Indonesia Power (PLN IP) kembali menambah pembangkit listrik energi hijau di Nusa Penida, Bali. Rencananya, dalam jangka menengah sistem kelistrikan Nusa Penida akan ditambah kembali dengan pembangkit hijau sebesar 14,5 MW.
Ada pun komponennya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) yang dipadukan dengan teknologi Battery Energy Storage System (BESS).
Ditargetkan PLTS akan mulai beroperasi tahun 2025. Sedangkan PLTB dioperasikan pada tahun 2026.
Sebagai informasi, saat ini di Pulau Nusa Penida Bali telah terdapat PLTS Hybrid Nusa Penida berkapasitas 3,5 MWac.
Rencana pengembangan sistem Nusa Penida ini mendapat dukungan langsung dari Komisi VII DPR RI dalam kegiatan Kunjungan Kerja Spesifik di Provinsi Bali.
Ketua tim Kunjungan Kerja Spesifik, Sugeng Suparwanto mengatakan PLTS Hybrid Nusa Penida tidak hanya telah sukses menjadi icon atau showcase dari gelaran KTT G20 saja.
Namun sekaligus menandai komitmen bersama pada transisi energi.
“Pembangunan PLTS tentunya tidak hanya sekedar simbolik, namun secara terus menerus. Kita akan menuju Net Zero Emission (NZE). Karena kita sebagai bangsa besar, kita berkomitmen untuk melestarikan bumi dari pemanasan global yang semakin hari semakin kita rasakan akibatnya,”
ujar Sugeng dalam keterangan resminya, Jakarta, Minggu (10/3).
Sugeng menilai adanya PLTS Nusa Penida menjadi sebuah langkah awal dan strategis bagi transisi energi yang diwujudkan dengan membangun energi baru terbarukan.
Dia tidak menampik energi yang dihasilkan masih relatif kecil dibandingkan kebutuhan listrik secara keseluruhan di Bali.
Namun adanya pembangkit listrik di Nusa Penida akan menghemat energi yang sudah ada menekan emisi karbon dari PLTU.
"Nusa Penida akan menjadi best practice bagaimana energi transisi dengan PLTS khususnya, jadi kita memperoleh pengalaman empirik bagaimana mengganti energi fosil ke energi baru terbarukan," kata Sugeng.
Sebagai penyumbang target bauran EBT menuju NZE tahun 2060, PLTS Hybrid Nusa Penida memiliki peran strategis untuk melistriki 3 Pulau.
Antara lain Pulau Nusa Lembongan, Nusa Ceningan dan Nusa Penida yang luas wilayahnya 209,4 km2 dengan jumlah pelanggan sebesar 21,238.
Sesuai rencana jangka pendek pada tahun 2024 akan dilakukan penambahan mesin pembangkit berkapasitas 4 MW untuk pemenuhan keandalan dan pelayanan penyambungan.
Dukungan Komisi VII DPR RI terkait pengembangan energi bersih di Indonesia adalah dengan membuat regulasi terkait EBT untuk mendukung inisiatif transisi energi yang sedang dilaksanakan.
“Segera akan kami selesaikan Undang-Undang terkait EBT sebagai kepastian hukum EBT di Indonesia,” kata Sugeng.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman P. Hutajulu juga memberikan dukungan terkait penyusunan regulasi ketenagalistrikan melalui Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN).
RUKN disusun sesuai arah pengembangan penyediaan tenaga listrik untuk mendukung target NZE, dengan masa berlaku sampai dengan tahun 2060.
“Saat ini RUKN sedang disusun, di dalamnya akan membahas juga bagaimana mencapai net zero emission 2060 untuk pembangkit fosil yang saat ini energinya sudah mencapai 63 persen, dan nantinya akan dikonversi menjadi bahan bakar yang bersumber dari EBT,” kata Jisman.
PT PLN (Persero) selaku Holding Company dari PLN Indonesia Power yang memiliki peran startegis kelistrikan di Indonesia berkomitmen mendukung Pemerintah dalam menjalankan program transisi energi menuju NZE.
Caranya melalui peningkatan kapasitas pembangkit dengan teknologi bersih untuk mendukung pertumbuhan konsumsi listrik sebagai penggerak perekonomian Indonesia.
Pengembangan PLTS di Nusa Penida merupakan salah satu program yang telah tersusun dalam Rencana Usaha Penyedia Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN Persero Tahun 2021-2030.
Ini sering disebut RUPTL Paling Hijau karena 52 persen pembangkit listrik yang akan dibangun memanfaatkan sumber energi terbarukan.
Direktur Manajemen Proyek dan Energi Baru Terbarukan PT PLN (Persero) Wiluyo Kusdwiharto menyampaikan dalam RUPTL Paling Hijau jumlah porsi pembangunan pembangkit EBT sebesar 20,9 GW dan dari porsi tersebut 5,2 GW merupakan pembangkit listrik tenaga surya dan bayu.
"Komitmen menghadirkan energi bersih tentunya dibuktikan melalui capaian penurunan emisi CO2.," kata Wiluyo.
Wiluyo menjelaskan, di tahun 2023, PLN telah berhasil mengurangi Emisi CO2 sebesar 52,3 Juta Ton C02 dari proses bisnis. Kemduian dari 335 Juta Ton CO2 turun menjadi 283 Juta Ton C02 dengan berbagai extraordinary effort.
"Capaian ini menjadi fondasi kuat menuju target Net Zero Emmission 2060," ungkap Wiluyo.
Sesuai komitmen Pemerintah dan PT PLN (Persero), PLN Indonesia Power siap mendukung program transisi energi di Indonesia. Direktur Operasi Pembangkit Gas PT PLN Indonesia Power Djoko Mulyono menyampaikan PLN Indonesia Power akan terus mengejar target bauran EBT, salah satunya melalui pengembangan pembangkit hijau di Nusa Penida.
“PLN Indonesia Power bersama dengan PT PLN (Persero) telah menyusun roadmap pengembangan PLTS di Nusa Penida sampai dengan tahun 2029 melalui penambahan kapasitas serta pembaharuan teknologi. Dalam project ini tentunya kami akan terus mengawal sampai akhir,” kata Djoko.
Senior Manager PLN Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Bali I Made Harta Yasa mengatakan PLN IP UBP Bali selaku unit yang diberikan penugasan untuk mengelola PLTS Hybrid Nusa Penida mendukung penuh roadmap pengembangan sistem Nusa Penida dengan energi bersih yang telah disusun untuk mengejar target bauran EBT.
“Dengan pengembangan PLTS di Nusa Penida ini tidak hanya mendukung target NZE secara nasional, namun juga khususnya Bali NZE yang telah ditargetkan Pemerintah Bali lebih cepat 15 tahun dari target nasional yaitu pada tahun 2045,” ungkap Made.