Ramai Kampanye Transisi Energi, Sektor Hulu Migas Susah Cari Investasi Baru
Tekanan tersebut makin serius dirasakan dampaknya karena sekarang industri ini sulit mendapatkan pendanaan.
Tekanan tersebut makin serius dirasakan dampaknya karena sekarang industri ini sulit mendapatkan pendanaan.
Ramai Kampanye Transisi Energi, Sektor Hulu Migas Susah Cari Investasi Baru
Ramai Kampanye Transisi Energi, Sektor Hulu Migas Susah Cari Investasi Baru
Dunia kini tengah gencar mengkampanyekan transisi energi dalam rangka mengatasi dampak perubahan ikim. Penggunaan energi baru terbarukan (EBT) pun menjadi pilihan karena dinilai lebih bersih dan berkelanjutan. Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto mengungkapkan konsidi tersebut membuat para pelaku usaha energi fosil menjadi tertekan.
“Pemeirntah dan negara dunia sedang bergerak mengembangkan energi terbarukan dan ini menjadi tekanan bagi (pelaku usaha) energi fosil, ini sangat kuat sekali,”
ungkap Dwi dalam Pembukaan Forum Kapasitas Nasional III Tahun 2023 Wilayah Sumatera Bagian Selatan di Palembang, Selasa (8/8).
Tekanan tersebut makin serius dirasakan dampaknya karena sekarang industri ini sulit mendapatkan pendanaan.
Sejauh ini, potensi pendaaan yang memberikan harapan yakni terkait penangkapan karbon (carbon capture).
“Kita ini mendapatkan tekanan misalnya pendanaan jadi tidak mudah, kecuai dengan tambahan investasi carbon capture,” kata Dwi.
Di sisi lain, proses transisi energi bagi negara berkembang seperti Indonesia juga mengalami tantangan yang tidak mudah.
Sampai tahun 2060, Pemerintah RI membutuhkan anggaran hingga Rp15.000 triliun.
Dana tersebut dibutuhkan untuk mencapai target karbon netral atau net zero emission pada tahun 2060 atau lebih cepat.
"Indonesia membutuhkan investasi hingga USD1 triliun sampai tahun 2060 untuk pembangkit dan transmisi energi terbarukan," kata Menteri ESDM, Arifin Tasrif dalam acara peluncuran perpanjangan Program MENTARI antara Indonesia-Inggris di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (4/8) lalu.
Menurut dia, kebutuhan akan dukungan finansial akan semakin meningkat.
Sebab, Indonesia akan menerapkan pensiun dini terhadap pembangkit listrik berbahan bakar batubara di tahun-tahun mendatang.
Merdeka.com
"Oleh karena itu, kami membuka peluang investasi dan kerjasama yang luas untuk mencapai target tersebut," imbuh Arifin.