PT GRP Dapat Investasi dari IFC Rp927 Miliar buat Tingkatkan Produksi Baja Rendah Karbon
Permintaan baja global diperkirakan meningkat 30 persen pada tahun 2050.
PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP), produsen baja rendah karbon di Indonesia, mendapat pendanaan investasi USD60 juta atau setara Rp927 miliar dari International Finance Corporation (IFC). Chairman of Executive Committee GRP Kimin Tanoto mengatakan pembiayaan tersebut akan dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi baja rendah karbon GRP, serta mengembangkan dan menerapkan strategi dekarbonisasi yang mendukung upaya perusahaan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sesuai standar internasional.
"Pembiayaan ini akan membantu perusahaan meningkatkan produksi baja rendah karbon berkualitas tinggi di pabrik seluas 200 hektar di Jawa Barat. Pabrik ini akan menghasilkan emisi karbon yang jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata global," katanya dilansir dari Antara, Minggu (8/9).
- Perusahaan Global Dilibatkan untuk Kejar Target Nol Emisi Karbon, Ini yang Dilakukan
- Sempat Dianggap Tak Laku, Nilai Transaksi Bursa Karbon Capai Rp36,7 Miliar per Juni 2024
- PT SIG Pasok 400 Ribu Ton Semen Ramah Lingkungan buat Infrastruktur IKN
- Perusahaan Baja Ini Gunakan PLTS Atap untuk Kurangi Emisi Karbon, Jadi Salah Satu Terbesar di Jawa Barat
Penandatanganan perjanjian pembiayaan antara PT GRP dengan IFC yang dilakukan di Jakarta, Jumat (6/9) tersebut merupakan investasi anggota Bank Dunia Grup tersebut yang pertama di sektor baja Asia dalam lebih dari satu dekade.
Permintaan baja global diperkirakan meningkat 30 persen pada tahun 2050, dan sebagian besar dari peningkatan tersebut akan dipenuhi oleh Asia, lanjut Kimin, produksi baja Indonesia telah meningkat lebih dari 90 persen sejak 2019, dan diperkirakan akan terus meningkat tahun ini.
"Investasi IFC di GRP datang pada waktu yang tepat, seiring dengan ambisi Indonesia untuk menjadi produsen baja global dan mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060. Investasi ini juga membantu GRP mencapai target mereka untuk emisi nol bersih pada tahun 2050," ujarnya.
Menurut dia, iIndustri baja adalah salah satu penyumbang terbesar terhadap krisis iklim global, bertanggung jawab atas 8 persen emisi gas rumah kaca dunia, jika tidak ditangani, sektor ini bisa menghabiskan seperempat dari anggaran karbon dunia untuk menjaga pemanasan global di bawah 1,5 derajat Celcius pada tahun 2050.
Upaya menekan emisi gas rumah kaca
Selain pinjaman ini, IFC juga telah menandatangani Advisory Engagement Letter dengan GRP untuk membantu mengembangkan dan menerapkan strategi dekarbonisasi serta mendukung upaya GRP mengurangi emisi gas rumah kaca yang sejalan dengan standar internasional.
Dukungan ini mencakup menjajaki berbagai opsi pendanaan untuk mendukung keputusan GRP menonaktifkan Blast Furnace yang baru dibangun namun belum pernah dioperasikan, serta meningkatkan efisiensi energi teknologi EAF dan menilai opsi dan teknologi proses hilir yang baru.
Chief Transformation Officer GRP Kelvin Fu menambahkan perusahaan berencana memanfaatkan kemitraan dengan IFC untuk meningkatkan daya saing dalam mengekspor baja rendah karbon ke Uni Eropa, dibandingkan produsen baja tradisional.
Selain itu juga ingin mengeksplorasi peluang baru untuk menggantikan baja impor di Indonesia yang dihasilkan dari negara-negara dengan emisi CO2 per ton yang lebih tinggi dibandingkan dengan baja rendah karbon GRP.